Alisa dijebak oleh sahabatnya dan tunangannya untuk melakukan hubungan satu malam di klub dengan seorang pria asing, dan kemudian dia hamil. Lima tahun setelah dia melahirkan anak kembar, dia kembali ke kota asalnya dan bekerja di bawah Grup Mulyadi, di mana dia bertemu dengan CEO - Marvin. Marvin adalah seorang pengusaha brilian yang melakukan pekerjaannya dengan baik. Tetapi untuk tetap berada di bawah radar, dia menjalani kehidupan ganda. Satu sebagai Marvin, dan satu lagi sebagai Primus. Takdir mempertemukan keduanya dan menarik mereka ke dalam kisah cinta yang menarik. Semuanya menjadi lebih rumit ketika Alisa bertemu Primus lagi, pria yang pernah tidur dengannya sebelumnya. Sekarang dia dikejar-kejar oleh dua pria, bagaimana dia harus memilih? Kapan Alisa akan mengungkap rahasia identitas Marvin? Kapan Marvin akan tahu bahwa dia sudah memiliki dua anak sendiri? Bagaimana Alisa akan menghadapi pria ini ketika kebenaran terungkap suatu hari nanti? Datang dan cari tahu.
"Ada sesuatu yang terasa gatal dan tidak nyaman. Kemarilah dan tolong aku."
Alisa Pohan merasa tubuhnya seakan seperti sedang terbakar. Dia menggeliat, lalu mencium jakun pria itu dengan sungguh-sungguh, dan memohon padanya untuk berhubungan s*ks dengannya.
Sudah pasti tidak akan ada yang bisa menolak wanita cantik seperti dirinya. Dia adalah sosok yang sangat indah, menawan, dan juga tidak bermoral.
"Baiklah, kamu yang memintanya," ucap pria itu dengan jakun yang bergerak naik dan turun. Terpikat oleh pesonanya, dia pun memegang pinggangnya, mengangkatnya dan membungkuk untuk mulai menyetub*hinya.
"Ukh ...." terdengar suara Alisa yang mulai mengera*g dengan penuh kenikmatan.
Jika hanya didengar dari suaranya, sulit untuk mengetahui apakah dia sedang kesakitan atau hanya terangs*ng secara s*ksual.
Dengan cepat, dia didorong oleh nafsunya untuk melingkarkan lengannya di sekeliling bahu pria itu dengan sembrono. Dorongan tubuh yang keras dan cepat dari pria itu segera membuatnya mencapai org*sme. Tubuhnya pun berkedut saat dia berbaring telentang di atas ranjang. Dia merasa sangat lelah dan ingin beristirahat. Namun sebelum dia menutup matanya, dia sempat melihat bekas luka yang cukup mencolok pada dada berkeringat pria itu.
... ...
Pada keesokan paginya, Alisa bangun dengan kepala yang terasa sangat sakit. Detik ketika dia membuka matanya, dia langsung dapat merasakan seluruh tubuhnya terasa ngilu, khususnya tubuh bagian bawahnya. Dia pun mengangkat tangannya dan menggosok pelipisnya, mencoba untuk menyadarkan dirinya kembali.
'Apa yang sebenarnya telah terjadi? Bukankah semalam aku minum di kamar Agnes? Siapa pria yang tidur denganku itu?' tanyanya dalam hati.
Tadi malam, Agnes Destia mengundang Alisa ke sebuah pesta kapal pesiar, lalu kemudian ...
Brak! Pintu itu dibanting terbuka.
"Astaga! Alisa! Semalam, kamu ...." Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, raut keheranan lebih dulu menyelimuti seluruh wajah Agnes.
Pria yang sedang berdiri di sampingnya, Alfred Hermawan, bahkan terlihat lebih terkejut darinya.
Dengan panik, Alisa segera menutupi tubuhnya dengan selimut, namun itu sama sekali tidak cukup untuk menutupi semua gigitan cinta di sekujur tubuhnya. Ada beberapa bekas memar pada leher dan lengannya, dan suasana yang romantis di dalam ruangan itu menunjukkan bahwa dia telah bercint* dengan seorang pria tadi malam.
"Alfred, aku tidak ..." ucap Alisa yang ingin menjelaskan dirinya kepada pacarnya.
"Alisa, kamu benar-benar sudah meminta seorang gigol* untuk tidur denganmu! Bagaimana kamu bisa sampai melakukan hal seperti itu? Kamu sudah menyelingkuhi Alfred!" sela Agnes yang kini tampak sangat marah. Dia terdengar seperti dirinyalah yang baru saja diselingkuhi.
Pada saat ini, Alisa menatapnya dengan tatapan tidak percaya. "Aku sama sekali tidak melakukan hal seperti itu! Agnes, kenapa kamu mengatakan hal yang tidak benar?"
Hanya dalam beberapa detik, Alisa kemudian mengingat semua hal yang telah terjadi tadi malam dan langsung menghubungkan segalanya.
"Apa-apaan ...? Sekarang aku mengerti. Alfred! Agnes yang sudah mengatur semua ini, aku-"
"Diam! Alisa, kamu memang tidak lebih dari seorang pel*cur!" raung Alfred, menyela ucapan Alisa. Matanya berkilat marah dan nada suaranya dipenuhi dengan rasa jijik. "Alisa, kamu tidak lebih dari seorang perempuan jal*ng. Kamu sama saja seperti ibumu! Kalian berdua memang suka merayu pria. Jika saja dia tidak melakukan hal yang begitu bodoh, Grup Pohan mungkin tidak akan pernah jatuh bangkrut. Semua ini salahnya bahwa Grup Pohan berakhir seperti ini!"
"Apa yang sebenarnya sedang kamu bicarakan, Alfred? Apa yang terjadi dengan ibuku?" Pikiran Alisa menjadi kosong seraya dia duduk membeku di atas tempat tidur.
"Jangan pernah menunjukkan wajahmu di hadapanku lagi!" Setelah menyelesaikan kalimatnya, Alfred pergi dengan gusar.
Begitu pria itu meninggalkan ruangan, Agnes memasang senyum licik di wajahnya. "Alfred, tunggu aku!"
Alisa akhirnya mendapatkan kembali ketenangannya setelah dia menyadari sesuatu. Kemudian, dia segera mengenakan jubah mandinya dan mengikuti Alfred ke dek kapal. Dia benar-benar perlu bicara dengannya.
"Alfred, apa maksud dari perkataanmu itu? Bagaimana Grup Pohan bisa bangkrut? Dan katakan padaku, bagaimana orang tuaku meninggal?" tanya Alisa yang akhirnya berhasil meraih bahu Alfred, wajahnya menunjukkan ekspresi khawatir.
Sebersit perasaan bersalah melintas di mata Alfred, tetapi segera digantikan oleh kemarahan. "Enyah! Bukankah aku baru saja memperingatkanmu untuk tidak pernah menunjukkan wajahmu di hadapanku lagi?" ucapnya sambil mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman Alisa.
"Langsung katakan saja yang sebenarnya dan aku akan meninggalkanmu sendirian. Tolong ... aku perlu mengetahuinya." Alisa terus memegangi Alfred bahkan ketika air mata jatuh dari pelupuk matanya.
Sekarang, dia sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya sedang berdiri di samping pagar pembatas. Di balik pagar itu, tepat di bawahnya, adalah laut tak berujung.
"Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan. Sekarang lepaskan aku!"
Alfred kini sudah kehabisan kesabarannya dan akhirnya mendorong Alisa lalu pergi. Pada saat Alfred baru saja akan memasuki kabin, seseorang diam-diam menghampiri Alisa, tiba-tiba memeluknya dan terjun ke laut bersamanya.
"Ahhh!"
Mendengar jeritan Alisa, Alfred berbalik dan berlari kembali hanya untuk melihat ombak lautan yang bergejolak. Alisa bahkan sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk meminta bantuan pada siapa pun. Kemudian, orang-orang yang tadinya sedang tertidur di kapal pesiar akhirnya bangun satu per satu. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari bahwa ada seorang wanita yang telah jatuh ke laut dan sekarat.
... ...
Lima tahun kemudian, di bandara. Alisa sedang mendorong kereta bagasi dan berjalan keluar.
Efendi Pohan memasang ekspresi wajah yang serius dan berkata, "Biar kubantu, Ma."
Mendengar ucapannya, Alisa menurunkan kepalanya dan mengelus rambut anaknya yang lembut itu. "Aku sungguh memiliki seorang anak lelaki yang penuh perhatian!"
"Bagaimana denganku, Ma?" tanya putrinya, Emilia Pohan, yang sedang duduk di atas kereta bagasi sambil menjulurkan kepalanya. Matanya yang berkilauan membuatnya terlihat sangat menggemaskan.
"Yah, kalau kamu sih, cukup perhatian untuk menambah beban berat barang bawaan kami," komentar Efendi dengan sinis.
Emilia pun segera berdiri di atas kereta bagasi dan memelototi kakaknya.
Alisa tertawa kecil ketika dia melihat anak-anaknya berinteraksi, matanya dipenuhi dengan tatapan kasih sayang.
Setelah itu, ponselnya tiba-tiba bergetar. Senyum di wajahnya seketika menghilang setelah dia melirik ke arah pesan yang baru saja dia terima itu. Pesan itu dari Johan Bintoro.
"Hubungi aku jika kamu sudah sampai. Aku sudah menyiapkan seorang pengasuh dan sebuah mobil untukmu." bunyi pesan itu.
Sementara matanya terpaku pada layar ponselnya, Alisa tidak bisa berhenti memikirkan sikap sopan pria itu. Dia merasa ragu-ragu apakah dirinya harus menelepon Johan atau tidak.
Karena dia sudah terlalu asyik dengan pikirannya sendiri, dia sampai tidak menyadari apa yang tengah terjadi pada anak-anaknya.
Emilia sedang memegang mainan favoritnya, yaitu sebuah beruang kristal yang berbentuk bundar. Dia sedang bermain dengan gembira. Namun tiba-tiba, ada seseorang yang sedang lewat tidak sengaja menyenggol tangan Emilia, mengakibatkan beruang mainannya itu terjatuh ke lantai. Bandara itu sedang penuh sesak, jadi ketika beruang malang itu terjatuh, dia ditendang-tendang oleh orang-orang yang sedang berjalan.
"Beruangku!" seru Emilia.
"Emilia, tunggu!" teriak Efendi yang berusaha mencegah adiknya untuk berlari.
Emilia dengan tergesa-gesa mengejar beruangnya, sementara Efendi mengejarnya. Segera setelahnya, beruang mainan itu pun berguling ke kaki seorang pria.
"Akhirnya aku menangkapmu!" Emilia mengambil beruang itu sambil tersenyum, kemudian dia melihat ke atas.
Pria yang sedang berdiri di hadapannya itu tinggi dan tegap. Dia mengenakan setelan serba hitam. Wajahnya sangat enak dipandang dan dia memiliki mata yang dalam. Kehadirannya yang mengintimidasi membuat orang-orang yang lewat menjaga jarak darinya, tetapi dirinya malah memikat Emilia.
Pria itu menundukkan kepalanya dan kemudian menatap mata gadis kecil itu. Mata mereka terlihat sangat mirip. Sorot mata Emilia seketika berbinar dan dengan cepat, dia melingkarkan lengannya di paha pria itu.
"Papa!" serunya.
Setelah tiga tahun tanpa cinta, pengkhianatan Nando sangat melukai Kumala. Dia tidak membuang waktu untuk menyingkirkan pria itu! Setelah perceraian, dia mengabdikan dirinya untuk mengejar karier. Menjadi terkenal sebagai desainer top, dokter yang terampil, dan peretas brilian, dia menjadi figur yang dihormati. Nando, menyadari kesalahan besarnya, mencoba dengan-untuk memenangkannya kembali, hanya untuk menyaksikan pernikahannya yang megah dengan orang lain. Saat sumpah mereka disiarkan di papan reklame terbesar di dunia, Farhan menyelipkan cincin ke jari Kumala dan menyatakan, "Kumala sekarang adalah istriku, harta karun yang tak ternilai harganya. Biarlah semua orang yang menginginkannya berhati-hati!"
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."