Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku
Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku

Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku

4.8
107 Bab
90.7K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Tiga tahun kami menikah, suamiku terlihat sangat setia, namun nyatanya dia selingkuh. Langsung melabraknya adalah hal yang kolokan, lebih baik aku main cantik dulu.

Bab 1 Orderan Kue Tart

Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku

"Mbak, rumahnya yang sebelah mana ya? Ini aku sudah ada di pertigaan kompleks," kataku di telepon pada Raisa, pelangganku.

"Lurus aja Mbak, rumah nomer tiga sebelah kiri, cat warna oranye. Nanti aku tunggu di depan ya. Mbak pakai kendaraan apa?" ucapnya.

"Oke. Aku pakai mobil warna putih Mbak. Aku meluncur ya," kataku sambil mengendarai mobil pelan.

Seorang wanita cantik berambut sebahu di cat warna cokelat melambai ke arahku.

"Mbak Dita!" teriaknya.

Aku pun langsung memarkirkan mobil tepat di depan rumahnya. Sebuah rumah yang tak begitu besar dengan teras memberikan kesan asri serta berbagai tanaman bunga indah menghiasi sekitar. Terlihat bangunan ini masihlah baru.

"Masak bingung sih, Mbak. 'Kan tadi sudah ku sharelok," katanya saat aku keluar dari mobil.

"Sedikit sih, Mbak. Biasa kan kadang shareloknya itu melenceng. Kukira kemarin dekat lo Mbak, eh ternyata lumayan jauh dari rumahku," kataku sambil membuka bagian belakang mobilku.

"Kubantuin ya, Mbak. Lah memangnya Mbak Dita baru ya di kota ini?" tanyanya sambil membantuku menurunkan kue tart dan puding hias.

"Nggak baru baru juga sih, ya sekitaran dua tahun. Tapi aku jarang sekali keluar rumah," kataku.

Kamipun masuk ke dalam rumah, dan dia mempersilakanku duduk. Ruang tamu bergaya minimalis itu, sudah dihias dengan backdrop dan segala macam hiasan bernuansa emas, dengan tulisan HAPPY ENGAGEMENT RAISA N WISNU, tulisan sama yang kutuliskan pada puding dan kue tart yang telah di pesan tadi.

"Istirahat dulu, Mbak. Diminum dulu sirupnya. Pasti capek ya? Jadi free ongkir, 'kan?" katanya yang duduk di sebelahku.

"Ya lumayan sih, Mbak. Pasti dong, sesuai kesepakatan awal tetap free ongkir," kataku sambil meneguk segelas sirup yang telah dihidangkan.

"Makasih ya, Mbak. Puas banget deh pesen di Mbak Dita. Bagus banget semuanya, sesuai ekspektasi!" ujarnya.

"Alhamdulillah deh kalau suka. Eh acaranya kapan ya ini?" tanyaku

" Nanti sehabis magrib."

"Tunanganya orang mana, Mbak? Beruntung banget dia dapat calon istri yang cantik seperti Mbak Raisa ini," kataku.

Ucapanku tadi bukanlah bualan semata. Namun pada kenyataanya, Raisa ini sangatlah cantik, dengan kulit putih bersih, hidung mancung, lesung pipit, pandai berdandan dan bentuk tubuh yang proporsional, perfek pokoknya. Tentu sangat berbanding terbalik denganku.

"Orang lumayan jauh sih Mbak. Dari kota sebelah. Cukup lama sih aku pacaran sama dia, sudah lebih dari setahun," jelasnya.

"Wah semoga acaranya nanti lancar dan segera menuju ke pelaminan ya , Mbak."

"Amiiin. Nanti pokoknya pas acara nikahanku, semua kue dan snack boxnya, aku pesan sama Mbak Dita saja. Oh iya, bentar ya Mbak. Aku ambil uang dulu, sampai lupa,"ucapnya sambil tersenyum.

Kemudian Raisa masuk ke dalam rumah. Aku hanya duduk sendiri di sofa. Aku pun mengagumi ruangan minimalis itu, meski agak sempit karena penataannya yang pas, jadi ruanhan ini terasa lega dan nyaman. Saat aku menoleh ke belakang, mataku menatap satu foto yang sontak membuatku terbelalak.

Foto Raisa yang memakai kaos kopel berwarna hitam itu tengah memeluk seorang pria, yang wajahnya begitu mirip dengan Mas Chandra, suamiku. Pikiran buruk seketika melintas di benakku.

Setelah melihat keadaan sekitar aman, aku pun segera memotret foto itu. Kurasa aku tak salah lagi, laki-laki di foto itu adalah Chandra, laki-laki yang telah menjadi suamiku sejak tiga tahun yang lalu. Wisnu Chandra Mahardika, itulah namanya.

"Ini Mbak uangnya. Tolong dihitung dulu," katanya sambil mengangsurkan uang itu padaku.

"Itu foto calon suaminya ya, Mbak?" tanyaku.

"Iya bener banget, Mbak. Mbak Dita kenal dengan Mas Wisnu?"

"Nggak kok, Mbak. Serasi saja dan cocok banget. Pasti dia juga sangat beruntung mendapatkan calon istri seperti kamu," sahutku.

Aku sungguh sangat yakin bahwa itu adalah Mas Chandra, tetapi sebisa mungkin kutahan emosi, aku ingin cari tahu lebih dalam lagi.

"Makasih ya, Mbak. Justru aku yang beruntung mendapatkan dia, karena dia itu pria yang kaya banget lo, Mbak. Pimpinan perusahaan Adi Jaya dan juga seorang kontraktor. Dialah yang merenovasi rumah orang tuaku jadi seperti ini. Dan saat kita nikah nanti, dia akan menghadiahi aku sebuah rumah lo," ujarnya dengan mata berbinar.

Wow pimpinan perusahaan ya? Hebat sekali Mas Chandra berbohong dan membanggakan diri. Padahal perusahaan itu adalah milik papaku, dan dia di sana hanyalah karena aku yang menyuruhnya. Dan menjadi kontraktor pun bermodal dari uang investasiku saja.

"Hebat sekali dong dia. Dulu pertama kenal di mana Mbak, bisa dapat laki-laki seperti itu?" tanyaku lagi.

"Dulu 'kan aku kerja di sebuah cafe, Mbak. Dan dia sering kesana. Setelah jadian aku tak boleh lagi bekerja, bahkan dia telah membuatkanku cafe sendiri, yang sudah enam bulan ini aku kelola," katanya bangga.

Keterlaluan kamu, Mas. Kaugunakan uangku untuk memodali simpananmu yang cantik ini!

"Wah beruntung banget ya Mbak. Tapi kelihatannya usia kalian jauh berbeda ya, Mbak? Apa nggak takut kalau misalnya di luar ternyata dia sudah beristri?" tanyaku yang sudah mulai capek menahan emosi.

"Umur 'kan tak jadi masalah yang penting kita sama-sama mau. Kalau soal istri sih aku nggak tahu pastinya, katanya sih masih single. Kalaupun seandainya dia sudah beristri, tak masalah sih bagiku, yang penting dia bisa memberikan apa yang kumau," katanya.

Waduh kelihatannya si Raisa ini alim, ternyata jahat juga ya. Aku pun segera mengakhiri obrolan ini. Dari pada nanti aku tak kuat lagi memahan emosi.

"Wah, ceritanya pantang mundur ya, Mbak. Ya sudah Mbak aku pamit dulu ya, sudah sore nih," kataku sambil keluar dari rumah itu.

"Iya, makasih Mbak. Hati hati ya," katanya sambil melambaikan tangan saat aku mulai menjalankan mobilku.

Sebenarnya semua itu, sudahlah cukup menjelaskan bahwa laki laki tadi adalah suamiku yang telah tega menduakanku. Namun aku masih butuh bukti yang lebih kongkret.

Aku pun ingat dengan perkataan Mas Chandra, yang memang tadi pagi katanya akan pulang telat karena banyak sekali pekerjaan di kantor. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul lima sore, dan acara itu akan diadakan setelah magrib, jadi kuputuskan untuk tak pulang saja, mengintai acara itu dari dekat.

Aku pun berbalik arah, kembali menuju rumah Raisa. Aku mencari tempat mengintai di sekitar sini. Dan akhirnya aku menemukan tempat parkir yang pas, jarak tiga rumah saja dari rumah Raisa. Kurasa dia ataupun Mas Chandra tak akan mengira jika ini mobilku.

Aku pun menunggu di dalam mobil dengan sabar . Hingga waktu yang telah ditentukan telah tiba. Kubuka mataku lebar-lebar, agar aku tak kehilangan jejak. Lumayan lama menunggu, hingga akhirnya sebuah mobil Pajery berwarna putih susu parkir tepat di depan rumah Raisa. Tak salah lagi, itu adalah mobil Mas Chandra, hadiah pernikahan dari almarhum papaku dulu.

Aku pun mulai merekam apa yang ada di hadapanku. Dari dalam mobil itu turunlah Mas Chandra yang memakai pakaian batik rapi. Dengan diantar oleh laki-laki dan perempuan yang aku tak mengenalnya. Mereka membawa beberapa seserahan.

Benar benar jahat kamu, Mas. Aku tak menyangka kamu yang selama ini sayang dan sangat baik padaku ternyata tega berbuat seperti ini. Namun saat ini aku dilema, haruskah sekarang juga kuhancurkan acara pertunangan itu? Ataukah aku harus main cantik saja menghadapi semua ini?

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 107 Season 1 Ending   12-07 18:42
img
4 Bab 4 Langkah Awal
03/12/2021
5 Bab 5 Fakta Baru
03/12/2021
9 Bab 9 Pov Author
04/12/2021
18 Bab 18 Pov Author
04/12/2021
26 Bab 26 Pov Author
04/12/2021
39 Bab 39 H-2 Dan H-1
06/12/2021
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY