Kiara tidak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi seorang istri dari Keith Wilson, gurunya sendiri di usianya yang masih 17 tahun. Ia dan Keith menikah bukan karena saling cinta, melainkan perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orangtua mereka. Meski Kiara menentang keras, tapi tidak dengan Keith yang justru menerimanya dengan ikhlas. Kiara tak sadar bahwa ada niat tersembunyi dari perjodohan yang terkesan mendadak dan terburu-buru itu. Belum lagi, Kiara sendiri dibuat tak percaya pada sikap Keith setelah menjadi suaminya yang bersikap sangat posesif serta mengekang ruang geraknya karena larangan-larangan aneh yang pria itu beri. Permasalahan perlahan kian datang mengguncang kehidupan baru Kiara, dimulai dari kekecewaan teman-temannya tentang berita pernikahannya yang ia sembunyikan, lalu hubungan Keith dengan wanita yang jelas mencintai suaminya itu, serta kenyataan dan fakta pahit tentang hidupnya juga masalalunya yang selama ini disembunyikan oleh kedua orangtuanya. Akankah Kiara berhasil melalui dan menyembuhkan luka hatinya itu? Memaafkan masalalu dan menerima Keith kembali yang jelas sudah menyakiti hatinya, yang sayangnya sudah terjatuh dalam pada suaminya tersebut?
"Hot Newss guys!!"
Seorang pria dengan wajah sumringahnya itu berlari pelan memasuki kelas barunya dan mendekati teman-temannya yang tengah bergembira karena dapat satu kelas lagi tahun ini.
"Apasih Gem! Lo gak liat kita lagi happy banget karena bisa sekelas lagi? Bisa gak lo diem dulu tahan semua gosip yang lo bawa itu" ujar Fia salah satu temannya yang protes pada Gema.
"Ini soal Mr. Killer! Yakin lo gak mau denger?"
Mendengar panggilan tersebut, tentu tak membuat Fia saja yang membulatkan matanya penasaran namun beberapa teman-temannya yang berada di belakang mejanya masih sibuk bercerita mulai memperhatikan Gema dan mengerumuninya.
"Apa Gem?" Satria duduk di atas meja dan mulai penasaran mengenai gosip yang sering ia dengar mengenai Pak Keith sewaktu mereka kelas 10.
"Gue baru keluar dari ruang guru dan cari jadwal untuk kelas kita dan kalian harus liat ini!" Gema meletakan satu lembaran jadwal setiap kelas dan menunjuk satu hari di hari jum'at yang semua jadwalnya diisi oleh Pak Keith.
"Mati!! Ini serius?!" Bima kembali melihat jadwal di hari jum'at dan menggeleng dramatis seolah itu adalah akhir dunia.
"Gila kelas kita paling banyak jam pelajaran pak Keith dong!!" Aura yang mencocokan jadwal Pak keith di kelas lain dengan kelas mereka sendiri nampak tak terima dan mengundang anak-anak lain melihatnya.
Meski hanya kelebihan satu jam saja tetap itu merupakan neraka untuk mereka.
Diantara semua kehebohan itu ada satu diantara mereka yang menatap dengan polos dan seolah apa yang mereka lakukan itu satu hal berlebihan.
"Kalian kan belum tau bagaimana cara Pak Keith ngajar kita, kenapa harus bertingkah berlebihan begitu?"
Ucapan Kiara mampu membuat kelima teman-temannya menatap dia dengan kedua mata membulat lebar.
"Kia?! Lo gak pernah denger semua gosip tentang guru itu? Dan lo gak liat gimana jadwal guru itu yang mendominasi hari jum'at di kelas kita?" Aura menggeleng dan berdecak pelan.
"Sepertinya Kiara gak akan percaya kalo belum diajar sama guru itu. Yaudah Kia lo tunggu aja dan rasakan bagaimana cara guru itu mengajar" ucapan Fia dengan tawa ledeknya itu justru membuat perasaan Kia mendadak tak enak.
Sepertinya gosip-gosip mengenai Pak Keith memang benar.
***
"Besok kira-kira Pak Keith masuk gak ya?" celetuk Aura yang berada dalam rangkulan Satria.
"Emang dia bisa gak masuk?" tanya Satria pada Aura yang diangguki gadis itu.
"Bisa sayang! Pak Keith itu pekerjaan utamanya bukan guru"
"Emang iya?" Gema nampak baru mengetahui soal ini.
"Iya, gue sering ikut Papah ke pesta bisnisnya. Terus suka liat Pak Keith di sana. Gue tanya sama Papah kalo Pak Keith itu salah satu pengusaha muda yang sukses besar bahkan perusahaannya bergerak di banyak bidang! Gila sekaya apa dia ya?!"
"Kalo dia udah kaya, buat apa dia ngajar di sini ya?" Fia menendang satu buah kerikil kecil di dekat kakinya, nampak semangatnya hilang karena besok sudah masuk hari jum'at dan mereka akan berhadapan dengan Pak Keith.
"Mau cari dede emesh kali" ucapan Gema itu membuat Fia dan Aura sontak memukulnya.
"Kia diem aja! Mikirin apa si?" lengan Kia disenggol oleh Bima yang sedari tadi memperhatikannya, hanya dia yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Kia menoleh pada Bima dan pada teman-temannya yang kini menatap ia dengan raut penasaran.
"Ahh ... Enggak, gue cuman pusing aja"
"Lo gapapa Ki? Mau gue temani ke uks?" Fia mendekat pada Kiara dan memegang dahi temannya itu namun Kiara tersenyum tipis dan menggeleng.
"Gapapa Fi, gue sehat kok. Cuman sedikit pusing, ada sedikit masalah di rumah"
"Lo benar gapapa Ki?" Bima nampak ikut memegang kepalanya namun Kiara menggeleng dan menurunkan tangan Bima dari kepalanya.
"Gue gapapa. Yaudah yuk balik ke kelas" Pandangan Kiara tertuju pada sesosok pria yang berdiri jauh dari hadapannya dengan senyum yang bisa Kiara bayangkan bagaimana rupanya.
Ia menggeleng kuat dan memilih berbalik lebih dulu meninggalkan teman-temannya lebih dulu.
***
Malam itu, entah bagaimana Kiara yang dipaksa berdandan rapih dan cantik karena ada tamu penting yang berkunjung ke rumahnya.
Awalnya Kiara masih belum mengerti kedatangan tamu tersebut untuk apa dan mau apa ke rumahnya, namun karena dia menurut pada kedua orangtuanya yang menyuruhnya berdandan rapih ia sama sekali tak berpikir maksud dan tujuan tamu tersebut.
Dan ketika tamu tersebut datang, di situlah Kiara kaget serta tak percaya pada siapa yang datang.
Guru sekaligus seseorang yang selama ini tak pernah ia pikir akan kenal dengan keluarganya itu datang berkunjung.
Keith Wilson, pria itu beserta kedua orangtuanya yang ternyata Boss Papah dan sahabat dekat Mamah, mengobrol dengan ramah membahas masalalu dan pekerjaan.
Hanya Kiara yang seperti patung hidup karena dia sendiri yang tak mengerti apa yang dibicarakan serta berada dalam suasana canggung karena dekat dengan gurunya sendiri.
Meski malam itu hanya pembicaraan singkat tentang kabar dan silaturahmi, namun Kiara mendengar kedua orangtua tersebut membicarakan soal besan yang tak ia mengerti apa maksudnya.
Terlebih bagaimana Pak Keith, guru bahasa inggrisnya itu selalu meliarkan pandangan mata padanya yang tak jarang membuat tubuhnya kepanasan. Karena merasa di kedua mata gurunya terdapat laser panas yang seolah membakar tubuh jika hanya ditatap selama beberapa detik.
***
"Ngelamun terus deh! Kenapa sih?" Kiara terlonjak kaget saat Fia menyenggolnya dan mengejutkannya dari lamunannya.
Kini mereka sedang berada di kelas, dan Kiara nampak melamun di saat satu guru di depan sana tengah menjelaskan materi yang akan dipelajari mereka di kelas 11 ini.
"Maaf ..." Kiara meringis pelan, dan membuka buku pelajarannya untuk menyimak guru di depannya.
Kiara tak mau lagi terbengong dan memikirkan maksud kedatangan Keith ke rumahnya beberapa hari lalu, yang terus menghantuinya karena penasaran.
***
"Pulang sekolah nih, kalian gak mau pergi kemana gitu?" Gema yang sudah selesai membereskan buku-bukunya ke dalam tas itu memakai tasnya dan menatap kelima temannya yang sibuk membereskan buku-bukunya.
"Maaf Gem, gue harus pulang cepat. Mau ada acara keluarga" ujar Kiara tanpa memperhatikan Gema.
"Mau pacaran Gem!" Kali ini Satria yang berujar sembari merangkul bahu Aura yang tersenyum meledek pada Gema yang berdecih geli serta sebal terhadap dua teman bucinnya itu.
"Fia, Bima? Kalian bisa kan temani abang Gema bermain di Mall?" kali ini tatapan Gema beralih pada Bima dan Fia yang sayangnya dua-duanya menggeleng menolak.
"Gue mau jagain kucing gue di rumah"
"Gue juga ada tugas harus mandiin burung bokap gue, bye Gem" Bima melambai pada Gema dan meninggalkan teman sebangkunya itu dan keluar lebih dulu, diikuti Satria dan Aura yang saling bergandengan lalu Kiara serta Fia.
Gema mendesis dan mencoba sabar memiliki teman-teman yang meninggalkannya sendiri.
"Untung kalian sahabat gue! Kalo gak gue cabik-cabik nih!" Gema mengambil tasnya dan berlari keluar untuk menyusul teman-temannya tersebut.
***
Kiara memasuki rumahnya dan melihat Mamahnya yang tengah memasak di dapur dibantu dengan dua pelayan rumahnya.
"Mah?" Kiara memanggil Mamahnya itu dan wanita baya dengan senyum cerianya itu menyambut Kiara hangat.
"Hai sayang, sudah pulang anak Mamah" Mamah Rima, mendekati Kiara dan menemani Kiara ke kamar gadis itu karena ada sesuatu yang mau ia bicarakan.
"Bagaimana sekolah hari ini?" Tanyanya yang merupakan kebiasaannya untuk menanyakan keseharian Kiara.
"Menyenangkan, semua teman-teman Kiara menghibur Kiara" Kia tersenyum senang memikirkan teman-temannya itu. Dia membuka setiap kancing seragamnya itu dan membukanya untuk menggantinya dengan kaos rumahan.
"Kia tau bukan, nanti malam keluarga Wilson akan kembali datang ke rumah kita?"
Kiara mengangguk pelan dia tau soal itu. "Iya Mah, Kiara tau. Tapi kenapa belakangan hari ini Pak Keith dan keluarganya selalu ke rumah kita Mah?"
Kiara duduk di sebelah Mamahnya yang duduk di ranjangnya setelah ia menggantungkan seragam sekolahnya di pintu lemari kamarnya.
"Nak, apa kamu tidak bisa menangkap pembicaraan keluarga kita kemarin?" Rima membelai rambut Kiara dan menatap putrinya itu dengan tatapan dalam.
"Kalian hanya bertemu kangen dengan teman lama. Dan aku hanya sangat canggung karena tak percaya jika anak teman kalian itu guruku sendiri"
"Jadi kamu belum menangkap maksud pertemuan dua keluarga ini Kiara?"
Kiara mengangguk yakin, dia memang masih abu-abu mengenai ini.
"Kiara, kami mau menikahkan kalian"
Seolah ada petir yang menyambar kepalanya, Kiara terpaku sejenak setelah mendengar apa yang Mamahnya itu katakan.
Siapa yang mau dinikahkan?
Bukan dia 'kan?
Kiara masih duduk di bangku kelas 11 dia bahkan baru saja kemarin mendapat pembagian kelas namun mengapa ia sudah mendapat berita tak mengenakan ini?
"Mah ..."
"Mamah dan Papah sudah tau jika kamu tidak siap Nak, tapi kami sudah berdiskusi dan memikirkan semua masa depanmu"
Kedua mata Kiara berkaca, sudah jelas bahwa dia yang akan dinikahkan. Kiara tidak siap dan tidak akan pernah siap saat ini. Usianya masih dini dan dia tidak akan mampu menandingi calon suaminya dari segi apapun.
"Kia gak mau Mah ... Kia gak mau nikah!" Kiara menangis dan menunduk menggenggam tangan Mamahnya erat.
"Tidak dalam waktu dekat ini Kia ..." Kiara masih menggeleng kuat dan menolak kuat keputusan kedua orangtuanya yang akan menikahkannya.
"Kia gak mau Mah!!!" isaknya makin kuat ketika membayangkan terhadap apa yang kini tengah ia hadapi.
Bukan pernikahan impian. Bukan pula keinginannya untuk bisa bersama dengan pria yang dia cinta dengan cara yang salah. Adena harus terjebak dalam lautan benci keluarganya di mana karena dia dan kekasih saudarinya terpergok di dalam satu ranjang yang sama dan tanpa busana. Pernikahan terjadi antara Adena dan Revan Pramadya, kekasih kembarannya sendiri dan pria yang diam-diam ia cintai. Tapi sayangnya pernikahannya tak berjalan mulus, karena sikap Revan yang semula sangat ramah padanya berubah menjadi dingin dan acuh terhadapnya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."