Sekarang Cindy paham kenapa hidupnya selalu berjalan dengan baik meskipun selalu kekurangan. Itu semua tidak lepas dari Mr. Auredo yang selalu menjaganya dari jauh, tapi semua kenyamanan itu hilang ketika Chris menggantikan posisi ayahnya untuk menjaga Cindy. Chris memang menjalankan tugasnya dengan baik, tapi dengan keegoisan yang tinggi apakah Cindy masih bisa bertahan? "Kau lebih mirip iblis dari pada malaikat." - Madeline Cindy "Seharusnya aku menghukummu karena bicara seperti itu, tapi kali ini akan kumaafkan karena memang aku lebih menyukai iblis dari pada malaikat." - Christopher Auredo *** Viallynn
Madeline Cindy, gadis tangguh berusia 20 tahun yang mengambil banyak pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Menjadi tulang punggung keluarga sudah menjadi suatu keharusan untuknya. Cindy harus mengumpulkan banyak uang untuk operasi kaki Ibunya yang lumpuh karena kecelakaan.
Hidup di kota besar seperti New York sangatlah sulit. Kau harus bisa memutar otak jika tidak ingin tidur di pinggir jalan dan meminta belas kasihan dari orang lain. Cindy bersyukur jika Caleb mendapatkan beasiswa untuk sekolah menengah atas sehingga dia tidak perlu bingung dengan biaya sekolah adiknya itu.
Pernah terbesit rasa iri yang Cindy rasakan ketika melihat orang lain bisa tertawa dan membelanjakan uang mereka tanpa khawatir. Seperti remaja pada umumnya, dia juga ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi tapi Cindy harus mengubur semua mimpi itu. Sekarang bukan saatnya dia memikirkan dirinya sendiri karena yang terpenting adalah Ibunya. Cindy ingin Ibunya bisa kembali berjalan sehingga wanita itu tidak perlu meminta Caleb mengantarnya ke gereja untuk mendoakan suaminya yang telah tenang di alam sana. Cita-cita yang cukup sederhana tapi sangat sulit untuk diraih.
"Bisakah kau memindahkan pot itu ke depan, Cindy?" Tunjuk Bibi Jane pada dua pot yang berisi bunga mawar.
"Baik, Bibi Jane," ucap Cindy mengangkat dua pot itu bersamaan dan membawanya ke luar toko. Diletakkannya pot itu dengan rapi agar dapat menarik perhatian pelanggan.
"Cantik sekali bunga ini." Cindy tersenyum sambil menyentuh kelopak mawar putih yang terlihat segar.
"Kau bisa membawa bibit ini dan menanamnya di rumah nanti," ucap Ron sambil memindahkan bibit mawar ke dalam pot yang lebih besar.
Cindy tertawa dan menggelengkan kepalanya pelan, "Percuma, Ron. Tidak ada yang merawatnya nanti."
"Kau bisa menyuruh Caleb."
Cindy berdecak, "Pria itu hanya mencintai bola basket. Aku tidak rela jika bunga ini akan layu begitu saja."
"Setidaknya cintanya kepada bola basket membawa keberuntungan, bukan?"
Cindy mengangguk membenarkan ucapan Ron. Jika bukan karena basket, adiknya itu tidak akan bisa mendapatkan beasiswa. Cindy bersyukur saat menemukan nama Caleb di daftar calon murid penerima beasiswa, biar bagaimanapun juga dia ingin adiknya mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Cindy mengalihkan pandangannya pada kafe yang berada di seberang toko. Terlihat banyak anak muda yang sedang tertawa bahagia di sana. Rasa sedih kembali menghampiri Cindy. Seharusnya dia bisa berada di sana dan berkumpul dengan temannya jika Ayahnya tidak pergi meninggalkannya. Dia juga pasti bisa bersekolah di sekolah desain impiannya.
"Kedipkan matamu." Ron menjentikkan jarinya di samping Cindy.
Gadis itu hanya tersenyum kecut. Dia tahu jika Ron akan mengomelinya lagi karena memandang kumpulan anak muda itu dengan tatapan iri. Namun hal itu tidak bisa dicegah. Jauh di dalam hatinya, Cindy ingin merasakan itu semua, menikmati masa mudanya.
"Aku bosan mengomelimu Cindy." Ron mendesah kecewa.
Cindy tertawa dan memukul bahu Ron pelan, "Aku hanya memandang mereka, Ron. Apa salahnya?"
"Kau menatap mereka seolah ingin mencuri tas mereka, kau tahu?!"
"Aku tidak!" Cindy dengan cepat mengelak dan berlalu masuk ke dalam toko.
Ron mengikuti Cindy dan menemukan Bibi Jane yang sedang duduk di balik meja kasir. Kaca mata yang terpasang di matanya menandakan jika wanita paruh baya itu sedang membaca majalah favoritnya.
"Aku bisa membawamu ke kafe nanti malam jika kau mau, aku yang traktir." Ron kembali menghampiri Cindy dan menyenggol bahu gadis itu.
"Kau tahu aku harus menjaga Violet nanti malam."
"Rose masih bekerja di kelab, Cindy?" tanya Bibi Jane sambil melepas kaca matanya.
"Masih, Bi."
"Kenapa tidak bekerja saja di sini?" tanya Ron bingung.
"Dia sudah punya anak, Ron. Biaya sekolah tidaklah murah," sahut Cindy.
"Ron kan memang bodoh! Jadi dia tidak tahu bagaimana sulitnya mencari uang," ucap Bibi Jane menghina keponakannya. Dia berdiri dari kursi dan berjalan ke luar toko untuk menghampiri pelanggan yang sedang melihat-lihat bunga di luar toko.
"Jika aku tidak tahu, aku tidak mungkin bekerja denganmu Bi!" ucap Ron tidak terima saat Bibinya selalu saja menghinanya.
"Seharusnya kau bisa memanfaatkan gelar arsitekmu, sayang sekali jika tak berguna." Cindy tertawa dan ikut memojokkan Ron.
"Kau juga!" Ron mendelik dan mendengus tidak suka, "Bisakah kau ijin nanti malam? Aku benar-benar ingin mengajakmu ke kafe."
"Tidak bisa, Ron. Rose sudah mengatakannya jauh-jauh hari. Dia juga memintaku untuk menginap."
"Sayang sekali wanita secantik Rose harus bekerja menjadi wanita panggilan. Aku yakin jika dia mendaftar menjadi model Victoria Secret dia akan mejadi angel tercantik."
"Well, hidup memang keras," ucap Cindy menepuk bahu Ron dan meninggalkannya untuk membantu Bibi Jane.
***
Chris menatap gundukan tanah yang berisi jasad Ayahnya dengan diam. Suara tangisan dari Neneknya tidak membuat Chris terganggu sedikitpun. Tidak, dia tidak menangis. Hanya saja matanya sedikit memerah, oleh karena itu dia harus menutupinya dengan kaca mata hitam.
Chris menggaruk hidungnya yang gatal dan tanpa diduga Anton langsung memberikannya selembar tisu. Chris menatap tisu yang ada di hadapannya itu dengan bingung.
"Aku tidak menangis, bodoh!" Chris menghempaskan tangan asistennya dan membuat tisu itu terjatuh. Anton hanya berdehem pelan dan mengambil tisunya.
"Sampai kapan kita akan berada di sini?" tanya Chris pada Anton dengan berbisik.
"Saya tidak tahu, Tuan. Kita harus menunggu Mrs. Auredo untuk pulang."
Chris menghela nafas panjang dan menatap Neneknya yang masih menangisi kepergian anaknya. Jangan katakan Chris durhaka karena tidak merasakan simpati sedikitpun atas kematian Ayahnya. Dia tidak dididik seperti itu. Tentu saja dia sedih, serangan jantung yang menyerang Ayahnya benar-benar tidak terduga. Kini dia hanya sendiri sekarang. Kedua orang tuanya telah bahagia karena bisa berkumpul kembali di surga.
Surga? Apa kau yakin Chris?
"Nek, kita harus pulang." Chris menghampiri Neneknya yang masih menangis sambil mengelus batu nisan.
"Ayahmu, Chris. Kenapa dia meninggalkan Nenek sendiri?" Anton dengan sigap memberikan selembar tisu pada Mrs. Auredo yang dengan cepat diambilnya.
"Takdir, Nek. Mungkin Ayah merindukan Ibu."
Mrs. Auredo berdiri dan mengusap air matanya. Dia menatap cucunya dengan serius. Disentuhnya bahu kekar Chris dan menepuknya pelan, "Kau jangan pergi meninggalkan Nenek, ya? Kau akan tahu akibatnya nanti."
Chris memutar matanya jengah, untung saja dia memakai kaca matanya saat ini sehingga Neneknya tidak akan menyadarinya. Mau tidak mau Chris mengangguk agar dia bisa cepat pulang dari makam mengerikan ini. Chris berjalan di samping Neneknya yang berjalan dengan bantuan tongkat. Kesehatan wanita itu menurun akhir-akhir ini. Anton masih setia mengikutinya di belakang.
"Kau akan pulang ke rumah, Chris?" tanya Mrs. Auredo.
"Tidak, Nek."
"Kenapa? Apa kau tidak ingin menemani Nenek?"
"Bukan begitu, hanya saja aku ada rapat besok pagi," ucap Chris mencari alasan.
"Nenek sekarang sendiri, Ayahmu tidak ada Chris." Chris memutar matanya lagi. Tentu saja Ayahnya tidak ada karena pria itu akan tidur di dalam tanah mulai dari sekarang.
"Nenek bisa menghubungi Lexa." Tiba-tiba Chris teringat dengan wanita yang menjadi tunangannya itu.
"Kau lupa? Lexa sedang berada di Miami sekarang."
"Untuk apa?"
"Tunangan Anda sedang berlayar di yacht bersama teman-temannya, Tuan," ucap Anton membuka mulut.
Mrs. Auredo dan Chris menghentikan langkahnya saat mendengar penjelasan dari Anton. Anton langsung gugup begitu dia menerima tatapan tajam khas Auredo itu.
"Dari mana kau tahu?" tanya Mrs. Auredo kembali melanjutkan langkahnya.
"Tadi pagi Nona Lexa memberi tahu saya karena ponsel Tuan tidak aktif."
"Kau harus terus mengaktifkan ponselmu, Chris. Jangan membuat Lexa sedih."
"Kenapa kau masih menyukainya, Nek? Padahal dia tidak datang di pemakaman Ayah." Chris tidak habis pikir kenapa dia mau menerima permintaan Neneknya untuk bertunangan dengan Lexa.
"Anggap saja dia sedang bekerja." Mrs. Auredo menepuk bahu Chris pelan dan berlalu untuk masuk ke dalam mobilnya.
Chris hanya diam menunggu mobil itu berlalu pergi. Setelah menghilang dari pandangannya, dia berbalik menatap Anton yang ada di belakangnya.
"Katakan Anton, katakan bagaimana caranya agar aku bisa menjauh dari Lexa?"
Anton terlihat berpikir tapi kemudian dia menggeleng, "Tidak ada, Tuan."
"Dasar tidak berguna!" umpat Chris kasar dan berlalu masuk ke dalam mobil.
Seharusnya Chris tahu jika Neneknya akan melakukan segala cara untuk dapat mengatur hidupnya. Entah apa saja yang wanita itu inginkan, Chris tidak bisa menolak. Jika orang yang tidak mengenal Neneknya pasti akan beranggapan jika wanita tua itu terlihat sangat rapuh dan sama seperti orang tua lainnya. Namun semua itu tidak benar, kelicikan yang dia punya juga berasal dari Neneknya.
Bisnis bukanlah sesuatu yang bersih. Jika ingin berkuasa maka harus melakukan segala cara untuk mendapatkannya, meskipun dengan cara terlarang sekalipun. Itu yang diajarkan keluarga Auredo kepadanya. Chris tidak menyesal dilahirkan dalam keluarga ini karena dia bisa mendapatkan segala hal yang dia inginkan dengan sangat mudah.
"Apa jadwalku setelah ini?" Chris menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan memijat keningnya pelan.
"Jadwal Tuan setelah ini adalah bertemu dengan Mr. Ronald untuk pembacaan surat wasiat."
"Surat wasiat?" Chris bertanya bingung.
"Iya, Tuan. Mr. Ronald sudah membuat janji semalam." Chris hanya mengangguk paham.
"Di mana?"
"Di kantor Mr. Ronald."
Chris kembali mengangguk dan mengambil ponselnya di saku jas. Dinyalakannya ponselnya yang dia matikan sejak semalam. Begitu menyala, banyak sekali notifikasi yang masuk dan yang paling mendominasi adalah Lexa, tunangannya.
Chris membuka pesan terakhir dari Lexa dan membacanya. Dia mendengus begitu wanita itu hanya menyampaikan maaf karena tidak bisa hadir ke pemakaman Ayahnya karena sedang berada di tengah laut. Alasan konyol itu membuat Chris semakin yakin jika Lexa hanyalah wanita bodoh yang hanya bisa berfoya-foya. Hilang sudah respek Chris terhadap wanita itu.
"Oh iya, Tuan. Mr. Ronald berkata jika Tuan harus merahasiakan pertemuan ini kepada siapapun."
Dahi Chris berkerut bingung, "Nenek tidak ikut dalam pembacaan wasiat?"
"Tidak, Tuan."
"Apa mungkin ada sesuatu yang rahasia, Anton?" gumam Chris menanyakan isi pikirannya.
"Bisa jadi, karena Mr. Ronald mengundang Anda secara personal."
Chris memejamkan matanya dan berpikir. Kehidupannya akan berubah mulai dari sekarang. Dia harus bisa memegang banyak perusahaan sekaligus. Meskipun perusahaan itu milik keluarga, tapi menjadi cucu satu-satunya keluarga Auredo tentu tidaklah mudah. Siapa lagi jika bukan dirinya yang akan mengurus semuanya.
Neneknya? Pftt yang benar saja!
***
TBC
Seperti layaknya genangan air, kehidupan Betty berlangsung dengan tenang. Semua berjalan baik sampai peristiwa berdarah terjadi yang membuatnya harus menemui Aldric, seorang pembunuh bayaran yang berhati beku. Pertemuan pertama mereka berhasil membuat desiran aneh pada tubuh Aldric. Pria itu menginginkan Betty. Banyak rintangan yang mengganggu kisah indah Betty dan Aldric. Seseorang yang menghancurkan hidup mereka di masa lalu ternyata menginginkan Betty. Aldric tidak akan tinggal diam. Betty adalah miliknya dan selamanya akan begitu. Bisakah Betty dan Aldric serta teman-temannya menghancurkan manusia benalu yang menghancurkan hidup mereka? "Ada dua hal yang aku sukai di dunia ini. Darah dan dirimu." - Aldric Halbert *** Viallynn
Coba bayangin gimana rasanya ditaksir sama duda? Iya duda. Itu yang gue rasain sekarang. Bisa-bisanya cowok kalem kayak dia suka sama cewek aneh kayak gue? Pingin banget gue lari, tapi ada buntutnya yang bikin nggak jadi. Bukannya gue nggak mau, tapi gue masih unyu. Nggak lucu kalo gue bener jadi sama si duda, bisa-bisa gue ikutan tua. Untung banyak duitnya, kalo nggak ya babai aja. "Lamaran saya diterima nggak?" "Tapi nanti kasih saya bayi yang lucu ya, Pak?" "Gampang, nanti kita buat." *** Viallynn
Kehidupan seorang Ana berubah ketika dia terlibat masalah dengan pengusaha yang menjadi pembicara di acara seminar kampus. Bukan keinginannya untuk berurusan dengan pria menyebalkan itu, namun entah kenapa pria itu malah berusaha untuk menambah masalah sehingga mau tidak mau Ana harus sering berjumpa dengannya. Tanpa Ana sadari bahwa pria itu adalah pria yang ditunggunya selama ini. Pria yang mengisi hatinya. Bertahun-tahun tidak bertemu membuat Ana lupa akan rupa pria itu. Harapan Ana berbanding terbalik dengan kenyataannya. Pria itu muncul dengan sifat dinginnya yang membuat Ana kesal, namun tidak bisa dipungkiri jika Ana begitu memuja pria itu. Begitu banyak masalah yang menimpa hubungan mereka. Teror-teror bermunculan untuk menghancurkan mereka. Apakah mereka bisa mengatasi masalah itu dan terus bertahan? *** Viallynn
Bagi Rezal Mahesa, masih melajang di usia 32 tahun bukanlah sesuatu yang memalukan. Dia sudah nyaman hidup mulus tanpa lika-liku percintaan yang memuakkan. Pekerjaan yang menjanjikan seharusnya bisa membuatnya berpikir tentang indahnya sebuah rumah tangga. Namun Rezal tidak berniat untuk mencari dan memilih untuk menunggu, membiarkan Tuhan yang menjalankan skenario indah untuk hidupnya. Sampai akhirnya muncul gadis muda yang merupakan mahasiswa magang di kantornya. Meskipun ragu, tapi batu besar di hati Rezal perlahan mulai terkikis. Sikap Naya yang unik, konyol, dan dewasa di satu waktu berhasil membuat hatinya menghangat. Apa Rezal harus menyiapkan gedung pernikahan mulai dari sekarang? *** Viallynn
Hidup Amber hancur dalam satu malam. Lahir sebagai putri keluarga kaya, dalam sekejap berubah menjadi bukan siapa-siapa. Amber yang merasa putus asa, dia pergi ke klub malam, dan berakhir mabuk. Siapa sangka di kala dia ingin masuk ke kamar hotel, dia salah masuk kamar. Dia masuk ke kamar Julian Kingston-pria tampan penuh pesona-tapi terkenal kejam. Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan Amber kembali dengan Julian. Kali ini berbeda, karena kondisinya Amber telah melahirkan anak kembar-darah daging dari Julian Kingston. Wanita itu terjebak dalam situasi rumit. Lantas bagaimana kelanjutan kisah Amber dan Julian?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Ayahnya menjadi seorang pengkhianat pada group mafia terbesar di negaranya bernama group Limson, membuat Arabella harus hidup dalam bahaya. Bagaimana tidak, Arabella harus menjadi tawanan kamar Tuan Stanley yang merupakan ketua mafia group Limson atau dia berkeliaran diluar sana dan diburu oleh anggota mafia lainnya.
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!