/0/3439/coverbig.jpg?v=20220105114107)
Perfect Love, lanjutan dari kisah My Bad Boss Cinta Yang Sempurna, bukan cinta yang lurus mulus layaknya jalan tol... Tapi cinta yang sempurna adalah cinta yang tetap bertahan dengan satu pasangan walaupun banyaknya badai yang menerjang.
[ Bagian 1 ]
Happy Reading!!
No Bully!!
No Edit!!
***
[ Normal ]
"Selamat pagi."
Adeeva menatap Xaiver yang sudah rapi dengan stelan jas kantornya.
"Kau berangkat pagi lagi?" tanya Adeeva serak khas bangun tidur.
Xaiver mengangguk. "Ya," balasnya singkat.
"Sibuk sekali ya, sampai kau harus pergi pagi pulang larut malam?" tanya Adeeva, kini ia sudah duduk bersandar kepala ranjang.
Xaiver yang tengah memasang dasi tersenyum ke arah Adeeva. "Ya, lumayan... Kau sendiri yang bilang kan, jika aku tidak boleh melimpahkan pekerjaanku pada Alex dan Rossa."
Adeeva mendesah, dulu Adeeva memang mengatakan jika Xaiver tidak boleh terus selalu tergantung pada Alex dan Rosa. Kini dia menyesal karenanya, Xaiver jadi super sibuk. Semua pekerjaan dia yang mengerjakan, tidak ada lagi Sekretaris pribadi.
Xaiver menjadi semakin rajin memang, tapi itu membuat Xaiver semakin sedikit di rumah.
"Tapi, akhir akhir ini kau bahkan tidak pernah pulang untuk makan siang lagi." Ungkap Adeeva lirih, biasanya walau pun Xaiver sangat sibuk. Suaminya itu tetap akan pulang untuk makan siang.
"Maaf, " lirih Xaiver, ia merasa sedikit bersalah melihat wajah sedih Adeeva.
"Vano sering menanyakan dirimu."
"Hari ini akan aku usahakan pulang untuk makan siang bersama kalian," Xaiver mendeja ucapannya. "Tapi aku tidak bisa janji." lanjutnya.
Adeeva bangkit dari ranjang, dan mengambil sesuatu dari dalam laci. Sebuah Amplop putih dengan logo rumah sakit.
"Xaiver aku--,"
"Aku harus ke kantor sekarang." Xaiver memotong ucapan Adeeva.
"Tapi aku--,"
"Sabar ya, jika urusanku selesai. Aku akan kembali beraktivitas seperti biasa kok." ujar Xaiver, ia kembali memotong ucapan Adeeva.
Adeeva mendesah malas, ia pun tidak jadi menyerahkan amplop itu pada Xaiver.
"Jangan bersedih, aku tidak suka melihatnya." desah Xaiver lirih, lalu ia membawa Adeeva ke dalam dekapannya.
"Aku tidak apa-apa." Adeeva melepaskan pelukan Xaiver, lalu ia mencoba tersenyum semanis mungkin.
"Ok. Aku pergi dulu, sampaikan salamku pada anak anak."
Xaiver mencium bibir Adeeva sekilas, lalu beranjak meninggalkan Adeeva yang hanya diam menatap kepergian Xaiver.
Adeeva menatap amplop di tangannya dengan tatapan nanar, dia takut dengan segala hal kemungkinan buruk yang ada di dalam otaknya.
Adeeva pun menggelengkan kepalanya pelan, mencoba menyingkirkan pikiran buruknya tentang Xaiver.
"Jangan berpikiran buruk Adeeva, Xaiver hanya sedang sibuk." Adeeva meyakinkan dirinya sendiri untuk percaya pada Xaiver.
Adeeva mendesah kesal, ia melemparkan amplop itu ke atas ranjang, dan bergegas untuk membersihkan diri.
Setelah mandi berendam, Adeeva berdandan dan mencoba menggunakan pakaian baru, pakaian rekomendasi dari Yuki.
Adeeva berpikir jika Xaiver akhir akhir ini suka lembur dan jarang pulang karena bosan dengan dirinya yang jarang dandan dan membiarkan dirinya jelek.
Adeeva menatap pantulan dirinya di cermin. "Terlalu seksi, duh terasa seperti wanita murahan."
"Tapi kan dari dulu, Xaiver suka yang seperti ini." gumamnya kesal saat mengingat beberapa lembar foto Xaiver dan Arabella di sebuah restoran, entah siapa pengirimnya, Adeeva tidak tau.
"Ma..."
Adeeva menatap Vano yang entah sejak kapan masuk ke dalam kamar, anak itu berdiri di pintu Walk in Closet, dengan Sherlin di sampingnya.
"Ada apa sayang?" tanya Adeeva, ia berjalan ke arah Vano dan Sherlin, kemudian berjongkok di depan mereka berdua.
"Mama mau ka mana?" tanya Vano polos. Anak berusia lima tahun itu bingung melihat Ibunya tampil cantik, biasanya kan Ibunya hanya akan tampil cantik jika acara tertentu saja.
Adeeva tersenyum dan mengusap kepala Vano dengan sayang. "Kalian sudah mandi?" tanya Adeeva.
"Sudah Ma." balas Vano dan Sherlin serempak.
"Anak pintar ... Ayo kita keluar dan sarapan bersama," ajak Adeeva.
"Papa mana Ma?" tanya Vano.
"Papa sudah kerja sayang."
"Papa sekarang tidak sayang Vano lagi ya Ma?"
"Siapa yang bilang?" tanya Adeeva.
"Vano, Sherlin ... Dengerin Mama ya, Papa itu lagi sibuk kerja, bukan berarti tidak sayang kalian lagi ..." kata Adeeva saat Vano hanya diam menatapnya tanpa suara.
"Sarah bilang, Papa pergi pagi pulang pagi karena Papa punya anak lain."
Adeeva mendengkus, bagaimana Sarah bisa mengatakan itu pada anak kecil!
Adeeva memeluk tubuh Sherlin dan Vano secara bersamaan. "Maksud Sarah itu, sebentar lagi kalian akan punya adik baru."
"Adik?" tanya Vano.
"Iya, adik baru."
Adeeva melepaskan pelukannya dari ke dua anaknya dan tersenyum lebar. "Di dalam perut Mama ini ada adik kalian."
"Mana Ma, kok tidak terlihat?" tanya Sherlin bingung.
"Ya tidaklah, nanti tunggu enam bulan ke depan, adik kalian akan lahir."
"Enam bulan itu lama tidak Ma?" tanya Vano.
"Sebentar kok."
"Yeay, Vano akan punya adik lagi. Adiknya seru kan Ma, bisa di ajak main. Tidak seperti Sherlin, si anak robot." teriak Vano kegirangan.
Adeeva tertawa, Sherlin memang anaknya pendiam. Saking diamnya Vano sering kali menjahili adiknya itu. Dan Vano menjuluki Sherlin dengan nama Sherlin si anak robot.
Karena apapun yang Vano lalukan pada Sherlin, Sherlin tidak akan pernah membalasnya.
Adeeva pun mengajak anaknya itu sarapan bersama, melupakan sejenak foto foto Xaiver bersama Arabella.
Adeeva sudah memutuskan, bahwa dia akan selalu tampil cantik, walau tidak ke mana mana. Adeeva tidak mau, Xaiver berpaling darinya karena dirinya jelek.
***
Adeeva menatap ponselnya malas, sejak tadi siang ponsel Xaiver tidak bisa di hubungi, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Padahal tadi pagi Xaiver bilang , dia akan pulang untuk makan siang, namun nyatanya Xaiver malah tidak pulang, boro boro pulang, kasih kabar saja tidak.
Adeeva mendengkus dan memutuskan untuk tidur, mungkin malam ini Xaiver tidak akan pulang, dan Adeeva akan tidur sendiri.
Dengan kesal, Adeeva melepaskan gaun tidur seksinya kesembarang arah, dan langsung masuk ke dalam selimut. 'Percuma pakai yang seksi, kalau tidak ada yang lihat!' gerutunya kesal.
Sebelum kesadarannya habis, Adeeva bisa mendengar pintu kamar yang di buka. Namun matanya sangat mengantuk, jadi malas hanya untuk sekedar membuka mata saja.
Xaiver yang baru saja pulang kerja, memutuskan untuk langsung mandi saat melihat Adeeva sudah tidur di balik selimut.
Selesai mandi, Xaiver langsung ikut masuk ke dalam selimut. Matanya mendelik saat memeluk tubuh Adeeva yang tanpa busana.
Xaiver pun penasaran dan membuka selimut yang menutupi tubuh mereka.
"Kenapa harus bugil sih?" tanya Xaiver kesal, entah pada siapa.
Xaiver sedang lelah, namum melihat Adeeva yang tanpa busana, membuatnya ingin menyentuh Adeeva. Apalagi sudah hampir sebulan, mereka tidak berhubungan karena kesibukan Xaiver.
Adeeva menggeliat geli saat merasakan sesuatu yang lembab dan basah di lehernya, namun dia tidak membuka mata.
"Hn."
Adeeva bergumam tidak jelas, sepertinya dia bermimpi saat ini, mungkinkah karena dirinya sangat merindukan Xaiver, makanya ia bermimpi jika Xaiver tengah mencumbu dirinya saat ini.
Jika memang ia, maka Adeeva tidak mau membuka matanya, biarlah malam ini dia bermimpi bercumbu dengan Xaiver, karena saat dia membuka mata, maka sudah di pastikan Xaiver tidak akan ada waktu untuk itu, karena sibuk.
"Hn."
Adeeva kembali bergumam tidak jelas, mimpi ini terasa sangat nyata, sentuhan Xaiver pun terasa sangat nyata.
Bersambung.
Annabelle tidak ingin lagi hidup sudah, jadi saat ada pria kaya mengaku sebagai tunangan dan menikahinya, Annabelle menerimanya, toh dia sudah mengatakan bhwa namanya Annabelle Shaqueena, bukan Anna Queen Aleysha... Jadi saat Anna kembali, bukan salah Annabelle karena sudah menggantikannya menikah dengan tunangannya.
Berawal dari menjemput adik iparnya di bandara, Kaliendra Walker tak pernah menyangka bahwa ia akan menyukai adik iparnya sendiri. Tidak peduli dengan statusnya yang adalah adik iparnya, Kaliendra berusaha mendapatkan gadis itu menjadi miliknya.
Xaiver Narendra Maximilian, pernah bersumpah di hadapan teman temannya jika ia tidak akan menikah seumur hidupnya karena baginya wanita itu hanyalah penghangat ranjang semata. Namun sumpah itu mulai terlupakan saat ia memiliki sekretaris yang tidak berniat menggodanya sama sekali. "Hal terindah yang pernah aku dapatkan adalah saat aku bertemu denganmu, Adeeva Adelia." Xaiver Narendra Maximilian. "Hal terburuk yang pernah aku lalui adalah saat aku bertemu denganmu, Xaiver Narendra Maximilian... Tapi itu dulu, karena sekarang hal buruk itu menjadi hari yang indah." Adeeva Adelia Albert
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …