/0/3065/coverbig.jpg?v=86f4ce4034079b3240f9e6cfaa2621d5)
Karena sebuah kejadian, Clara terpaksa harus menikah dengan kekasih kembarannya. Hubungan antara mereka menghasilkan seorang bayi mungil dimana harus Clara yang merawatnya. Kembarannya pergi jauh, dan Clara yang harus menjadi istri sekaligus ibu pengganti. Kehidupan terus berlanjut, apakah akan tumbuh cinta diantara mereka?
Ini terdengar seperti sebuah petir di siang bolong. Impian yang hampir saja tercapai mendadak musnah dan harus dilepaskan. Di sudut ruangan kamarnya yang penuh barang berserakan, Clara tersungkur memeluk kedua lututnya sambil terisak. Tubuhnya tergunjang, hatinya bergetar hebat.
"Kalian egois!" seru Clara sambil menendang sebuah benda yang ada di lantai.
Kini Clara mendongak dengan kedua kaki selonjor dan kedua tangan kemudian menangkup wajah.
"Selalu saja aku yang dikorbankan!" seru Clara lagi.
Tidak lama setelah itu, terdengar suara beberapa langkah kaki beriringan mendekat dan berhenti setelah masuk di kamar Clara yang bak kapal pecah.
"Cukup, Clara!" teriak suara serak dari ambang pintu. "Kau tidak usah mengamuk seperti ini!"
Clara membuka kedua telapak tangan dari wajahnya hingga kini bisa melihat dengan jelas siapa yang sudah berada di dalam kamarnya. Ayah dan ibu sudah melangkah masuk, sementara di belakang mereka terlihat sosok pria belasan tahun memasang wajah iba.
Clara kini mengusap wajah lalu berdiri tegak menatap wajah kedua orang tuanya bergantian. Tadi, sebelum kamar ini berantakan, sudah lebih dulu terjadi adu mulut ruang tamu.
Perdebatan antara anak dan orang tua yang pada akhirnya berujung pertengkaran.
"Kenapa harus aku, Ayah?" kata Clara dengan mata memerah. "Kenapa?"
"Karena memang harus kau!" jelas Bill. Di sampingnya, sang istri tengah memegang lengannya coba untuk menenangkan.
"Karena Cloe, kakakmu! Kau harus mengalah padanya!" sambung Bill lagi.
Clara mendecih dan sedikit menelengkan kepala. "Mengalah? Ini bukan mengalah, Ayah. Ini tidak jauh berbeda dengan mengorbankan!"
Bill semakin mendekat. "Memang. Apa salahnya kau berkorban untuk keluargamu? Chloe sudah banyak berkorban, kau harusnya bisa balas budi."
Clara sungguh tidak menyangka kalau kedua orang tuanya tega berbuat seperti ini. Menyuruhnya menikah dengan kekasih kakaknya, apa-apaan ini? Clara ingin memaki tapi sama sekali tidak bisa.
Bagaimana kata ayah, memang Chloe sudah banyak membantu keluarga ini termasuk dengan kebutuhan sehari-hari. Untuk Clara, bukan berarti tidak membantu. Dia hanya sedang mengejar mimpi menjadi seorang designer. Dan betapa sedihnya saat mimpi itu hampir tercapai, Clara harus mundur.
"Tidakkah ayah dan ibu kasihan padaku?" Clara menatap mereka iba. "Aku sedang coba mewujudkan mimpiku. Kenapa kalian rusak?"
Saat Bill hendak maju dan mungkin akan memarahi Clara, Tania melerai dan menyuruh Bill diam dulu. Setelah itu, Tania yang maju menghampiri Clara.
"Sayang, kita hanya butuh bantuanmu," kata Tania sembari meraih telapak tangan Clara.
Clara buang muka dan diam-diam, air mata kembali menitik.
"Kalau keadaannya tidak mendesak seperti ini, ayah dan ibu tidak mungkin berbuat sampai sejauh ini padamu," sambung Tania lagi.
Bill ingin maju dan ikut bicara, tapi dengan cepat Tania melotot lalu memberinya kode dengan sebuah kedipan mata.
"Hanya kau yang bisa menolong keluarga kita saat ini," ujar Tania memohon.
"Apa tidak ada cara lain, Bu? Ini terlalu kejam menurutku." Pria yang semula berdiri di ambang pintu ikut bicara. Dia adalah Glen yang tak lain adalah adik Clara dan Chloe.
Clara dan Cloe adalah putri dari pasangan Bill Holand dan Tania Ricardo. Mereka berdua terlahir sebagai dua anak yang kembar. Tidak terlalu identik memang, jika di amati, banyak perbedaan diantara keduanya melalui sisi wajah.
Itu tidak penting sekarang. Sekarang adalah, bagaimana Clara harus menghadapi kehidupan yang sama sekali tidak sejalan dengan keinginannya.
Bill dan Glen sudah keluar meninggalkan kamar, dan kini hanya ada Tania dan Clara.
"Nasib keluarga kita ada di tanganmu, Sayang." Sekali lagi Tania coba terus membujuk. "Ibu tidak akan memaksa jika kejadiannya tidak sekacau ini."
"Lalu bagaimana dengan perasaanku?" Clara masih sesenggukan.
"Kau tepiskan dulu sekarang. Jangan berpikir ibu kejam, tapi ibu hanya tidak ada pilihan lain. Kakakmu sudah pergi jauh dan harus menggapai mimpinya yang tertunda."
Rania mendecih lalu membuang muka. Ia melepas genggaman tangan ibunya lalu menyeka air mata. Dalam hatinya Clara tengah memaki keadaan ini.
Chloe pergi tanpa penjelasan dan hanya mengatakan akan mengejar kesempatan menjadi model internasional yang memang selama ini ia impikan. Clara juga begitu, tapi kenapa harus begini. Selalu saja Chloe yang menang.
"Ibu harusnya tahu kalau aku juga sedang mengejar mimpiku menjadi designer," kata Clara tanpa menoleh.
"Ibu tahu. Ibu sungguh tahu, Sayang." Tania membalas. "Tapi impian kakakmu jauh lebih besar akan keberhasilannya dibandingkan dirimu."
Oh astaga! Kejam sekali ini. Kenapa rasanya sakit sekali?
Clara merasa hatinya sedang disayat-sayat hanya karena sekedar mendengar kalimat sang ibu. Bagaimana mungkin seorang ibu bisa pilihkasih seperti itu? Clara tidak habis pikir.
"Terserah apa mau kalian saja, aku tetap akan kalah," kata Clara kemudian.
Diam-diam Tania tersenyum. "Apa itu artinya kau setuju?"
Huh! Ibu macam apa ini!
Tidakkah dia tahu hati ini sangat sakit?
Clara ingin memaki dengan sangat keras saat ini. "Ya." Namun hanya satu kata itu yang akhirnya keluar dari mulut Clara.
Saat itu juga, Tania menghambur memeluk Clara dengan erat. "Terimakasih, Sayang."
Setelah ibu pergi dan hanya tinggal sendirian di dalam kamar, Clara kembali menggeram dan mengacak-acak rambutnya. Ketika melihat beberapa lembar kertas yang berserakan, Clara tertunduk dan diam.
Perlahan Clara turun hingga terjatuh lagi di atas lantai. Lembaran kertas itu ia pungunti lalu dipandangnya dengan derasnya air mata yang membasahi pipi.
Gambar-gambar gaun indah yang sudah ia rancang, kini tiada artinya. Keikutsertaan lomba hingga sampai di titik sepuluh besar harus ia tinggalkan begitu saja.
"Memang jahat!" teriak Clara. "Kalian jahat!"
Semua menjadi gelap dan Clara terjatuh pingsan tanpa ada yang tahu. Mereka--orangtua Clara--tengah bergembira karena akhirnya Clara mau menggantikan Chloe menikah dengan pria yang tak lain putra dari pasangan Josh Pedro dan Lilyana Wang. Mereka sepasang suami istri yang sudah sikenal banyak orang sejagad negara.
Mungkin, itu sebannya Bill dan Tania tidak berani melawan karena pada dasarnya perusahaan milik Bill bisa saja hancur karena dilengser pihak Josh.
"Aku rasa kalian memang kejam," kata Glen sebelum masuk ke dalam kamar.
"Kau tahu kalau ayah dan ibu tidak ada pilihan kan?"
"Itu karena kalian terlalu memanjakan Chloe sampai-sampai dia selalu berbuat seenaknya. Clara bukan hanya akan menjadi istri pria itu, tapi kalian juga harus ingat kalau Clara pastilah akan menjadi ibu dari anak Chloe yang sudah ditinggalkan di rumah konglomerat itu."
Bill dan Tania diam sejenak. Mereka tahu ini akan sangat berat untuk Clara. Namun, lagi-lagi rasa kasihan dan peduli itu tertepiskan oleh pentingnya perusahaan dan martabat yang harus diselamatkan.
"Dan kalian juga harus berpikir, apa nantinya pria itu akan menerima Clara dengan baik atau tidak. Sungguh tidak punya hati!"
Setelah berkata demikian, Glen pun menghilang masuk ke dalam kamar.
Menemukan sang suami berselingkuh tentu membuat dada terasa sakit. Stela merasakan dunianya runtuh melihat dengan mata kepalanya sendiri sang suami bercinta dengan wanita lain. Dia bertahan, tapi bukan untuk tetap bersama, melainkan dia sedang membuat pria itu menyesali perbuatannya dan merasakan sakit yang Stela rasakan.
Elise Morgan hanyalah seorang pelayan sederhana yang tak pernah menyangka hidupnya akan berubah sejak bekerja untuk Reiner, pewaris keluarga kaya yang dingin dan penuh teka-teki. Di tengah tugasnya, Elise mulai merasakan getaran perasaan yang tak seharusnya ada. Namun, kedekatan mereka mengundang konflik, peringatan tajam, dan rahasia yang mengancam untuk terungkap. Dapatkah Elise bertahan di tengah tekanan, ataukah ia harus melepaskan segalanya demi menjaga hatinya tetap utuh?
Diselingkuhi seringkali menjadi nasib sial untuk seorang perempuan. Rasa kecewa dan hancur, membuatnya memutuskan untuk menyetujui sebuah perjanjian konyol. Dia bermain ranjang dengan teman kerjanya tanoa status.
Larisa kehilangan kedua orang tuanya di saat umurnya masih kecil. Musibah kecelakaan itu, akhirnya membawa Larisa menemui kehidupan barunya bersama orang asing yang tak lain adalah teman dari kedua orang tuanya. Keluarga barunya begitu menyayangi Larisa. Tidak ada yang kurang dan semua tercukupi. Namun, ada satu pria yang membuat Larisa terkadang seolah tidak dianggap. Hingga takdir memutuskan kalau Larisa harus menikah dengan pria tersebut. Bagaimana Larisa menjalani kehidupan bersama pria dingin itu?
Kehilangan seorang kekasih yang sebentar lagi akan dipersuntingnya, tentu membuat hati sakit dan kehilangan. Dia menjadi sosok yang dingin dan kejam mengingat bagaimana kecelakaan itu terjadi. Ketika sebuah dendm menyelimuti hatinya, dia tidak berpikir panjang untuk menghancurkan seseorang yang membuat sang kekasih pergi untuk selamanya. Ketika pernikahan rencana berjalan dengan lancar, hatinya mendadak goyah. Dia yang kejam merasakan hatinya tersentuh ketika berada didekat wanita yang ia nikahi demi balas dendamnya.
Perjodohan sudah menjadi cerita klise di masyarakat. Siapa pun akan merasa terbebani ketika harus dijodohkan apalagi dengan seseorang yang sama sekali tidak kita kenal atau tidak kita cintai. Namun, bagaimana dengan Ares dan Anggun? perjodohan tidak bisa mereka hindari apa pun alasannya.
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.