an malam. Perlahan dia merasakan kegelapan yang menyelim
engan kakeknya di masjid, juga saat makan malam, Rhido masih merasakan sesuatu yang asing pada dirin
n angannya melayang, mengembara menembus batas antara dunia nyata dengan dunia maya. P
ka dedaunan lainnya bernyanyi di samping rumah kakeknya dengan nada yang seperti bergemerisik
las senyum manis menatap lukisan itu. Wajah seseorang yang sejak tadi siang senantiasa menghias relung-relung ka
ngan yang merengkuh lukisan wajah cantik itu. Dia hanya dapat mendesah menahan sejuta ras
gan wanita cantik itu untuk selama-l
lingnya yang juga tampak pekat. Rhido bangun dan melangkah menuju tempat yang belum pernah dia kenal sebelu
a dia meurasakan juga kakinya sedikit berat untuk melangkah. Semakin dia paksakan semakin kakinya menolak. Langka
a dengan apa yang akan terjadi padanya. Ketakutannya mulai sirna ketika matanya menatap sebuah l
dirinya. Dia menegakkan tubuhnya dan melemparkan pandangan ke sekeliling. Rhido benar-benar merasa takjub ti
erap langkah sepatu kuda yang mendekatinya. Ringkikan kuda itu semakin nyata hingga Rhido tak perlu memasang te
seekor kuda jantan berwarna putih nan perkasa. Rhido mengamati kuda itu dengan seksam
wanita itu setelah dia turun dari ku
nya merekah bahagia karena sosok yang kini berdiri di de
empuan itu diterpa cahaya rembulan yang terang. Ternyata dia jauh lebih muda dan cantik dari jarak yang ti
rian? Apa kamu tidak takut?" Pertanyaan ini meluncur begitu
lan purnama. Aku tidak takut berada di sini sen
h
rnama tiba," jawab wanita itu dengan nada yang
i mandi di sungai buk
kamu mengintipku," balas Yoni
bukan warga kampung sini. Kamu tinggal di mana?" tanya
juga bukan warga sini. Aku tinggal di pinggiran hutan bersama ibuku, namanya Mak Onih. Beliau suk
ran hutan itu. Tapi biar tidak mengecewakan gadis itu, dia pun mengangguk-angguk. Bagi Rhido tak peduli
si dan tembus pandang itu
gan mantap. "Oh ya, boleh aku ikut duduk d
nemani. Nama kamu sendiri siapa?" sahut Yon
ah gak ngeliat aku duduk berdua dengan kamu?" tany
jawab Yonih sambil menunduk. Sua
punya pacar?" Rhido kembali betanya
iku mana mungkin ada yang mau macar
keluar. Entah sejak kapan dia berani merayu wanita, sedangkan biasanya san
u istri Mas Rhido marah sam
car apalagi istri!"
do kan sangat ga
aku jo
ku per
Rhido lebih merapatkan duduknya, Yonih pun tidak menolak. Hal ini membuat Rhido sema
bercengkerama dan bercanda ria penuh gairah. Rhido bena-ben
hingga sampai ke pahanya. Pakaian yang membungkus tubuh Yonih pun hanya terisisa beha dan celana
a denganmu, aaaah..." Lenguhan Yonih yang entah s
sssst.." jawab Rhido saat Yonih semaki
onih mulai melenguh kenikmatan, bibirnya masih tetap melahap bibir Rhido dan tang
ntari batang Rhido yang memang berukuran standar
h perjaka, yaaa aaaah ssss
. Masih perjaka ting-ting, kan belum pernah punya pac
n batang rudal Rhido yang disebutnya kecil. Sementara Rhido terus merema
*