/0/3309/coverbig.jpg?v=eb5ce0a9771a754e568292f0485f6416)
Aisyah (22) merupakan lulusan STAIA jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Dia memutuskan untuk berhijrah ke ibukota sambil membagikan ilmu yang dimilikinya. Namun siapa sangka ternyata dia bertemu dengan seorang CEO yang memiliki masa lalu buruk. Sehingga sikap serta sifatnya berubah drastis. Lamaran kerja Aisyah ditolak selain itu juga dia merasa dipermalukan oleh karyawan perusahaan dan berharap Aisyah mendapatkan keadilan. Cerita berbalik 360 derajat. Aisyah yang tanpa sengaja mendengar obrolan CEO perusahaan dengan seorang wanita, mengantarkan Aisyah pada kisah yang membuat dirinya rela dinikahi demi menjaga kehormatannya. Rahman (30) seorang CEO dari perusahaan resort di ibukota yang sangat sukses. Pernikahannya dengan Cindy digagalkan oleh calon mertua karena factor kesehatan Rahman yang dinyatakan sulit memiliki keturunan. Rahman frustasi lalu memilih masuk ke dunia liar dan gonta-ganti kencan. Pertemuannya dengan Aisyah bagaikan hadiah dari Tuhan untuk mengubah takdirnya. Meski begitu Rahman masih belum bisa menerima kenyataan jika dokter di Singapura juga mengatakan kalau dia sulit untuk mempunyai keturunan. Rahman ragu dengan syarat yang diajukan Aisyah sebelum menikah yaitu ikhtiar bersama. Apakah semua berhasil sesuai dengan harapannya?
Tubuh Aisyah dijatuhkan ke atas tempat tidur. Kasur yang empuk itu membuat tubuh Asiyah terpental. Sekuat tenaga Aisyah tidak ingin menangis. Sementara Rahman, pria yang penuh dendam di dalam hatinya masih menatap Aisyah dengan tatapan bengisnya. Aisyah masih merasa bingung, dalam sekejap waktu dia bisa berada di kamar besar dan rumah yang bagaikan istana.
"Tunggu saja hukuman dariku!"
Rahman lalu meninggalkan kamar. Pembantu rumah yang sangat setia dengan Tuannya itu tidak tega melihat Aisyah. Melihat penampilan Aisyah, pembantu itu menganggap kalau Aisyah adalah perempuan baik-baik, kenapa Tuannya membawa dia ke sini. Apakah dia salah membawa wanita atau dia ingin merasakan kepuasan dari wanita yang tak seperti biasanya.
"Maafkan Tuan Rahman. Nona."
Aisyah justru merasa aneh dengan pria bernama Rahman itu. Namanya tidak mencerminkan orang yang penuh kasih sayang. Pembantu itu yang bernama Darsih dan biasa dipanggil Mbok Darsih pun penasaran kenapa perempuan berjilbab panjang bahkan memakai niqam bisa dibawa pulang oleh tuannya itu. Biasanya perempuan-perempuan berpakaian 'you can see' yang dibawa pulang.
Aisyah memijat pundak kanannya yang masih terasa sakit. Dia pun mengingat kembali bagaimana dia bisa diajak paksa oleh Rahman.
Penampilan Aisyah yang berbeda dengan pelamar lainnya harus berdebat dengan bagian HRD. Selain dilecehkan dari segi penampilan, Aisyah juga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Berkas lamaran kerja Aisyah disebar sehingga ruangan interview menjadi gaduh. Karena tidak terima diperlakukan seperti itu Aisyah memaksa untuk bertemu dengan CEO langsung.
Di ruang kerja sang CEO, Aisyah merasa malu. Bukan karena dia ingin meminta haknya yang telah dilecehkan melainkan malu atas sikap CEO yang tidak punya etika sopan santun. Meski di dalam ruangannya, dia tidak pantas memasukkan perempuan berpakaian seksi dan melakukan aksi maksiat terang-terangan. Aisyah membaca papan nama di meja-Rahman Wijayanto.
Rahman menggunakan isyarat tangan, perempuan seksi itu pun pergi sambil tersenyum dan menarik niqam Aisyah dengan sengaja. Aisyah hanya diam lalu membenarkan niqamnya.
"Maaf, saya tidak membuka sumbangan."
"Saya tidak meminta sumbangan."
"Terus ada apa ke sini?"
"Saya minta keadilan atas sikap HRD Anda."
"Memangnya kenapa?"
"Dia telah menghina saya, bahkan melempar berkas lamaran kerja saya."
Rahman justru tertawa. Dia tidak mempedulikan perasaan perempuan yang berdiri di hadapannya. Memang perusahaan Rahman sedang membuka lamaran pekerja baru untuk ditempatkan di cabang kantor barunya sebagai penerima tamu.
"Siapa namamu?"
"Nur Aisyah."
Mendengar namanya Rahman terasa sejuk dalam hatinya. Dia yang biasanya mudah marah-marah akan hal-hal sepele, tapi kali ini seperti terhipnotis oleh perempuan yang baru dikenalinya.
"Nur Aisyah..., kelihatannya untuk bagian receptionist tidak cocok untuk kamu."
Aisyah merasa kecewa atas penolakan CEO itu. Harapannya sirna untuk mendapatkan pekerjaan di kota ini. Sia-sia saja berdebat dengan orang yang hanya menilai penampilannya saja tanpa mau melihat kualitas kemampuan kinerjanya. Tanpa berkata apa-apa lagi, Aisyah pergi dari ruangan Rahman. Bola matanya yang berwarna hitam tak kuasa menahan cairan bening dan hangat terjatuh.
Rahman bergegas keluar dari ruangannya dan menuju ke tempat parkir. Rahman berpapasan dengan Cindy, mantannya.
"Kebetulan bertemu di sini. Ini undangan untukmu, aku mau menikah dengan laki-laki yang sehat, tidak sepertimu. Mandul..."
Terasa sakit sekali hati Rahman mendengar hinaan dari Cindy. Rahman meremas undangan itu dan melemparkan ke arah Cindy. Aisyah yang tanpa sengaja melihat kejadian itu langsung sembunyi di balik mobil.
Rahman memencet kunci mobil hingga Aisyah merasa kaget. Rahman melihat Aisyah dari spion lalu dia membunyikan klakson, bertambah kaget lagi Aisyah. Rahman keluar dari mobil.
"Ngapain kamu di situ. Ingin mati?" bentak Rahman keras.
Aisyah menggelengkan kepala. Rahman berjalan mendekati Aisyah. Tatapan matanya sangat mengerikan. Baru kali ini Aisyah melihat orang penuh amarah.
"Kamu mendengar obrolanku tadi?"
Aisyah menggelengkan kepala.
"Jujur...!"
Rahman membentak Aisyah, tangannya bahkan hampir saja mencengkram pipi Aisyah. Rahman mengurungkan niatnya, Aisyah hanya bisa memejamkan mata, bibirnya yang ketakutan tidak mungkin dilihat oleh Rahman.
"Ikut aku!"
Aisyah masih diam dan mematung. Rahman yang sudah duduk di kursi pengemudi dibuatnya semakin kesal. Rahman berulang kali membunyikan klakson hingga membuat Aisyah masuk ke mobil.
"Duduk depan."
"Hah?"
"Aku bukan supirmu."
Aisyah pun pindah duduk di depan. Rahman yang tadi berencana pergi ke café untuk menghilangkan suntuk terpaksa harus mengantarkan Aisyah ke rumahnya. Aisyah merasa khawatir akan dibawa ke mana oleh pria yang baru dikenalnya, dalam hati Aisyah terus berzikir meminta pertolongan dari Tuhan.
"Kamu sudah merusak rencanaku."
"Apa?"
Aisyah tidak paham dengan maksud Rahman. Dia hanya bisa pasrah dan berdoa semoga semua akan baik-baik saja. Hingga mobil mewah itu masuk ke halaman rumah yang tampak seperti istana.
Mbok Darsih tertawa tapi dia merasa kasihan juga dengan Aisyah. Perempuan yang tidak tahu apa-apa harus menerima hukuman Tuannya.
"Yang sabar ya, Non. Tuan Rahman sebenarnya baik orangnya, tapi sejak berpisah dengan, Non Cindy, entah kenapa dia menjadi tempramental."
"Cindy, mantan istrinya?"
"Hampir saja menjadi istri."
Aisyah mencoba memahami, orang yang gagal menikah memang bisa stress berat. Mungkin itu yang dialami oleh Rahman. Aisyah hanya bisa menunggu hukuman apa yang dimaksud oleh Rahman. Tapi berada di kamar besar seperti ini sangat membosankan. Seumur hidupnya juga baru pertama kali merasakan duduk di kasur yang sangat nyaman.
Aisyah menggedor-gedor pintu. Namun Mbok Darsih tidak berani untuk membukakan untuknya. Rahman pasti akan menghukum Aisyah lebih keras lagi, jika ada yang menolongnya. Aisyah mulai gelisah dan khawatir. Dia pergi ke kamar mandi. Untung saja di kamar besar itu terdapat kamar mandinya. Aisyah segera membasuh kedua tangannya dan mengambil wudhu.
Setiap dalam cobaan apa pun, Aisyah tidak akan melupakan Tuhannya. Bahkan cobaan bertemu pria aneh pun, Aisyah tidak marah kepada Tuhannya. Aisyah merasa kaget melihat sosok pria aneh itu bersender di pintu. Sejak kapan dia berdiri di situ.
Aisyah berdiri dan mencoba kabur namun tangan Rahman menariknya. Kekuatan Aisyah tidak bisa melawan.
"Biarkan aku pergi..."
"Enak saja mau pergi. Aku belum memberi hukuman untukmu."
"Hukuman apa? Aku tidak salah apa-apa." Aisyah kali ini berani protes.
Rahman berjalan mendekati Aisyah. Tidak bisa disembunyikan rasa takut menyelimuti hati Aisyah. Saat Rahman hendak membuka niqam, Aisyah langsung menampel tangan Rahman.
"Cukup punya nyali, kamu..." Rahman meremas pergelangan tangan Aisyah, sehingga membuatnya menjerit kesakitan.
"Auhhh... ahh..."
Mendengar erangan Aisyah, Rahman menjadi lebih nekad untuk menarik niqam Aisyah. Lalu, entah dapat kekuatan dan keberanian darimana, Aisyah menggigit tangan Rahman, namun anehnya Rahman tidak melepaskan cengkraman tangannya. Dia menikmati gigitan Aisyah. Bola mata Aisyah sampai merasa tidak percaya.
"Teruskan..." ucap Rahman membuat Aisyah melepaskan gigitannya.
Semaksimal mungkin, Aisyah sudah menggunakan gigitan taringnya namun Rahman justru menikmatinya. Saat Rahman sedikit lengah, Aisyah langsung berusaha berlari ke arah pintu.
"Mau lari ke mana kamu?"
Rahman menarik kerudung Aisyah, sekuat tenaga Aisyah berusaha menyelamatkan kehormatannya. Jeritan dan teriakan Aisyah tidak ada yang peduli. Mbok Darsih tidak berani melarang Tuannya.
"Kamu gila..."
Plakkk!
Sentuhan keras mendarat di pipi Raham. Wajahnya yang sudah penuh amarah langsung berubah menjadi tatapan srigala yang siap menguliti Aisyah. Dalam kepanikan, Aisyah perlahan berjalan mundur. Rahman masih memegangi pipinya dan tidak percaya kepada keberanian Aisyah yang telah menamparnya.
"Jangan beri dia makan, Mbok. Sampai dia meminta maaf."
Mbok Darsih melihat ketakutan yang terpancar dari mata Aisyah. Kamar kembali dikunci. Aisyah menangis dan meratapi nasibnya. Ibukota tidak seindah bayangannya. Jika bukan karena ingin mengejar impian, mungkin saja dia masih menikmati kebebasan di penjara suci. Aisyah menangis pun tidak ada gunanya.
Bukan takut tidak diberi makan, tapi Aisyah takut akan kelakuan CEO gila itu. Membawa gadis yang tidak tahu apa-apa dan malah ingin melecehkannya. Aisyah menghapus airmatanya dan berjalan melihat sebuah foto berbingkai kecil di samping tempat tidur.
Foto keluarga yang tampak harmonis. Ada Rahman dengan wajah tampannya berdiri di sebelah seorang perempuan. Apakah itu kekasihnya, tapi Aisyah menggelengkan kepalanya. Sepertinya itu bukan wanita yang dilihatnya di parkiran. Aisyah meletakkan kembali bingkai foto itu. Dia merasa lelah menghadapi pria penuh tempramental itu. Tidak peduli ini tempat tidur siapa, Aisyah memilih untuk mengangkat kedua kakinya dan mimilih tidur.
***
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Pada hari pernikahannya, saudari Khloe berkomplot dengan pengantin prianya, menjebaknya atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, di mana dia menanggung banyak penderitaan. Ketika Khloe akhirnya dibebaskan, saudarinya yang jahat menggunakan ibu mereka untuk memaksa Khloe melakukan hubungan tidak senonoh dengan seorang pria tua. Seperti sudah ditakdirkan, Khloe bertemu dengan Henrik, mafia gagah tetapi kejam yang berusaha mengubah jalan hidupnya. Meskipun Henrik berpenampilan dingin, dia sangat menyayangi Khloe. Dia membantunya menerima balasan dari para penyiksanya dan mencegahnya diintimidasi lagi.