/0/3017/coverbig.jpg?v=8138d9ac22c664cafb2df6a655de06b5)
"Ya, apa sih? Kok elo harus minta maaf segala. Apa elo buat salah di belakang gue?" "Iya Sil, sebenarnya gue ... gue ... ehmmm ... gue ssukaa ... sama Erga," aku Malika berkata jujur, lalu ia menunduk penuh penyesalan. Bagai tersambar petir, Silva pun tidak percaya apa yang baru saja ia dengar dari sahabatnya. Malika, Shereen, dan Silva bersahabat, segala suka dan duka mereka lalui bersama. Namun, kini indahnya persahabatan sirna karena konflik percintaan di antara mereka. Seorang pria tampan bernama Erga hadir di tengah-tengah persahabatan mereka. Hingga akhirnya masalah dan perdebatan bermula dari sini. Malika yang tiba-tiba menyukai Erga sampai pengakuannya kepada Erga dan Silva. Lalu Erga yang harus di hadapkan oleh pilihan yang sulit antara memilih Malika atau Silva? Sedang Shereen, apakah ia mampu menjadi penengah bagi hubungan mereka? Bagaimanakah kelanjutan kisah persahabatan yang dibumbui oleh pengkhianatan? Sumber Illustrasi by Canva Pro Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29
"Hallo, Sil, elo di mana? Tadi gue ke rumah elo, tapi elo nggak ada di rumah," ucap Malika di seberang ponselnya.
"Hallo, Ka. Oh, iya, gue lagi di rumahnya Vera. Ada apa ya?" jawab Silva penasaran.
"Nggak apa-apa kok, gue cuma mau ke rumah elo aja. Habis bete di rumah terus. Tapi kalau elo ada di rumah Vera, ya udah di lanjut aja. Bye ...."
"Ya udah, Ka. Nanti sore gue pulang, kita ketemu di rumah Shereen aja, ya, jam 4 sore! Oke, bye ...."
Setelah mengakhiri pembicaraannya di ponsel, Malika memutuskan siang itu ke kediamannya Shereen. Terlihat dari raut wajahnya kalau ia sedang bete dan bad mood.
Sesampainya di rumah Shereen, ia langsung masuk begitu saja sebab pintu rumah sahabatnya itu tidak di kunci. Ya, Malika sudah biasa seperti itu di rumah Shereen. Inget di rumah sahabat kecilnya saja tidak di semua rumah orang ya.
Malika memasuki kamar Shereen dan terlihat Shereen sedang asyik menonton televisi di dalam kamarnya. Selanjutnya ia dan Shereen malah asyik bercengkrama dan berghibah ria. Tidak terasa hari menjelang sore, tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumah Shereen dan mengucapkan salam. Ternyata itu Silva.
"Hi Guys! Kalian pada tahu nggak sih, gue tuh lagi senang banget," ucap Silva dengan muka berseri-seri dan mata berbinar-binar.
"Elo kenapa? Kok tumben kelihatannya happy banget. Habis menang lotre, ya? Emang senang kenapa sih, Sil?" sahut Shereen penasaran.
"Ya, apa sih? Nggak biasanya lho, elo happy gini dan sambil senyum-senyum segala lagi," sambung Malika juga ikut penasaran.
Akhirnya Silva menjelaskan bahwa ia tadi dari rumahnya Vera, lalu ia sempat dikenalkan ke saudaranya Vera yang bernama Erga. Yang membuat Silva terlihat happy banget karena mereka baru kenalan dan Erga sudah mengutarakan isi hatinya. Silva bahagia banget sebab sudah cukup lama ia menjomblo.
Lagipula Silva itu mudah jatuh cinta. Asal ada laki-laki yang mau dengannya dan ia merespon, langsung ia terima. Seperti Erga ini, baru kenal sesaat sudah resmi berpacaran.
"My God! Elo nggak salah Silva, baru kenal udah langsung jadian aja," tutur Malika terkejut.
"Habis gimana ya, daripada elo ngejomblo terus. Ya udah ada yang mau sama gue, kenapa nggak?" balas Silva santai.
"Up to you," teriak Malika dan Shereen berbarengan sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka masing-masing.
Karena hari hampir gelap, Silva dan Malika akhirnya pulang ke rumah masing-masing, sepanjang jalan Silva senyum-senyum tidak jelas. Malika merasa risih melihat kelakuan aneh sahabatnya.
***
Di kamarnya Malika masih tidak habis pikir, mengapa Silva bisa-bisanya menerima seorang laki-laki yang baru ia kenal bahkan baru ia temui hari ini? Silva bisa mengenal Vera memang melalui Shereen. Seperti Silva mengenal Shereen, ya karena Malika yang mengenalkan. Vera itu teman kampusnya Shereen. Jadi Shereen kuliah di kampus yang berbeda dengan Malika dan Silva. Tapi mereka bertiga memang sangat akrab dan dekat dikarenakan rumah mereka saling berdekatan.
Terutama Malika dan Silva, sebenarnya mereka bertetangga namun, awalnya tak saling mengenal. Sejak masuk Universitas yang sama mereka berdua mulai akrab. Hidup di kota besar seperti Jakarta, nama tetangga sendiri saja tidak kenal.
***
Sejak resmi berpacaran dengan Erga, Silva berkelakuan sangat aneh. Ia tidak hentinya selalu membicarakan kekasih barunya. Hingga membuat kedua sahabatnya yang bernama Malika maupun Shereen sangat bosan mendengarkan curhatannya. Mereka kemungkinan menjadi iri, karena status jomblo yang selalu melekat pada diri mereka berdua.
"Si Silva benar-benar dah itu anak, nggak ada bosan-bosannya curhat tentang cowoknya," ucap Malika frustrasi.
"Ya Ka, benar banget. Gue aja malas kalau ada dia pasti curhat tentang pacar barunya itu. Perasaan yang lain punya pasangan nggak gini-gini amat dah," tukas Shereen mengiyakan perkataan Malika.
Tidak lama kemudian, datanglah Silva ke rumah Malika. Apalagi secara kebetulan memang di rumah Malika ada Shereen di sana. "Habis dibicarakan muncul orangnya. Panjang umur banget itu, Anak," celetuk Malika.
"Hi Guys, besok gue mau diajak jalan sama Erga dong," tutur Silva bersemangat.
"Bodoh amat," protes Malika dan Shereen berbarengan.
"Bosan gue dengarnya Sil, Erga terus yang elo omongin. Nggak di rumah, nggak di kampus omongan elo sama terus," tukas Malika.
"Ya tahu deh, kalian pada iri, 'kan sama gue? Ya udah, kalian boleh ikut deh. Kebetulan Erga mau ajak gue ke tempat billyard. Erga bilang nanti dia ajak saudaranya juga 2 orang. Makanya gue nanti mau bilang Erga supaya kalian juga bisa ikut."
"Kapan Sil? Boleh juga tuh daripada bete di rumah terus, 'kan, Ka?"
"Yoi, lumayan sekalian cuci mata." Malika tersenyum penuh arti.
"Hari Sabtu katanya, tapi siang sampai sore paling. Kalau malam tahu sendiri bokap gue tuh gimana orangnya. Dia tuh ketat banget padahal gue udah dewasa masih aja nggak boleh pulang malam-malam. Sebentar lagi juga gue ulang tahun ke-19 tahun, seminggu lagi."
"Oh iya, seminggu lagi elo ultah ya? By the way Erga tahu nggak tuh?" tutur Malika.
"Tahu sih, pas waktu pertama jadian gue udah cerita. Dia kan tanya, ya udah, gue beritahu aja."
***
Hari Sabtu, pun tiba. Malika sudah berada di rumah Shereen. Memang Silva yang menyuruh Malika agar menunggu di rumah Shereen. Setengah jam kemudian, Silva dan Erga datang dengan mengendarai mobil pribadi milik Erga. Dua orang pria yang ternyata adalah sepupu Erga, juga sudah berada di dalam mobil. Malika dan Shereen segera Erga perkenalkan kepada kedua laki-laki sepupunya itu.
"Vera, 'kan sepupu elo juga, Ga. Kok nggak diajak si Vera?" tutur Shereen menanyakan Vera teman kampusnya.
"Oh katanya sih, dia ada acara sama teman-temannya. Kemarin sih udah gue ajak katanya nggak bisa ada acara lain," jelas Erga memberitahu alasan Vera tidak bisa ikut dengan mereka.
Sampai di tempat billyard, Erga dan kedua sepupunya segera melakukan open table. Mereka sempat mengajak Silva dan kedua sahabatnya untuk ikut bermain. Namun, sayangnya dari mereka tidak ada yang berminat. Mereka semua ternyata tidak bisa memainkan permainan bola sodok itu.
"Ayolah cewek-cewek! Pada ikutan main, biar seru. Daripada duduk bengong gitu. Nanti bete lho!" seru Rifki.
"Ya, ayo main! Kita ajarkan kok, biar pada bisa. Daripada bete duduk-duduk aja," sambung Deva.
Erga masih saja bersama kedua sepupunya memaksa Silva dan para sahabatnya untuk bermain, namun mereka tetap saja menolak. Erga akhirnya memesan minuman dan snack untuk mereka berenam.
Silva mendekati Erga dan meminta untuk menyudahi permainan dan mengajaknya pulang sekarang juga. Erga juga terkejut saat melihat jam yang melingkar di tangan kanannya ternyata sudah menunjukkan pukul 17:35 WIB. Erga dan yang lainnya, pun bergegas segera menuju ke parkiran mobil. Mereka segera meluncur pulang meninggalkan tempat billyard tersebut.
Namun Deva dan Rifki tidak ikut mengantar Silva dan para sahabatnya. Mereka ada urusan lain. Di mobil sekarang hanya tinggal Silva, Erga, Malika dan Shereen. Silva tampak gelisah karena jalanan mulai macet. Jalanan dipenuhi kendaraan karena malam minggu banyak sekali orang keluar rumah untuk menikmati momen weekend.
"Aduh nyokap gue udah WA nih. Katanya udah di mana, kenapa udah maghrib belum sampai di rumah? Dan nyokap gue bilang, katanya bokap gue udah marah-marah karena gue belum pulang," cerita Silva semakin panik dan cemas.
"Duh, gimana ya? Macet gini, Sil. Bilang aja lagi di jalan terjebak macet. Sebentar lagi sampai gitu," tutur Shereen menenangkan.
"Tapi, Reen? Bokap gue, 'kan ...," sanggah Silva terjeda.
Apa yang membuat Silva memotong ucapannya? Mereka berempat pun tidak lagi bersuara. Hanya terdengar suara rintik hujan yang perlahan mulai membasahi aspal jalan.
***
Hi, Readers!
Ini novelku yang pertama di platform Bakisah/Ceriaca
Semoga kalian suka dengan ceritaku ini.
Terima kasih & selamat membaca.
Ikuti jejakku di IG: @yenifri29 & @yukishiota29
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
WARNING 21+!! Athena Gimberly tak ingin menjalin hubungan serius dengan pria manapun karena suatu alasan, tapi dirinya ingin memiliki anak yang nantinya akan menemaninya di saat tua. Dari situlah pemikiran gila untuk mencari seseorang yang bisa memberikannya bibit tanpa harus melangsungkan pernikahan. Mempertemukannya dengan sosok Arthur Harley, seorang pria dengan harga diri tinggi. *** "Kamu ...." "Mari melakukan hal itu lagi. Yang sebelumnya tidak membuahkan hasil, jadi bisakah kita melakukannya lagi?" tanya Athena membuat pria itu terdiam.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?