li keluar rumah. Tias sudah berusaha untuk mencegah dengan memanggilnya, namun
rtua yang sama-sama tak peduli dengan perasaan orang lain. Jika saja ia punya waktu untuk mengeluh
k ketiga anaknya. Meskipun hidup serba pas, untunglah ketiga anaknya tumbuh dengan sehat dan berisi. Bahkan suaminya pu
ang ditekuk kayak gitu? Habis berantem kalian?" Bu Ningsih masu
lontarkan. Sungguh ia malas harus berhadapan d
kamunya udah wangi. Jadi laki-laki pulang ke rumah itu nggak suntuk. Kamu setiap suamimu udah sampai rumah kamu belum
masaknya lalu berdi
jaan lain. Kerjaan aku yang lainnya belum selesai, aku seharian itu nggak cuma leha-leha, nggak cuman tidur nggak, cuman mantengin anak, nggak cuman mainan hape, aku banyak kerjaan dan Ibu tahu itu. Lagipula aku masak mendekati Mas Azam pulang juga biar kalau dia makan masakannya masi
Nggak cuma kasih tahu, tempe, sayuran. Kamu pikir anak saya kambing? Saya sekolahin anak pake uang. Butuh bi
salah dengar? Beru
ehat. Sepertinya Ibu harus tahu kalau aku memasak adalah hasil dari uang yang Mas Azam kasih. Jangan lupa, Bu.
banyak ke kamu lah dari pada ke I
ilan sebulan dibagi dua sama rata. Bayangkan, Bu. Yang hasil kerja Mas Azam dibagi dua. Ini nggak adil, kan, untuk aku dengan menghidupi ketiga anaknya juga yang butuh banyak biaya dibandingkan dengan Ibu yang hidup sendirian? Apa selama ini aku perna
IA