ang tamu, Margaretha justru menatap Misyel dengan tajam. Terlihat jelas
jar ini adalah anakm
a. Apa ada y
awanku, sekarang berharap menjadi menantuku. Cihhh! Sonya
onya," ucap Sonya gelagapan. Ia menatap Misyel. "Apa y
isyel tidak tahu jika dia
garetha, mungkin ada kesalahpahaman. Jika putri saya melakuk
i alasan sampahmu dan sem
aafkan kesalahan Misyel, dia tidak akan peduli kesa
yonya Margaretha, saya mohon maafkan anak saya yang bodoh itu. Saya tidak mempermasalahkan jika Nyony
ak
ahu, jika aku sudah mengatakan sesuatu maka h
memohon, kali ini dia memeluk erat kaki Marga
endorong Sonya dengan kakinya hingga ia tersungkur di
aafkan ibu saya,
tangannya di cegat Rudi. Melihat ada yang berani melawan majikanny
gg
udi hingga tersungkur, dan cairan
Ia berlari ke arah ayahnya dan langsung memeluknya
ini?" hardi
tiri saya Nonya
bukankah waktu itu kamu
retha menatap ke arah Cindy yang tengah menyeka darah da
rgaretha. Rudi yang mendengar
dak bersedia jika Nyonya m
, maka bersiaplah kalian untuk hancur bahkan aku akan membuat ka
Nyon
arnya terjadi?" ucap Ci
rgamu selamat," ucap Margaretha y
nggenggam tangannya. "Apa yang
jangan bawa
a tadi!" hardik Haris. Ia mendorong tubuh Rudi de
aki Haris untuk menghentikannya. "Kurang ajar!" pekik Haris. Ia lan
g jangan saki
membuat Cindy merasa takut. Dia justru beru
skan
y langsung berlari memeluk ayahnya. "Pah, sa
uah ancaman. "Aku tidak bisa menyakitimu karena Nonya Margaretha menginginkanmu. Tapi jika kamu tidak menurut, m
bil memeluk tubuh sang ayah yang tak sadarkan diri. Karena merasa geram me
garetha," ucapnya. Ia menarik tangan Cindy hingga den
k bisa meningg
Terlihat jelas kini Sonya berada dalam keadaan takut dan mar
Margaretha," ucap Sonya. Haris menyeringai dan melepaskan rambut Misyel sambil mend
h tersebut. Dengan air mata mengalir Cindy melangkahkan kakinya, ia menatap ayahnya yang mulai sadarkan diri di samping Sonya dan misyel, ia melihat sang ayah yang menangis melihat kepergiannya. Rudi pun hanya bisa melihat Cindy di bawa paksa
akan di ba
egera masuk ke
ebelakang Cindy terus menunduk sambil berlinang air mata. Entah kemana mereka akan membawanya dan entah apa yang akan terjadi padanya, saat ini rasa takut men
jantung karena takut seakan menyiksa. Beribu pertanyaa
saat mobil mulai memasuki pintu gerbang. Ini adalah pertama kalinya ia mel
retha. Sementara Cindy dengan tubuh yang masih sedikit gemetar berusaha turun
lihat sempurna. Cindy menoleh ke arah suara, namun perasaan takut se
hanya bisa bergumam dalam hati. "Siapa di