/0/3219/coverbig.jpg?v=606f0564742a6b0348dac03529c35ba8)
Jarvis Dharmawangsa adalah seorang pengusaha kaya raya. Dia memiliki seorang anak laki-laki bernama Nathan Ivander Dharmawangsa. Istrinya bernama Adelia. Slamet Baskoro adalah adalah seorang penjual nasi goreng. Slamet memiliki seorang anak perempuan bernama Nindy. Pertemuan tak sengaja mereka membuat mereka bersahabat. Di kedai nasi goreng milik Slamet, Jarvis sering bertemu Nindy. Kesederhanaan Nindy membuatnya terpesona dan dia berencana akan menjodohkan putranya dengan Nindy. Rencana pernikahan mereka terpaksa dipercepat karena kondisi kesehatan Slamet yang terus menurun. Usai akad nikah, Slamet meninggal dunia. Nathan terpaksa menerima peenikahan itu. Namun, ternyata, di belakang Nindy, Nathan juga menikahi kekasihnya. Satu tahun usai pernikahan Nathan dan Nindy, Jarvis meninggal dunia. Atas desakan sang Mama, kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk menceraikan Nindy. Apalagi, saat itu Jovanka sedang hamil. Empat puluh hari usai kematian Jarvis, pengacara keluarga datang dan membacakan surat wasiat. Ternyata, semua aset diwariskan kepada Nindy. Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
BAB 1
HARI PERNIKAHAN
"Saya terima nikah dan kawinnya Anindya Larasati Utami binti Slamet Baskoro dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang tunai seratus juta rupiah dibayar tunai."
"Bagaimana saksi? Sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillahirobbil 'alamin."
Sang penghulu memimpin doa.
Usai penghulu membacakan doa, Pak Slamet menghembuskan napas terakhir. Tunai sudah tanggung jawabnya. Kini, dia bisa pergi dengan tenang.
"Bapak!" teriak Nindy.
"Pak, jangan tinggalkan Nindy, Pak! Bapak!" teriak Nindy histeris. Rukmini, Ibu Nindy pun tak kuasa menahan air matanya.
"Nindy, kamu yang sabar! Bapak kamu sudah tenang!" ujar Jarvis, Papa Nathan, suami Nindy.
"Nindy sekarang sudah tidak punya siapa-siapa, Om!" ujar Nindy sembari menangis.
"Tenang saja! Sekarang kan, kamu sudah punya kami! Nathan, kamu tenangkan istri kamu! Biar Papa urus administrasinya!" ujarnya.
"Papa disini saja, biar aku yang urus administrasi! Papa kan gak boleh kecapekan!" sahut Nathan.
"Baiklah!"
Nathan segera melangkah meninggalkan ruangan mertuanya. Dia tak mau berlama-lama disana, apalagi duduk berdua dengan wanita yang baru saja dinikahinya.
*************
Jarvis Dharmawangsa adalah seorang pengusaha kaya raya. Dia memiliki seorang anak laki-laki bernama Nathan Ivander Dharmawangsa. Istrinya bernama Adelia.
Slamet Baskoro adalah ayah Nindy. Dia dan Papa Nathan bersahabat. Sebenarnya, perkenalan mereka awalnya tanpa sengaja.
Saat itu, Jarvis kemalaman pulang dari kantor. Tiba-tiba, dia mengalami insiden ban pecah. Dengan terpaksa, Jarvis meminggirkan kendaraannya.
Saat dia tengah memeriksa roda mobilnya, tiba-tiba datang dua orang pemuda yang membawa senjata tajam hendak merampoknya. Beruntung, saat itu Pak Slamet sedang melewati jalan itu dan menolong Jarvis.
Meski harus mengalami memar di wajahnya, Pak Slamet berhasil mengalahkan dua orang berandalan itu. Jarvis merasa sangat berhutang budi kepada Pak Slamet. Sejak saat itu, mereka bersahabat.
Saat itu, Pak Slamet sedang pulang berjualan. Dia adalah penjual nasi goreng keliling. Untuk membalas jasanya, Jarvis membuatkan sebuah kedai nasi goreng sederhana di depan rumah Pak slamet.
Kedai sederhana karena memang itu keinginan Pak Slamet. Dia tidak mau dianggap memanfaatkan kebaikan orang lain. Lagi pula, kedai sederhana itu adalah impiannya sejak lama. Sudah lama, dia berencana membuka kedai nasi goreng di depan rumah mereka agar dia tak lagi capek berkeliling dan tidak perlu meninggalkan putri semata wayangnya. Meski sederhana, beliau merasa sangat bersyukur.
Sejak saat itu, ketika ada waktu senggang, Jarvis sering mengunjungi kedai tersebut. Kesederhanaan Pak Slamet benar-benar membuatnya terpesona dan betah berlama-lama berdiskusi di sana.
Di kedai tersebut, Jarvis sering bertemu Nindy. Dia setiap hari membantu ayahnya berjualan disela-sela tugas kuliahnya. Kesederhanaan Nindy pun juga membuatnya terpesona dan dia berencana akan menjodohkan putranya dengan Nindy.
Akhir-akhir ini, kondisi kesehatan Pak Slamet terus menurun. Dia mengkhawatirkan putrinya. Bagaimana dengan putrinya jika dia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan?
Hari itu adalah hari kelulusan Nindy. Dia lulus dengan nilai terbaik. Jarvis datang mengunjungi Pak Slamet dan menawarkan pekerjaan untuk Nindy di perusahaannya. Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba
Pak Slamet pingsan. Jarvis bersama Nindy segera membawa Pak Slamet ke rumah sakit. Ternyata, radang paru-paru yang dideritanya sudah cukup parah.
Satu harapan terakhir Pak Slamet, dia ingin menjadi wali di pernikahan putrinya. Akhirnya, rencana pernikahan itu dipercepat. Hari ini pernikahan tersebut digelar secara sederhana di kamar rumah sakit. Nindy, gadis sederhana berusia 22 tahun dinikahkan dengan Nathan, CEO muda yang kini berusia dua puluh tujuh tahun.
***********
Selama acara pemakaman, Nindy tak berhenti menangis. Para tetangga yang datang melayat, memandang heran atas kedatangan keluarga Jarvis.
Usai pemakaman, rencananya Nindy segera diboyong ke rumah besar Jarvis.
"Nindy, sekarang kan kamu tinggal sendiri. Sebaiknya, kamu ikut kami sekarang. Lagi pula, kamu dan Nathan kan sudah sah menjadi suami istri,"ujar Jarvis.
"Maaf, Om, kalau boleh, Nindy mau disini dulu sampai selesai acara tujuh harian bapak," sahut Nindy.
"Baiklah, biar Nathan yang menemani kamu disini."
"Pa, masak Nathan disuruh tinggal di gubuk sih? Gak mau!" protes Nathan.
"Iya, Pa. Lagian, Nathan mana bisa tidur di tempat seperti ini?" sahut Adel, istri Jarvis yang tampak jijik melihat kondisi rumah Nindy.
"Tidak perlu, Om. Saya bisa ditemani Bu Asih," sahut Nindy.
"Baiklah, jika itu mau kamu. Nanti, Nathan yang akan jemput kamu usai acara tujuh harian. Ini terimalah, untuk biasa selamatan! Jangan ditolak!" ujar Jarvis.
"Terimakasih, Om!"
"Mulai sekarang, jangan panggil Om. Panggil Papa! Sekarang, kamu sudah menjadi menantu Papa!"
"Iya, Pa!" sahut Nindy sembari menunduk.
***************
Tepat usai tujuh harian Pak Slamet, Nathan datang menjemput Nindy.
"Masuk dulu, Mas!" ujar Nindy sopan. Dia mencoba meraih tangan Nathan dan menciumnya, namun ditepis oleh Nathan.
"Mau ngapain kamu? Gak usah aneh-aneh. Aku nikahi kamu itu karena dipaksa Papa. Udah, cepetan beberesnya," sentak Nathan.
Nindy tersentak kaget mendapati respon Nathan. Segera, dia membereskan barangnya yang tak banyak. Setelah memastikan rumahnya terkunci, dia segera menyusul Nathan ke mobil.
Sepanjang perjalanan, tak ada perbincangan sama sekali. Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam, kini mereka memasuki pelataran sebuah rumah mewah.
Setelah memarkirkan kendaraannya, Nathan segera masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Nindy. Nindy yang ditinggalkan pun merasa kebingungan.
"Non Nindy, ya?" sapa seorang wanita paruh baya.
"Iya, Bu!" sahutnya sopan.
*Ayo masuk, Non! Bapak sudah menunggu di dalam!" ujar wanita tersebut.
"Iya, Bu!"
Wanita tersebut terkekeh melihat tingkah kikuk Nindy.
"Panggil saya Bik Siti saja! Saya asisten rumah tangga disini! Mari, saya bawakan barangnya!"
"Gak usah, Bik! Cuma sedikit, kok!" tolaknya.
Sementara di dalam rumah, Nathan langsung duduk di ruang tengah.
"Mana Nindy?" tanya Papanya.
"Tuh, di depan," sahut Nathan cuek.
"Kenapa kamu tinggal? Ajak dia masuk!"
"Dia sudah besar, Pa. Bisa jalan sendiri."
"Nathan!" bentak Papanya.
Dengan malas, Nathan bangkit dan menjemput Nindy.
"Lelet sekali sih, jalannya!" ujar Nathan, lalu menarik tangan Nindy kasar. Dengan terseok, Nindy mengikuti langkah panjang Nathan.
"Nih, pesenan Papa," ujar Nathan.
Nindy berdiri sambil menunduk. Adel mencebik menatap penampilan menantunya itu.
"Nindy, duduklah!" ujar Jarvis.
Dengan ragu, Nindy duduk tak jauh dari Nathan.
"Nathan, Nindy, sekarang kalian sudah menikah! Jadi, Papa harap, kalian mau saling mengenal. Nathan, tolong jaga Nindy. Perlakukan dia dengan baik!" ujar Jarvis.
"Iya, Pa!" sahut Nathan ogah-ogahan.
"Nathan, yang serius kamu. Kalau sampai kamu menyakiti Nindy, Papa tak segan-segan mencoret nama kamu dari daftar ahli waris," bentak Jarvis.
"Iya, Pa. Nathan paham."
"Ya sudah, ajak dia ke kamar. Biarkan dia Istirahat," ujar Jarvis.
"Pa, boleh Nathan mengajukan permintaan?"
"Apa itu?" tanya Jarvis.
Arum menjadi saksi saat sang ayah menjatuhkan talak untuk Ibunya dan memilih pergi bersama istri barunya. Arum menjadi saksi saat sang Ibu berjuang untuk membesarkan dan menyekolahkannya tanpa nafkah dari ayahnya. Arum menjadi saksi saat sang Ibu terpaksa menikah dengan seorang pemabuk karena fitnah. Selain itu, Arum juga harus menghadapi rasa sakit yang membuatnya frustasi dan hampir memilih bunuh diri. Kesakitan-kesakitan itu, tertancap kuat dalam relung hati Arum hingga menimbulkan dendam untuk wanita itu. Wanita yang telah merebut ayahnya dan membuatnya melupakan tanggung jawab terhadap anak kandungnya.
SPOILLER "Apa? Gak. Naura gak mau, Ma! Masak,Naura disuruh nikah sama si tukang rese itu, sih! Gak! Gak mau!" Apa jadinya jika kamu dipaksa menikah dengan tetangga depan rumah? Itulah yang dirasakan saat ini. Dia terpaksa menjadi pengantin pengganti karena sang mempelai wanita tiba-tiba menghilang. Bagas dan Naura harus berjuang menjalani pernikahan tanpa cinta. Saat rasa itu sudah menyapa, sang mantan kembali hadir. Bagaimana Bagas menanggapinya? Akankah rumah tangga mereka bertahan? Ataukah akan kandas karena hadirnya orang ketiga?
Kienan dan Akbar sudah menikah selama lima tahun dan belum dikarunia keturunan. Saat Kienan mendapati dirinya tengah hamil,dia harus menerima kenyataan bahwa sang suami tengah berselingkuh. Yang lebih menyakitkan lagi, wanita tersebut tengah hamil besar. Perusahan keluarganya yang dipercayakan kepada sang suami nyaris bankrut karena banyaknya penyalahgunaan keuangan. Bagaimana Kienan menghadapi kemelut rumah tangga dan perusahaannya?
Andini diceraikan, usai diduakan. Sakit, itu pasti. Selama menikah dengan Agung, Dini selalu diremehkan oleh mertua dan iparnya karena statusnya yang Hany lulusan u dan anak panti. Usai bercerai, dia mampu membuktikan bahwa di bisa sukses walau statusnya janda beranak satu. Setelah meraih kesuksesan, Agung kembali datang dan mengajaknya rujuk? Bagaimana respons Dini? Maulah dia rujuk kembali dengan alasan sang buah hati?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Awalnya pernikahan itu baik-baik saja. Semua menjadi hangat, luka akibat masa lalu Ainayya Hikari Salvina sedikit demi sedikit mulai sembuh. Tapi pernikahan hangat itu tiba-tiba diterpa gelombang. Menghancurkan sebuah kepercayaan dan membuatnya meninggalkan rumah yang sudah mengajarkan arti sebuah keluarga harmonis. Lalu mampukah Albara Demian Dominic sang pelaku kehancuran tersebut memperbaiki rumah tangga yang sudah membuatnya sembuh dari kejadian di masa lalu? Bisakah Albara mengobati luka yang dia berikan pada istrinya? Mari kita lihat bagaimana perjalanan Albara dalam mengejar cinta istrinya kembali.
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."