Vania mulai menyerangku deng
ruk juga kalimat yang mengkerdilkan hanya karena aku
, mereka menyangka aku janda. Bahkan
g tajam sontak aku menyergap
an karet yang biasa aku gunakan saat bekerja
u mendekati
ali ia melirik ke arah ruang kerja Jason, berharap pria yang diklaim sebagai kekasihnya
mbaca apa yang ada di da
h sangat marah saat me
pa tadi?" serg
langkahnya saat
oda pacar orang lain dong. Kamu itu harusnya ngaca, emangnya pantas Jason
memuntahkan segala penghinaan u
an untuk menyada
l kayak kamu. Cewek kayak kamu itu paling banter hanya bisa menggoda abang-abang t
tidak berhenti melontarkan ejekannya yang ped
h, hingga tanpa sadar aku
enyala karena marah, Vani
pangkal dadanya itu t
pnya dengan sorot mata penuh emosi. Ak
elajaran karena mulutnya yang asal ngomong itu menda
ya. Biar besok aku akan samperin kamu ke rumah
an tangkas. Kedatangan Jason membuatku urung untuk memberi pelajaran pada Van
ngsong mendekati Jason yang ma
u sedang sibuk ingin menjauhkan lengannya yang terus ditarik Vania agar bisa ber
sembari bergayut manja masih saja menempelka
kanya di hadapan Vania yang aku tahu jelas sedang berusaha u
-apaan si
menjauhi Vania yang berusaha
ri, lagian aku bawa mobil
k, kamu tinggal aja mobil kam
alau pagi-pagi sekali aku harus ke
diri, aku tetap butuh mobilku buat b
memajukan bibirnya yang diberi filler hingga tamp
n ke arah pintu keluar dan setelah itu melangkah mengabaikan Vania y
ampan itu, yang memiliki sepasang mata sipit yang tajam menggoda. Pasti dia ingin menghindari seran
jari tengah padanya sembari menyergapnya dengan tatapan tajam, karena aku ben
ereka yang bahkan sudah tak l
Vania. Bagaimanapun aku merasa tak perlu ikut campur dengan persoala
aku tahu bahwa Tante Anggun sudah tak lagi suka denganku semenjak aku sudah tak dianggap anak oleh ayahku sendiri dan seluruh harta y
bahkan tak sampai sepuluh menit, yang membuatku bisa menyusul waktu maghrib, tid
*
ja padaku. Kedua keponakanku yang sejak bangun tidur hanya ingin bersamaku, b
ama itu, akhirnya sekarang sudah aku dandan
mberikan ciuman sayang pada kedua pipi Ghara dan Ghana se
-bunda pengajar ya, jangan nakal," imbuhku sembar
tu bunda-bunda," kata Ghara jelas dengan men
ncingku untuk mencubit dengan sayang ked
mereka berdua malah b
rsiap dan akan segera di antar pergi ke sekolah, dengan berjalan k
n berangkat, Eyang u
nda bahagia sembari mengemban
sungguh bagai oase yang menyejukkan hati beliau. Hingga aku melihat bunda sekarang sem
k, sesosok pria muncul di ujung jalan dan segera memanggilku de
al
ku langsung menahan langkahku untu
yandang tas ransel mereka, ikut melirik pada pemuda jangkung itu, seorang blast
alah seorang tetangga depan rumahku yang leher panjangnya l
a sudah pudar itu, yang sekarang bahkan sudah keluar dari rumahn
ng ditinggal merantau oleh suaminya itu yang t
n wanita yang biasa aku
ungging, sampai Jason, sahabat tamp
ita ke bengk
*