ditanya darimana dan habis ngapain. Kecua
agi sampai pag
itu," jawab Elena. "Semu
rlihat lengang. Ketiga gadis ini hanya diam memb
pengen cepat mandi, badanku lengk
otong Febri
badan gue bau! Badan loe yang
h sampai!" Tunj
mau turun. Stop!" Dewi langsung min
t di depan sebuah r
eda dengan rumah yang dulu. Sepertinya bukan begini bentuk ru
ah berbeda," jawab Dewi sambil ke luar dari dalam tak
ye
nya untuk mengantarkan dua gadis lag
iran gue yang tu
wab Elena. "Tapi Pak sopir mengambil jalan p
t Elena dan Febri lewat kaca spion dalam. "Tadi
pi macet karena apa itu Pak? Sepertinya ad
Kalau menunggu kontainer digeser kepinggir jalan, sampai kapan kita harus menunggu? Jadi
ebaran haji baru bisa dipindah. He-he-he," jawab Fe
ujian dari Febri sementara Elena
t ke luar. "Gue ingin mandi terus ti
iba terdengarlah suara gaduh dari kamar s
sama nyokap gu
urunkan alisny
ihat sopir. "Pak berhenti d
," jawa
n tiang listrik. Febri la
jawab
e belakang, begitu pula dengan taksi yang
ng tersisa tinggal dirinya. Kursi
h jauh rumahny
dari sini, kenapa
inya bensinnya ha
ngnya Bapak tidak mengecek bensinnya?
isi bensin," jawab
na dong Pak?"
Non,
ya?" Tan
r Non sampai di sini saja
pak ini bagaimana sih? Ak
jalan Non tambah re
an main. "Berap
ibu Non,"
seratus ribu kemudian langsung ke luar dar
meninggalkan Elena yang mas
nget hid
si lain yang lewat. "Sepi banget ini jalan." Ele
hu di jalan sana ada taksi," gumam Elena sendi
ada taksi yang lewat, tapi tetap tidak ada. Langkahnya sem
s jalan kaki begini. Gara-gara sopir taksi i
ual minuman dingin. "Gue beli minuman itu saja. Tapi gue har
nya aman untuk menyebrang. Setelah benar-benar aman, Elena segera melangkahkan ka
mobil berwarna merah melaju sa
Elena menegang terpaku menatap mobil yang hanya b
tertabrak!" Teriak seseorang
ihat!" Jawa
sementara Elena masih berdiri terpaku dengan wajah yang
ak apa-apa?" Ta
---," ucapnya terbata, ta?" Tanya yang lain me
ya sendiri. "Ti,, ti
r suara pria berteriak meminta pengemudi
mbung yang la
gambil beberapa buku miliknya yang terjatuh di aspal. Mimprang pria yang sudah paruh baya me
ab. Woi!" Sam
terus berteriak meminta pe
enjadi ramai dengan datangnya orang-orang
erkaca mata, berdiri sejenak melihat orang-orang yang menatapny
uda tersebut ikut berjongkok untuk memban
sung bertabrakan dengan iris hitam legam mata pemuda tersebut. Beberapa detik ke duanya hanya diam terpa
ersebut cepat tersadar kemudian meng
ekarang ditambah dengan kegugupan. Pandangannya dialihya seorang Ibu terlihat khawatir me