/0/6164/coverbig.jpg?v=73df83b3a241049d1b60c26f81c53ecf)
"Nikahi aku!" Allard menatap tertarik ke arah seorang gadis yang berdiri di hadapannya. Mata gadis itu memancarkan kesungguhan yang membuat Allard menyunggingkan senyum tipis. Mengangkat alisnya dengan gaya sombong, Allard berujar, "Layani aku satu malam, jika pelayananmu memuaskan aku akan mempertimbangkan untuk menikahimu."
Happy Reading and Enjoy~
Plak...
Bunyi sentuhan kulit dengan kulit itu menggema di langit-langit ruangan, semua yang berada di dalam ruangan itu tertegun. Tidak ada yang berani mengangkat suara, keheningan yang tercipta menambah suasana yang terasa dingin. Semua meringis untuk mengasihani gadis yang terduduk dengan pipi merah yang mungkin sebentar lagi akan membengkak.
Satu persatu yang berada di sana saling bertatapan, tidak ada yang berani menengahi lelaki berbadan besar yang berdiri dengan wajah marah itu, hingga akhirnya seorang wanita tua berjalan menghampiri, memegang pundak lelaki itu lalu dengan ragu-ragu mengelusnya pelan, "Sudahlah, nanti kita bicarakan lagi, kau juga perlu beristirahat." Tatapan wanita itu beralih pada sang gadis yang bersimpuh di lantai. "Masuk ke kamar, Luna," perintahnya dengan suara lembut.
Gadis itu berdiri, menatap sang lelaki yang tidak lain ayahnya ini dengan pandangan nanar. Wajahnya basah oleh air mata, pipinya yang ditampar juga membengkak. "Apapun yang terjadi aku tetap tidak mau!" teriaknya kuat sebelum berlari pergi sembari memegangi pipinya.
"K-kau! uhuk ... uhuk ..." Yessie kembali menengahi, membimbing lelaki itu memasuki kamarnya untuk beristirahat.
"Luna masih terlalu muda untuk menikah, umurnya bahkan belum genap 20 tahun. Kau harus memikirkannya."
Lelaki itu menatap istrinya sinis, "Jika kita tidak menikahkannya dengan John bisnis yang sudah ku bangun bertahun-tahun akan hancur, hanya John yang bisa mengembalikan semuanya."
"Tapi ..."
"Jangan membelanya lagi! ini jalan yang terbaik." Joan memotong ucapan Yessie lalu merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.
Yesie hanya menghela napas pelan, bagaimana bisa seorang ayah menjodohkan anaknya dengan mitra bisnisnya yang sudah berumur 60 tahun? Bahkan lebih cocok menjadi ayah bagi anaknya bukan menjadi suami dari anaknya. Menghela napas pelan, Yesie menyelimuti suaminya sebelum beranjak pergi menemui anaknya yang mungkin saat ini menangis di kamarnya.
Bisnis mereka mengalami kerugian besar akibat penipuan yang menjalin kerja sama dengan perusahaan mereka, barang-berang berharga sudah dijual bahkan mobil-mobil mewah yang mereka miliki juga turut dijual agar bisa menutupi kerugian, tetapi hanya bisa menutupi sebagian kecilnya saja. Perusahaan bangkrut bahkan rumah dan tanah dijual semuanya, Joan jatuh sakit karena depresi.
Beberapa minggu yang lalu John datang, memberi syarat agar mereka mau menikahkan Luna dengannya dan sebagai balasan ia akan membantu kerugian yang mereka alami, membangun kembali perusahaan yang hampir beralih nama itu. Tanpa ragu Joan menyanggupi, pikirannya sudah tertutup dengan mengabaikan usia John yang tahun ini menginjak 60 tahun dengan anaknya menginjak 19 tahun.
Yessie wanita tua itu mengetuk pintu kamar anaknya pelan, mendengar tidak ada sahutan dari dalam ia beucap, "Mommy masuk, ya?"
Ia mendorong pintunya, menatap sendu ke arah Luna yang meringkuk dengan bahu bergetar.
"Mommy tidak setuju dengan pernikahan ini, kan? Mommy aku mohon tolong bujuk Daddy." Luna mengusap air matanya, nadanya merengek dengan memohon agar sang ibu bisa membantunya.
Yessie duduk di ranjang anaknya, mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Luna dengan sayang. "Maaf sayang, mommy tidak bisa banyak membantu. Daddymu terlalu keras, jalan satu-satunya menerimanya. Tidak apa ya, hm?"
"Aku tidak mau! Umurnya 60 tahun, mom! 60 tahun! Aku tidak mau!" Luna meraung, menangis sejadi-jadinya hingga kantung matanya membesar membuat mata indah itu membengkak.
"Kau bisa menolaknya dengan satu cara, yaitu menemui Allard Washington dan memintanya agar menjadi suamimu."
"Allard?" Luna bertanya heran, dahinya mengkerut mencoba mengingat-ingat nama pria yang diucapkan ibunya.
"Allard Washington yang ...." Bibirnya terbuka ketika sudah mengingatnya, menit kemudian wajahnya nampak putus asa.
Allard Washington pria terkaya yang paling banyak diminati para gadis, selain wajahnya yang tampan reputasinya juga buruk. One night stand menjadi kebiasaannya, gosip-gosip model dan juga para bangsawan yang dekat dengannya tidak bisa dihitung dengan jari. Pria itu tidak pernah serius dengan siapapun, menjalin hubungan hanya sebagai partner sex. Bagaimana bisa Luna mengajaknya menikah!?
"Aku tidak ingin menjalin hubungan serius dengan siapapun terlebih dahulu, kebebasan adalah poin utamaku saat ini. Berbeda hal nya dengan wanita yang sesuai dengan keinginanku nantinya, mungkin aku berpikir ulang untuk segera menikah."
Itu perkataan Allard saat diwawancari beberapa bulan yang lalu dalam majalah Story yang rilis dalam setiap bulan. Wanita yang sesuai? Siapakah dirinya jika dibandingkan dengan model-model dan juga artis-arti cantik yang menjalin hubungan dengan Allard? Luna akan menjadi olok-olokkan jika nekat mendekatinya.
Hembusan napas kesal dilontarkannya, menatap ibunya sebelum kembali merengek. Ia benar-benar tidak tau apa yang berada dalam pikiran ayahnya yang tega menikahinya dengan pria tua berumur 60 tahun, ya Tuhan... bahkan dia bisa menjadi ayahnya atau kakeknya. Terlebih lagi jarak umur mereka sangat jauh dan Luna harus mengurusi anak yang umurnya lebih tua darinya.
Ibunya mengangguk. "Ya, Allard Washington pemilik Washington Corp."
"Tapi bagaimana bisa mom? Aku bahkan tidak memiliki sesuatu yang bisa di banggakan." Ia menatap dirinya yang berantakan, dengan rambut kusut dan mata sembab.
Yessie menjulurkan tangannya untuk menyentuh jemari Luna, mencoba menguatkan. "Anak mommy cantik, kau yang tidak menyadarinya. Percaya dirilah, Luna. Minta dia menjadi suamimu dengan suara tegas, berdandanlah secantik mungkin dan se seksi mungkin. Kau harus bisa menjadi wanita yang genit, ketika bertemu dengannya godalah dia."
"Aku tidak mau!" Luna menjerit histeris, bulu kuduknya berdiri ketika membayangkan akan menggoda Allard.
"Apa kau mau menikah dengan John yang berumur 60 tahun itu?"
Dengan putus asa Luna menggeleng, bibirnya mengerucut, air matanya kembali mengalir. "Apa tidak ada jalan lain, Mom? Aku benar-benar tidak ingin menikah. Oh, ya Tuhan bahkan umurku belum genap 20 tahun. Ak-aku baru tamat SMA."
Yessie mengelus rambut putrinya dengan sayang. "Tidak ada yang bisa kita lakukan selain melakukannya, sayang. Daddymu sakit-sakittan karena hal ini dan kaulah jalan satu-satunya untuk mengembalikan apa yang telah hilang."
"Karena hanya aku anak mommy, kan? Mommy berniat ingin menjualku!"
Yessie menghela napas lelah. "Bukan menjual, tetapi lebit tepat jika inilah saatnya kau berbalas budi dengan orang tuamu. Percaya pada mommy bahwa kau bisa melakukannya, Luna. Besok temui Allard dan minta dia menikahimu, jika dia tidak ingin maka minta dia meminjamkan uang kepadamu dalam jumlah yang besar. Lakukan apapun yang bisa menolongmu dari perjodohan ini. Kau bisa kan, sayang?"
Dengan ragu-ragu Luna menganggukkan kepalanya, besok adalah hari yang baru. Hari dimana semuanya akan berubah dalam sekejap mata. Besok seorang Luna Ananta akan menjadi sosok baru yang akan menggoda pria lain.
Bersambung...
"Aku memberimu kebebasan untuk mencintaiku, karena itulah tugasmu sebagai budak. Tapi ingat, jangan mengharapkan yang sebaliknya. Karena aku akan memberikanmu apapun itu, selain cinta." Nathalie berharap ia bisa melakukan hal itu, tapi nyatanya tidak. Hatinya yang lemah tetap saja mengharapkan balasan untuk cintanya yang usang. Ternyata cinta yang tak terbalas memang semenyakitkan ini ...
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.