/0/4862/coverbig.jpg?v=df56744ad021a59f2b8fd13413dbca67)
Tunangannya dan sahabatnya bekerja sama dan menjebaknya. Dia kehilangan segalanya dan meninggal di jalan. Namun, dia terlahir kembali. Saat dia membuka matanya, suaminya mencoba mencekiknya. Untungnya, dia selamat dari itu. Dia menanda-tangani perjanjian perceraian tanpa ragu dan siap untuk hidupnya yang menyedihkan. Yang mengejutkannya, ibunya dalam kehidupan ini meninggalkan banyak uang untuknya. Dia membalikkan keadaan dan membalas dendam. Semuanya berjalan baik dalam karier maupun cintanya sampai mantan suaminya datang kepadanya.
"Rachel! Kamu cari mati!"
Di ranjang berukuran king, wajah pria itu tampak seperti sebuah topeng kemarahan, mata hitamnya kini terbakar oleh amarah dan rasa benci. Pembuluh darah di dahi dan lengannya sudah menonjol saat dia mencekik leher ramping wanita itu.
Wanita itu masih dalam keadaan setengah tertidur, tapi dia bisa merasakan ada hal yang tidak beres. Dia menyadari bahwa sekarang dirinya tidak bisa bernapas!
Rachel Verdianto membuka matanya lebar-lebar, masih belum sepenuhnya tersadar karena baru saja terbangun dari tidurnya. Kini dia bisa merasakan sepasang tangan di lehernya yang sedang mencekik dan merampas kehidupan dari dirinya. Rachel bingung dan mulai dikuasai oleh rasa takut dan juga panik.
Saat paru-parunya mulai berteriak mencari udara, naluri bertahan hidupnya mulai muncul ke permukaan. Rachel mengangkat tangannya ke tenggorokannya, mencoba menyingkirkan tangan penyerang yang kini masih mencekik tenggorokannya dengan erat.
Namun, pria itu sama sekali bergeming. Sebaliknya, pria ini justru malah mengencangkan cengkeramannya di lehernya, menyebabkan wajah Rachel kini berubah menjadi memerah dan penglihatannya kabur.
Brak!
Pintu kamar terbuka dan kepala pelayan bergegas masuk ke dalam kamar. Wajahnya memucat saat melihat pemandangan yang ada di depannya, sang kepala pelayan bergegas berlari ke arah ranjang, meraih lengan pria itu dan berteriak, "Tuan Rayadinata! Tuan Rayadinata! Tolong lepaskan Nona Rachel! Anda akan membunuhnya!"
"Dia pantas mati!" Pria itu memiliki tatapan mata yang begitu teguh, ucapan yang terlontar dari mulutnya diucapkan dengan begitu tegas.
Kepala pelayan tahu bahwa dirinya tidak bisa menghentikan pria itu secara fisik, jadi dia memilih untuk berlutut di samping ranjang dan mulai memohon untuk keselamatan hidup Rachel, "Tuan Rayadinata, saya mohon! Jika Anda membunuhnya, bagaimana Anda akan menghadapi Nenek Anda? Nenek Anda tidak akan bisa beristirahat dengan tenang di alam sana!"
Nenek?
Mendengar kata-kata kepala pelayan, Victor Rayadinata akhirnya sedikit mengendurkan cengkeramannya.
Rachel mengambil kesempatan yang sudah diberikan oleh kepala pelayan untuk melepaskan diri dari genggamannya dan merangkak pergi. Punggungnya membentur kepala tempat tidur dan dia tetap berada di sana dalam keadaan meringkuk, menatap Victor dengan mata terbelalak lebar dan ketakutan.
Kepala pelayan melihat perubahan sikap Victor sebagai sebuah petunjuk bahwa dia harus terus mendesaknya, "Tuan Rayadinata, mohon bersabarlah! Hari ini perceraian Anda akan segera diresmikan. Anda tidak akan pernah melihat wanita ini lagi! Biarkanlah dia tetap hidup demi Ibunya. Ibunya pernah menyelamatkan Nenek Anda, apa Anda ingat itu? Tolong tenangkan diri Anda!"
Victor sepertinya merasa kata-kata kepala pelayannya masuk akal. Pria itu bangkit dari tempat tidur, mengenakan piyama miliknya dalam diam. Setelah selesai, dia membalikkan badan dan berbicara dengan nada suara sedingin es.
"Aku akan memberi tahu Ivan untuk mengirim surat cerai ke sini. Tanda tangani surat itu dan enyahlah. Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi."
Dengan tatapan terakhir yang dipenuhi dengan kebencian, Victor berjalan keluar meninggalkan ruangan, diikuti oleh kepala pelayan.
Pintu langsung terbanting di belakangnya, suara kencang itu menyakiti telinga Rachel. Wanita yang bernama Rachel itu menutupi dirinya dengan selimut, masih diliputi oleh rasa shock. Wajahnya sekarang pucat pasi, jantungnya berdebar kencang.
Rachel menundukkan kepalanya dan melihat ke arah tubuhnya sendiri. Dia sekarang dalam keadaan tanpa sehelai pun pakaian yang melekat di tubuhnya dan banyak memar gelap menodai kulitnya yang seharusnya mulus tanpa cacat.
Adrenalin yang mengalir di nadinya telah menumpulkan rasa sakitnya sampai sekarang. Tapi ketika kejadian yang terburuk telah berlalu, Rachel merasa seluruh tubuhnya sakit. Tubuhnya terasa sakit di mana-mana.
Rachel tidak bisa menemukan pakaian wanita di dalam lemari. Isi lemari itu hanya berupa kemeja pria dan jas hitam.
Tangannya meraih kemeja dan celana yang ada di sana, kemudian memakainya. Celana yang dia kenakan berukuran sangat besar untuknya, membuatnya terseret di lantai.
Di atas rasa sakit yang sudah dia rasakan, Rachel merasakan sakit kepala yang mengerikan mulai menusuk kepalanya. Sambil mengerang kesakitan, dia berjalan ke sofa dan duduk. Rachel menyandarkan kepalanya yang sakit ke belakang dan memejamkan matanya. Ingatan-ingatan yang bukan miliknya mulai membanjiri seluruh indranya.
Beberapa saat kemudian, Rachel membuka matanya lagi. Ingatan itu adalah milik mantan pemilik tubuh ini, wanita yang bernama Rachel. Setelah diam-diam memilah-milah bermacam-macam hal-hal dalam pikirannya, dia akhirnya sampai pada dua kesimpulan.
Entah bagaimana, dia telah dilahirkan kembali dari dirinya yang lama yaitu Shelia Davis menjadi Rachel Verdianto.
Yang menghuni tubuh ini sebelumnya adalah seorang gadis tidak berguna yang jatuh cinta pada seorang pria bernama Victor Rayadinata. Ibu asli Rachel jatuh sakit dan meninggal beberapa waktu yang lalu dan Ayahnya adalah seorang buaya darat yang menyedihkan.
Ada suara ketukan di pintu.
Suara yang tiba-tiba itu mengejutkan Rachel dari lamunannya. Suara dingin datang dari sisi lain pintu itu, "Bolehkah saya masuk ke dalam?"
Rachel buru-buru menggulung bagian bawah celana dan bergegas membuka pintu. Seorang pria tinggi dan tampak biasa saja berdiri di sana, memegang setumpuk kertas di tangannya.
"Ivan." Rachel dengan cepat mencari ingatannya dan menemukan nama pria itu.
Wajah pria itu tanpa ekspresi, Ivan Guntoro lalu menyerahkan dokumen dan pena pada Rachel, "Tuan Rayadinata meminta saya untuk mengawasi Anda keluar. Segera setelah Anda menandatangani surat cerai ini."
Rachel melirik dokumen-dokumen itu, mengingat apa yang dikatakan oleh kepala pelayan sebelumnya untuk menyelamatkan nyawanya. Hari ini adalah ulang tahun pernikahan kedua antara Victor dan Rachel, tapi mulai sekarang, itu juga akan menjadi hari yang sama sebagai akhir dari pernikahan mereka.
Apa perjanjian perceraian bisa dibuat dalam waktu kurang dari satu jam? Victor pasti begitu membenci Rachel.
Rachel menerima dokumen itu dan mulai membaliknya, lalu menandatangani bagian mana pun yang membutuhkan tanda tangannya sebagai "Rachel Verdianto" dengan rapi. Dia menyelesaikan semua itu dalam waktu kurang dari 30 detik.
"Ini," ucap Rachel sambil mengembalikan dokumen dan pena pada Ivan.
Ivan menatap wanita yang ada di depannya dengan pandangan penuh keheranan, alisnya terangkat. Dia tidak menyangka urusan ini akan menjadi begitu mudah. Ketika Victor memintanya untuk membawa dokumen perjanjian, Victor memberitahunya bahwa Rachel bersikeras tidak ingin menandatanganinya, jadi dia mungkin harus menggunakan kekerasan agar Rachel mau menandatanganinya.
"Apa Anda tidak ingin membacanya dulu?" ucap Ivan, masih belum mengulurkan tangan untuk mengambil dokumen-dokumen itu dari Rachel.
Rachel mengangkat alisnya dan menjawab dengan nada datar, "Tidak."
"Apa Anda tidak ingin tahu tentang apa yang akan Anda dapatkan dari perceraian ini?" Ivan mengerutkan kening sekarang, tampak semakin bingung dengan sikap Rachel.
Rachel mengangkat alisnya sambil menaikkan celana yang dia kenakan. Dia memberi Ivan seulas senyum, "Tidak perlu membacanya. Aku tahu bahwa ada dua kemungkinan hasil dari perceraian ini. Salah satunya adalah bahwa aku mungkin terlilit hutang dan akan segera bangkrut, dan yang lainnya adalah aku harus meninggalkan pernikahan ini tanpa membawa uang sepeser pun. Aku yakin Victor mengumpulkan tim pengacara yang luar biasa untuk membuat pilihan terbaik untuknya."
Mata Ivan seketika berubah menjadi suram. Akhirnya dia mengambil dokumen perceraian itu dan berkata, "Tuan Rayadinata hanya ingin Anda pergi tanpa mendapatkan asetnya."
"Kalau begitu pastikan kamu menyampaikan rasa terima kasihku padanya." Rachel benar-benar tidak peduli sama sekali dengan semua ini. Mantan penghuni tubuh inilah yang sangat mencintai Victor, bukan dirinya. Dia bahkan tidak peduli apakah pria itu hidup atau mati.
Dia tidak ingin pria yang kejam seperti Victor menjadi suaminya. Seorang pria yang bisa begitu membenci istrinya sampai-sampai ingin mencekik istrinya sendiri sampai mati. Rachel sekarang memiliki kesempatan lain untuk bisa melanjutkan hidup dan dia berniat untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.
Mata Ivan jatuh ke leher Rachel.
"Apa Anda ingin saya memanggilkan seorang dokter untuk Anda?"
Untuk sesaat, Rachel merasa bingung. Kemudian, dia ingat memar di lehernya dan mengangkat tangannya untuk menyentuh bagian di mana Victor mencekiknya. Perasaan ketika dirinya sesak napas dan berada di ambang kematian kembali menerjangnya, dan dia harus menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan perasaan itu.
"Tidak, terima kasih untuk tawarannya. Aku tidak apa-apa. Ini tidak terlalu buruk," jawabnya sambil mengangkat bahu.
"Kalau begitu, tolong kemasi barang-barang Anda." Nada bicara Ivan kini kembali normal, terasa dingin dan sangat profesional.
Rachel mengangguk dan meninggalkan kamar Victor tanpa mengenakan alas kaki, masih menarik celananya. Dia harus menempuh jalan yang cukup panjang untuk bisa mencapai kamarnya sendiri. Victor sangat membenci Rachel hingga dia bahkan tidak ingin bertemu dengan istrinya di koridor, jadi kamarnya berada di ujung rumah besar itu.
Butuh waktu hampir dua menit baginya untuk bisa sampai ke sana.
Kamar tidur Rachel awalnya adalah ruang gudang, tapi setelah pernikahan Rachel dan Victor berlangsung, Rachel pindah ke sini. Dia mendorong pintu hingga terbuka dan berjalan melalui pintu yang sempit dengan gesit.
Ruangan itu sangat kecil. Kamar itu hanya berisi ranjang dan meja rias, perabotannya terletak sangat berdekatan hingga tidak ada ruang untuk bisa berjalan dengan leluasa.
Rachel tidak punya banyak barang untuk dikemas. Kecuali kosmetiknya yang berserakan di meja rias dan beberapa pakaian, selain itu dia tidak punya banyak barang lagi. Dia berganti pakaian dan memasukkan barang-barang lainnya ke dalam koper.
"Oke, aku sudah selesai berkemas. Aku akan pergi sekarang. Kuharap aku tidak akan pernah melihatmu lagi, Ivan! Selamat tinggal!" Rachel berkata dengan suara dingin, tapi masih dipenuhi dengan rasa riang sambil menyeret kopernya melintasi aula.
"Rachel, ke mana kamu akan pergi?" Tiba-tiba, pintu lift terbuka dan memperlihatkan seorang wanita yang mengenakan setelan bisnis. Suara sepatu hak tingginya berbunyi saat bersinggungan dengan lantai marmer, suara itu bergema renyah, sangat kontras dengan suara wanita yang tajam itu.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."