tersentak. Ia menoleh, menatap Franky telah berdiri di belakangny
duk di depan pintu? Masuk, yuk!" ucapnya m
atap sebentar ke arah lelaki itu yang te
a di seberang rumah mertuanya. Ia berusaha mencari sosok y
m rumah, telah membuat wanita itu tersadar. Ia segera be
ping Franky yang kini telah berada di dalam kamarnya. Lelaki it
annya tersita. Ia menoleh menatap wanita
ky tampak mengerut. Ia menutup
di tepi tempat tidur dengan tatapan mata y
Esmeralda hendak memastikan. Raut wajahnya tampak serius m
ya kenapa dengan pohon beringin itu, dek?" Lelaki itu
," sahut Esmeralda lirih. Ia terdiam selama beb
kan kedua alisnya. "A
bayangan hitam di sana," sah
au mungkin itu pemilik kebun yang sedang meliha
n terlalu memikirkan hal aneh. Apa yang kamu pikir ada di pohon beringin itu? Hantu? Hantu itu tidak ada, dek. Hanya sugesti
Ia tidak pernah bisa me
meja makan, dan cuci piring kotor. Nggak enak sama ibu kalau dia lihat ruang makan
ngan lirih sambil bera
geleng-geleng kepala. Ia kembali melanjutkan aktiv
*
nta
erasal dari luar kamar, telah membang
an, menatap jam di dinding kayu yang baru menun
balnya, dan beranjak keluar dari kamar. Ia menutup pi
at Bu Edith sedang mencuci piring di dapur. Wanita itu
kasar. Ia menghampiri ibu mertuanya
tap wajah Esmeralda deng
," cerocos Bu Edith dengan kasar. "Ini juga! Kenapa tempat nasi nggak langsung dicuci? Kenapa harus direndam-rendam segal
nta maaf!" sahut
emilih kamu, dari pada wanita pilihan ibunya sendiri? Wanita mandul, pemalas, dan ngg
ri mematung di sampingnya, deng
ggak punya inisiatif sendiri," teriak wanita tua itu memberikan perintah. Ia
n wanita itu. Ia duduk di tangga dep
jadi sekretaris di Perusahaan Berlian yang sangat terkenal di Kota. Dengan gaji puluhan juta. Tapi setelah menikah, semuanya berubah. Ia haru
seolah tidak berarti sama se
iakan yang muncul secara tiba-tiba dari arah belak
matanya yang basah sambil be
ta. "Nggak usah lebay! Dinasehati sedikit, menangis. Nanti mengadu yang bukan-bukan sama Franky.
pa ke Mas Franky," sahut Esmeralda menjel
terang!" tukas Bu Edith sebelum ia berlalu dari hadapan Esmeralda yang
ranjak dari depan pintu, menuruni anak tangga, m
n rambutan yang memiliki banyak daun, sehingga daun-daun
ujung ke ujung, mengumpulkan
un yang terlihat lewat, sejauh mata memandang. Langit yang ma
an di halaman depan rumahnya, perhatiannya tak sengaja beralih ke
ggi besar dan kekar berwarna hitam legam dengan sorot mata yang tajam berwarna*