a
I BE
ra itu, aku bisa memaafkan kamu,"
a? Gak
sa meninggalkannya begitu saja. Dia menuntutku untuk menikahinya sah sec
an memilih tidur bersama putrinya. Pagi hari, Irma tetap menjalankan kewaji
Arum. Dia sudah bersiap
isyam. Arum tak menanggapi. Dia m
h kok diam
a menuju ruang tamu. Tak lama kemudian, dia telah kembali d
r Hisyam menirukan suara anak-anak. Arum mem
, Yah?" tanya
! Sini, pe
ayahnya. Hisyam mencium kening
moga menjadi anak yang shalihah keba
kali, Ayah pasti ajak Aru
lagi!" ujar Arum sembari m
syam menyambut kelingking p
ta muda yang sedang hamil ny
pa kamu kesini?
h! Katanya, dia mau berangkat seko
ngkah. Pasalnya, disit
da! Istri kedua Mas Hisyam!" ujar W
tangan Winda menggantung. Akhirny
unggu Bunda d
kamarnya. Namun, langkahnya terhenti. Dia bersembun
ilah,
Irma sudah tahu! Jadi, mulai sekarang,
omong sembarangan
karang Mbak Irma sudah tahu hubungan kita, jadi gak ada alasan lagi! Mbak Irma, kamu gak boleh ego
mu! Aku sudah tak sud
maksudmu?"
a harus berbagi suam
bicaramu!" b
as ingin menikahinya, ceraika
yam. Winda terseny
a! Aku gak mau, ya, anakku l
ng dulu! Biar aku bicara du
da lagi yang perlu dib
k-baik! Bagaimana dengan
gan khawatir! Dia tidak akan
ku! Dia butuh sos
s! Aku tidak akan mengh
kecil. Dia butuh ke
didalamnya hanya ada api? Lepaska
hembuskan n
binti Abdurrohman, dengan ini aku jatuhkan talak
tadi!" ujar Winda, lalu menarik Hisyam mening
gga yang dia perjuangkan, kini telah berakhir. Arum kelu
n pergi! Jangan
ari ke arahnya. Dia segera membawa Arum ke dalam pelukannya. Se
sini jaga Bunda,
mau ke
ak usah khawatir, Ayah akan se
n tiii
t klakson den
an putrinya, lalu segera masuk ke dalam mob
. Yang dia tahu, wanita hamil di samping ayahnya dan gadis k
meluk p
rgi!" ujar Arum
Masih ada Bunda disini!" sahut Ir
ar. Hak asuh Arum jatuh ke tangan Irma. Rumah yang mereka tem
erjalan lancar. Namun, memasuki bulan keempat
putrinya. Irma tak bisa bekerja karena tidak tega meninggalkan putrinya
da bicara sebent
um. Dia menghentikan akt
ajak Arum pindah ke Surabay
kesana, trus, sekol
Sayang! Bunda rencananya
sini saja, Bun
, ya?" tanya
u, Bun,
apa, S
apa kita masih bisa berte
itu, Irma pu
ma Ayah?" tanya Irm
gak nengok Arum
sok kita temui Ayah
leh, Bun?" Ir
rasa, air mata Irma menetes. Namun, dia segera menghapusnya. Dia tak ingin
*
g Ayah. Dengan mengendarai sepeda motor milik Bundanya, mereka berangkat
raannya, Arum segera berlari menghampiri rumah tersebut. Namun, tiba-tiba langka