elah me
mendadak diterima, tetapi kenapa dia hanya dia
secara bergantian atas bawah. Masih tak ada balasan dari Austin sampai pada t
edua sisi lengannya. Memeganginya dengan erat dan dalam waktu sepersekian detik Austin langsung membawa Kenan memasuki salah
dengan ciumannya yang bisa dikatakan kasar dan menuntut. Jika bukan Kenan yang mendorong tubuh le
kenapa kau bersemangat sekali membalasnya?" Kenan memicing menatap Austin dan memiringkan sedikit kepalanya kepada lelaki itu seolah ingin
a tajam. "Bukankah sekarang masalahnya adalah a
idak boleh?" Kenan men
irnya tidak bergerak tetapi matanya
ku tidak ingin membuat M
semula, membangun suasana lebih santai dari awal lagi. Seperti dua o
i, makanannya suda
, padahal aku sudah menyuruhnya untuk pergi du
e, Austin tampak ingin menghindari Kenan, tetapi sekarang justru Austin rela menunggunya. Dalam hatinya, lelaki paruh baya itu merasa lega karena tak perlu melakukan hal-hal seperti dahulu lagi u
g tidak berharga. Biar bagaimana pun Austin sekarang telah berumur 27 tahun, da
majuan hubungan mereka, dia memberikan compliment besar d
tara mereka. Ayahnya akan bertanya kepada Kenan apakah hubungannya dengan Austin ada masalah? Apakah Austin melakukan se
epan restoran berbintang tersebut. Austin berdiri di samping kanan Kenan untuk memberikan kesan baik atas hubungan mereka d
Tangan Kenan terulur hendak mengacak surai coklat gelap Austin. Begitu atensinya menangkap tatapan taja
ir pribadinya yang dari tadi telah menunggu. Dia perlahan m
nsieur Segre seraya melambaikan tangan b
era menepis kasar tangan Kenan yang bertengger di bahunya begitu mobil Monsieur Serge telah berlalu dari hadapan mereka. Lelaki itu memici
h membuatnya berang dengan luapan emosi yang terus ditahan agar tidak meledak. Sampa
*
t Golf Terraces merupakan sebuah penthouse elite yang letaknya di Metro Pondok Indah, Kebayoran La
ruang utama penthouse Austin. Dia juga melihat banyak pajangan keramik dengan berba
nya yang akan menjadi tempat tinggalnya untuk beberapa waktu ke de
o berbingkai yang terpajang di dinding ruangan depan. Dalam foto itu terdapat sebuah foto seorang lelaki yang mengenakan black tie tu
h pul
arahnya dari belakang, sambil menundukkan pandangannya ke dalam isi tas hobo biru pirus yang dia bawa. Walau tak ada
n itu bukanlah suaminya seperti yang dia kira. Situasi yang tak dapa
ertanya, ekspresi terk
itu, seseorang membuka pintu dan masuk dengan sedikit tergesa-gesa. Dia agak tertegun dan menjadi te
yang baru muncul kemudian berpindah kepada lelak
kata untuk memudarkan kecanggungan yang mengudara. "Helena, perkenalkan, ini Kenan." Austin
n suasana melemparkan senyuman cerah kepada Helena dan mengulurkan tangannya. "Senang bisa
nang bisa bertemu denganmu, aku tak menyangka jika sua
perempuan itu membuat Kenan ta
takan tentangku, karena setelah aku pergi,
dara, aku akan menganggap mereka saudaraku juga." Helena menambahkan, perempuan itu tidak begitu mengetahui orang-orang
ermasalahkan lagi, karena kamu
kembali," Ken
i ini mungkin aku akan pulang larut malam." Di
mu bicarakan tempo
Kenan, berjalan ke arah sofa di mana dia meletakkan wrap coat putih perak miliknya untuk dikenaka
ya, mengecup bibir Austin dan pergi
ak menatapnya senyuman Kenan langsung hilang dalam se
yisakan Austin dan Kenan beserta ekspres datar
puji Kenan sarkas, bi
merebutnya, bahkan jika hanya
k itu juga. Membuat Austin mengernyit
Kenan menatap Austin lekat. Sehubungan dengan itu, sorot m
suara sedikit, berbicara dengan sedik
rtanya seperti itu. Kamu hanya
detik, melihat ke iris lelaki itu dan berka
tipis, Namun, terkesan masam. "Kamu jangan khawatir, aku tidak ak
atu, Kenan dapat melihat secara keseluruhan pemandangan berupa taman hijau yang ditumbuhi oleh bunga-bunga
erdiri di tempatnya. Kenan lalu meletakkan rokok di mulut serta menghidupkan rokoknya dengan pemantik yang dia ambil
bil mengarahkan sebungku
Austin mengisap rokoknya bersamaan saat ujungnya menyentuh api. Tanpa mengucapkan apa pun bahkan
dur dengan perempuan yang sama
enanyakan pertanyaan
bersama asap baru yang
ah. "Lagipula, kamu pasti sudah lama tidak mencoba bermain dengan yang lain, ah ..
k merespon
, rasa cintamu tidak sebesar rasa cintanya padamu. Kamu juga pasti menyadarinya, 'kan? W
memancingku!"
lelaki itu, lalu ekspresinya berubah datar hanya da
kan rokok yang belum tersulut setengah, berjalan masuk ke dalam. K
nya. Sedangkan Austin tidak menggubrisnya, t
pakan barangku?
buan
an, A
oh sesuatu dalam saku celana. Austin meraih satu tangan Kenan yang diam sisi tu
!" Dia berbalik membelakangi Kenan sebelum kembali
a dengan sebuah kunci di tangan. Austin berpikir, tak perlu mengantarkan lelaki itu sampai ke dep
tin yang tak lama setelahnya menghilang dari pandangannya. Ada senyum si
Austin selalu bersikap buruk kepadanya supaya Kenan pergi dari hidupnya, hidup keluarganya. Alasannya karena ayahnya selalu memperhatikan Kenan dibandingkan dirinya yang merupakan anak kandungnya sendiri, darah dagingnya. Dan itu membuat Aust
n bumi, lalu dalam waktu sepuluh tahun muncul mendadak. Namun, pada kenyataannya sekara
*
kedua kakinya lagi. Sementara itu, beberapa jauh pun dirinya berlari, pada akhirnya dia akan kembali kepada Austin untuk merasakan siksaan yang diber
ng dan sunyi, dengan malas Kenan memutar kepalanya ke ar
arkan cahaya redup Selepas berdiri dari posisi berbaring setelah mengumpulkan n
l air mineral. Kenan memperhatikannya dengan sorot mata dingin, bahkan berkali-kali lipat jika dibandingkan angin malam s
. Hanya berpikir tentang bagaimana dia bisa mendapatkan apa yang menjadi milik Austin, Kenan menarik napas panjang se
jak tadi duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Dia lan
tikan mereka d
man mengajakku ikut ke tempat karaoke, dia a
ban Helena, Austin merangkul
mengalungkan tangannya di leher lela
n segera masuk ke kamar, kembali ke tempat tidurnya. Akan tetapi, sebelum itu dia mengambil ponsel yang terletak di atas meja
u perlu b
𝐬𝐚𝐦