Gerhana Putri Alam, sama sekali tidak menyangka kalau perseteruannya dengan seorang preman sangar, Tangguh Langit Ramadhan, akan berujung dengan saling jatuh cinta. Walaupun Tangguh selalu bersikap dingin dan acuh tak acuh padanya, tapi Gerhana yakin kalau sesungguhnya Tangguh mempunyai rasa yang sama. Hanya saja mungkin Tangguh merasa tidak cukup layak untuk memilikinya. "Saya tidak pernah mencintai kamu, wahai Putri Jendral. Kiamat pasti sudah dekat kalau seorang penjahat bersepakat dengan seorang aparat. Jangan terlalu sering menonton drama, wahai Putri Jendral. Dunia nyata tidak sekebetulan itu." -Tangguh Langit Ramadhan "Nggak cinta ya? Terus ngapain tiap malam Abang mandangin photo saya di ponsel? Karena Abang bilang nggak cinta, berarti Abang mau ngedukunin saya ya?" -Gerhana Putri Alam
Gerhana memacu kencang mobilnya melebihi batas rata-rata kecepatan. Pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Dan ia masih berada di jalan Thamrin. Sementara meetingnya dengan para investor proyek dan petinggi perusahaan akan dimulai tepat pada pukul delapan pagi. Kalau ia sampai terlambat, alamat dicor bersama dengan tiang pancanglah ia oleh Abizar. Sifat Abizar itu kan sebelas dua belas dengan Om Heru. Disiplin adalah nama tengah mereka. Apalagi ia belum genap sebulan bekerja di PT. Bina Graha Persada ini.
Ia memang baru saja menamatkan kuliahnya dan menyandang gelar S.Ars alias sarjana arsirektur. Ia menjabat sebagai architect engineering di perusahaan ini.
Baru saja memikirkan konsekuensi dari keterlambatannya, ponselnya bergetar. Nah kan! Pasti itu Abizar yang memang hobby sekali merazia anak buahnya setiap pagi. Khususnya hari ini, di mana para petinggi proyek turun gunung semua. Perusahaan memenangkan tender proyek raksana dan teamnya yang akan mengeksekusi pembangunannya. Di bawah arahan Abizar sebagai manager project, diharapkan hasilnya akan maksimal. Saat ini pasti briefing sudah dimulai sementara ia sebagai architect engineeringnya malah belum sampai. Dugaannya benar seratus persen. Nama boss besar alias Abizar yang tertera di layar ponselnya. Gerhana membaca doa terlebih dahulu sebelum mengangkat ponselnya.
"Ha--"
"Apa di rumah kamu tidak ada jamnya hah? Kamu tahu tidak ini sudah jam berapa?" Teriakan boss besarnya membuat telinganya pengeng seketika.
Subhanalah, belum juga ngomong halo, boss besarnya sudah ngegas aja. Ini orang cemilannya petasan kali ya?
"Ada dong, Bang. Masalahnya tadi saya terlambat bangun. Saya lupa menyetel alarm, Bang. Makanya--"
"Jangan cari alasan! Mau kamu lupa menyetel alarm kek, ponsel kamu meledak kek, itu semua bukan urusan saya. Yang menjadi urusan saya, kamu harus sudah ada di kantor sebelum rapat dimulai. Paham kamu?! Satu hal lagi kalau masih jam kantor, panggil saya Bapak!"
Gerhana menjauhkan ponsel dari telinganya. Sepertinya gendang telinganya ikutan kaget di dalam sana. Beginilah gaya komunikasi Abizar kalau sudah membahas masalah pekerjaan. Pedesnya ngalah-ngalahin nasi goreng level 14nya Mang Rojak. Ia heran apakah Abizar tidak takut terkena penyakit stroke kalau kerjanya marah-marah melulu? Tapi ya, memang dia yang salah sih. Rapat penting bernilai triliunan rupiah seperti ini, ia malah bisa-bisanya terlambat. Semua ini gara-gara sifat pelupanya. Kalau saja ia tidak lupa menyetel alarm, pasti ia tidak akan keteteran seperti ini. Ia juga lupa membawa earphone hari ini. Sampai-sampai ia harus menyetir dengan satu tangan saat harus bolak-balik mengangkat telepon dari rekan-rekan satu divisinya. Kalau ayahnya tahu ia berkendara dengan cara seperti ini, alamat dikuliahi dari pagi sampai subuh.
Ponselnya bergetar lagi. Mampus! Jangan-jangan Abizar lagi atau salah satu rekannya. Ia mengerti saat ini rekan-rekan satu teamnya pasti sudah tidak sabar menunggu kehadirannya. Sistem pekerjaan mereka memang berhubungan satu sama lain. Satu yang error, alamat rubuh lah proyek mereka semua. Melihat nama yang muncul adalah Bagas, ia menarik napas lega. Ternyata drafter divisinya lah yang menghubunginya.
"Eh Nana pikun. Lo ini nyangkut di mana sih? Meeting udah mau dimulai, Na. Bisa abis kita semua kalo lo belum nongol. Gue mau ngejelasin apa kalo hasil drawing gue belum lo cek komposisinya? Lo mau proyek kita rubuh?"
"Sabar ya, Gas. Bentar lagi gue nyampe. Maap ye, gue lupa nyetel alarm."
"Dasar pikun. Masih perawan penyakit lo udah kayak nenek-nenek. Kalo kepala lo nggak nyangkut di leher, pasti lo lupa juga narohnya di mana. Cepetan ngebut! Kalo proyek ini direject, anak bini gue mau makan apa, Na?"
Gerhana meringis. Ia tahu kalau Bagas itu mempunyai banyak tanggungan. Selain bapak dari dua orang anak kembar, ia juga menanggung biaya hidup orang tua dan juga mertuanya yang sudah tidak berpenghasilan. Memikirkan nasib rekan-rekannya yang lain, membuatnya menekan pedal gas kian dalam. Ia harus secepatnya tiba di kantor.
Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak. Saat akan berbelok menuju kantornya, ia menabrak stealing martabak yang diletakkan terlalu dekat ke bahu jalan. Ia menjerit ngeri dan dengan cepat membanting stir. Bunyi decitan ban yang direm mendadak, berbarengan dengan teriakan ngeri para pengguna jalan lainnya. Mobilnya berguncang karena menabrak stealing martabak walaupun ia sudah berusaha mengeremnya.
Kepalanya serasa berputar dan pandangannya berkunang-kunang. Ia mengubur kepalanya sejenak pada stir mobil. Berusaha menenangkan diri. Ia shock! Nyaris saja! Ia baru mengangkat kepalanya dari stir mobil saat telinganya mendengar suara-suara teriakan. Ramainya orang-orang yang berkerumun di sekitar jendela mobil menyadarkannya. Mereka mengetuk-ngetuk jendela dan ada beberapa orang yang menggedor-gedornya. Dengan jemari bergetar ia berusaha membuka handle pintu. Namun karena jemarinya terus saja bergetar, ia kesusahan membukanya. Tangannya selalu luput dari sasaran. Saat gedoran bertambah kencang, baru lah ia berhasil membuka pintu.
"Lo ini bisa nyetir kagak hah? Lo liat itu stealing martabaknya Bu Wardah rusak parah. Kalo baru belajar nyetir, jangan main-main di jalan dong!" Seorang preman berwajah seram membentaknya dengan kasar. Beberapa orang yang ia asumsikan sebagai teman-temannya, berjalan petantang petenteng di sekelilingnya. Berusaha mengintimidasinya. Dengan tubuh kekar dan tatto yang menghiasi sebagian besar tubuh, tingkah laku mereka sungguh memuakkan. Ia memang sangat membenci orang yang menggunakan kekuatannya untuk menindas orang lain. Tidak bermoral kalau menurut ibunya.
Setelah sedikit tenang, ia memusatkan perhatiannya pada kerusakan yang ditimbulkannya. Ia adalah anak seorang penegak hukum. Ia khatam sekali mengenai hukum dan peraturan-peraturannya. Ia tahu kalau ia salah, namun ibu-ibu penjual martabak itu juga salah. Karena ibu tersebut berjualan di tempat ilegal dan stealingnya juga melewati bahu jalan. Dua hal itu saja, sudah salah.
Keadaan stealing martabak si ibu memang rusak cukup parah. Barang dagangan si ibu juga hancur berantakan. Semuanya tumpah ruah di sisi jalan. Untungnya keadaan si ibu baik-baik saja. Hanya saja wajahnya sedikit pucat. Mungkin karena kaget.
"Bagaimana keadaan Ibu? Apakah Ibu baik-baik saja? Atau kita perlu ke rumah sakit?" Gerhana keluar dari mobil dan menghampiri si ibu. Mengecek keadaannya dengan teliti.
"Ibu nggak apa-apa, Neng. Ibu cuma kaget," jawaban si ibu melegakan hatinya. Syukurlah.
"Eh lo harus mengganti semua kerugian Bu Wardah ini. Jangan cuma nanya-nanya doang!" Si Preman kembali mendekatinya sambil membuat gerakan meludah yang menyebalkan. Beberapa temannya mengikuti dan mulai mengelilinginya.
"Sudah, Barda, Jaka. Ibu kan tidak apa-apa. Jangan mengganggu gadis ini." Si Ibu berupaya menjauhkan beberapa orang preman yang terus saja mengelilinginya. Gerhana mundur teratur sampai punggungnya menabrak sesuatu yang keras. Dengan cepat ia berbalik. Ternyata ia menabrak bahu kekar seorang preman lainnya. Hanya saja penampilan preman ini begitu berbeda dengan preman-preman lainnya. Tubuh preman ini tinggi menjulang. Saat berdiri berhadapan seperti ini, tingginya hanya mencapai dadanya. Ia sampai harus mendongak saat menatap wajahnya. Walaupun penampilannya sangar dan wajahnya seram, namun struktur wajahnya sangat indah untuk dilihat. Rahangnya tegas dan dipenuhi dengan bulu-halus halus yang rapi. Hidungnya tegak lurus. Mancung tetapi berkesan angkuh. Alis kanannya terdapat bekas luka seperti disayat. Terlepas dari semua itu, tatap matanya sangat dingin dan datar. Gerhana merasa bisa membeku jika menatapnya terlalu lama.
"Anda siapa? Salah satu teman dari mereka?" Gerhana menunjuk beberapa preman yang mengelilinginya. Suaranya sengaja ia buat galak, padahal sesungguhnya ia ketakutan setengah mati. Seumur hidupnya ia tidak pernah berkonfrotasi dengan orang lain. Sekali-kalinya bermasalah, musuhnya malah preman-preman sangar. Mana mainnya keroyokan lagi. Bagaimana ia tidak gentar coba?
Sosok seram itu diam saja. Ia tidak menggubris pertanyaannya dan melewatinya begitu saja. Si Preman malah menghampiri si ibu. Dalam diam si preman memeriksa semua bagian tubuh si ibu dengan hati-hati. Ia terdengar mendesah lega saat tidak mendapati luka apapun di tubuh si ibu.
"Ibu tidak apa-apa?" Akhirnya si preman bersuara juga. Gerhana sempat mengira kali aja si preman itu bisu tuli. Karena ia hanya diam saja saat ditanya. Eh rupanya bisa ngomong juga. Sok sok cool kayak kulkas.
"Ibu nggak apa-apa, Nak. Cuma kaget saja."
Oh, ternyata preman kayak orang bisu tuli ini anaknya si ibu.
"Nggak apa-apa bagaimana? Orang Ibu pucet begini?" Preman yang dipanggil Barda tadi mulai nyolot. "Mbak ini harus membayar biaya berobat ibu lo dan juga semua kerusakan yang dia buat, Guh. Lihat stealing ibu lo, hancur! Martabaknya juga rusak semua,"
"Saya memang salah dan saya akan bertanggung jawab. Saya tidak akan lari dari kewajiban saya. Tapi Ibu ini juga salah karena sudah berjualan di luar fungsi jalan atau trotoar.
Berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014, dilarang untuk berdagang atau berjualan di jalan dan trotoar, kecuali tempat tersebut telah ditetapkan oleh Gubernur sebagai tempat usaha pedagang kaki lima. Jadi intinya Ibu ini juga salah dan--"
"Pergi," ujar preman anak si ibu martabak datar.
"Maksud Anda?"
"Maksud saja jelas. Kamu pergi saja dari tempat ini. Satu hal lagi, saya tidak butuh pertanggungjawaban kamu karena ibu saya baik-baik saja. Lain cerita kalau ibu saya kenapa-kenapa. Kalau itu sampai terjadi, ke neraka pun kamu akan saya kejar. Sekarang, pergi!"
Gerhana cengo. Beneran ini ia disuruh pergi begitu saja? Tapi kan ia belum membayar ganti rugi kerusakan stealing dan martabak-martabak si ibu? Ia bukanlah orang yang suka lari dari tanggung jawab. Tetapi saat teringat pada jadwal meetingnya yang pasti semakin mepet, ia segera berlari ke mobil. Sebelumnya ia menjejalkan kartu namanya pada anak si ibu, dan berpesan agar ia bisa mencarinya di kantor. Ia sedang buru-buru katanya. Memikirkan nasib teman-teman satu devisinya, ia kembali tancap gas. Hanya saja kali ini ia lebih berhati-hati.
==================================
Gerhana tiba di kantor saat rapat baru saja akan dimulai. Ia seolah-olah bisa mendengar helaan napas rekan-rekan satu divisinya. Bagas mengelus dadanya seakan-akan baru saja terlepas dari azab sakratul maut. Selena dari staff admin, Bayu dari quality control staff, Rico yang menjabat sebagai structure engineering, bahkan Pak Hamzah sang mechanic, seperti mengucap kalimat alhamdullilah berjamaah tanpa suara. Drama pagi satu babaknya akhirnya bisa diselesaikan tepat waktu. Alhamdullilah.
Setelah meeting usai, barulah ia merasakan efek dari kecelakaannya tadi. Keningnya berdenyut-denyut nyeri. Ia ingat kalau saat kecelakaan tadi keningnya menghantam kemudi dengan cukup keras. Ketika kejadian mungkin tidak terasa karena ia masih dalam keadaan kaget. Ketika meeting pun belum terlalu terasa karena pikirannya terfokus pada masalah pekerjaan. Namun saat santai begini, semuanya baru terasa.
Ruangan meeting telah sepi. Para pesertanya telah kembali pada kesibukan mereka masing-masing. Hanya tinggal ia sendiri yang masih duduk dalam ruangan. Ia masih sedikit pusing. Denyutan pada keningnya terasa makin intens. Perlahan ia meraba keningnya yang tadi memang sengaja ia tutupi dengan rambut panjangnya. Ia meringis kesakitan saat meraba ada sedikit benjolan di sana. Karena berkonsentrasi dengan lukanya, ia sama sekali tidak menyadari ada langkah-langkah kaki yang menghampirinya.
"Kamu kenapa, Na?"
"Eh tokek, kadal, biawak!" Ia nyaris terlompat dari kursinya karena kaget. Abizar muncul tiba-tiba dari belakangnya.
"Kenapa cuma tokek, kadal dan biawak saja yang kamu sebut? Buayanya mana?" Abizar menoyor pelan pelipis pelipisnya. Gerhana memutar bola matanya. Lah ngapain coba seseorang menyanyakan keberadaan dirinya sendiri? Udah gitu, nggak sadar lagi!
"Buayanya kan ada di depan saya. Ngapain lagi saya sebut-sebut coba?" Gerhana nyengir yang sejurus kemudian meringis kesakitan. Keningnya berdenyut-denyut lagi.
"Kualat kamu kan ngata-ngatain orang yang lebih tua. Saya ulang pertanyaan saya sekali lagi, kamu kenapa?" Abizar kembali mengulangi pertanyaannya. Architect engineering sekaligus anak sahabat ibunya ini memang gemar sekali menguji kesabarannya. Ada-ada saja kelakuannya yang acap kali membuat emosinya terkait. Tetapi tetap saja, ia tidak bisa marah berlama-lama dengan makhluk imut ini. Ia menyukai Gerhana meskipun ia tahu kalau Gerhana hanya menganggapnya seperti seorang kakak. Tidak lebih. Makanya ia berusaha moved on dan memacari Maharani Ajisaka Prahasta. Putri bungsu Om Rendra dan Tante Cindy, teman baik kedua orang tuanya. Usia Rani ini sepantaran dengannya. Jika Gerhana itu kekanakan, heboh dan rada pikun, maka Rani adalah kebalikannya. Rani dewasa, smart dan mandiri. Kata smart membuatnya jadi tampak seksi. Sudah hampir tiga bulan ia memacari Rani.
"Saya baik-baik aja kok, Bang eh Pak. Masih jam kantor ini soalnya ya? Hehehe. Cuma tadi ada insiden kecil. Mobil saya mencium kios martabak karena saya ngebut," Air muka Abizar seketika berubah. Gerhana tahu, pasti Abizar merasa bersalah. Makanya ia mencoba bercanda untuk menghilangkan rasa tidak enak di hati Abizar.
Abizar menghela napas. Ia merasa bersalah karena secara tidak langsung, ia lah menyebabkan Gerhana terluka. Gerhana mengebut pasti karena amukannya. Coba kalau ia tidak membentak-bentak Gerhana, pasti keadaan gadis ini akan baik-baik saja.
"Mana lukanya? Coba sini saya periksa?" Abizar mendekatkan kepalanya. Gerhana seketika menjauh. Bukan apa-apa. Abizar itu kan sudah punya pacar. Tidak baik kalau ia terlalu akrab dengan pacar orang, walau pun ia sudah menganggap Abizar seperti kakaknya sendiri. Tetapi tetap saja, bagi orang lain sikap mereka tidak enak dilihat. Ia tidak mau menyakiti hati Mbak Rani.
"Nggak usah, Bang. Beneran kok, saya nggak apa-apa." Gerhana masih berupaya menolak. Tetapi Abizar memaksa dengan memegang belakang kepalanya.
"Saya lihat dulu. Setelah itu baru saya putuskan kamu itu tidak apa-apa atau memang kenapa-kenapa." Abizar bersikukuh dengan keinginannya.
"Ehm, kalian sedang apa Mas Izar, Dek Nana?"
Mbak Rani!
Nah kan! Baru aja dibatinin, eh udah kejadian aja.



Arimbi Maulida merasa dunianya runtuh saat Nina, sepupunya, membawa buku nikahnya dengan Seno Caturrangga, calon suami Arimbi, ke hadapannya seluruh keluarga besar. Nina mengaku telah dinikahi Seno secara hukum dan agama dua hari yang lalu. Dengan kata lain, Seno adalah suaminya sahnya saat ini. Padahal seminggu ke depan, Arimbi dan Seno akan melangsungkan pernikahan, setelah tiga tahun berpacaran. Undangan pun sudah terlanjur disebar. Pihak kedua keluarga geger. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Seno dan Nina menjalin hubungan di belakang Arimbi hingga Nina hamil. Arimbi pada akhirnya mengalah. Ia ikhlas kalau pernikahannya dibatalkan. Namun Handoyo, ayah Arimbi tidak setuju untuk membatalkan pernikahan. Handoyo meminta pertanggungjawaban keluarga Seno yang telah mempermalukan keluarga besar mereka. Keputusan yang dianggap paling tepat pun diambil. Adalah seorang Ganesha Caturrangga, kakak kandung Seno yang belum menikah, diminta untuk menggantikan Seno di pelaminan. Arimbi tentu saja menolak. Selain ia tidak mencintai Ganesha, sejujurnya ia takut pada Ganesha. Ganesha itu sangat dingin dan tidak punya hati. Menurut Menik, sahabatnya, yang dulunya adalah pacar Ganesha, Ganesha itu workoholic. Hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Ganesha tidak pernah mencintai siapapun kecuali pekerjaannya. Namun karena desakan keluarga besarnya yang beralasan malu besar apabila Arimbi tidak jadi menikah, Arimbi terpaksa menerima keputusan keluarga besar mereka. Bagaimana nasib Arimbi setelah menjadi istri Ganesha? Bagaimana pula usaha Seno untuk kembali meraih hati Arimbi setelah Nina ketahuan berbohong soal kehamilannya? "Bagi saya, kamu itu cuma beban tambahan, yang lagi-lagi disampirkan keluarga di pundak saya. -Ganesha Caturrangga- "Saya juga tidak pernah ingin ada di posisi ini. Menjadi istrimu itu sialnya tujuh turunan, delapan tanjakan dan sembilan tikungan tajam. -Arimbi Maulida-
Alexandra Delacroix Adams--gadis tomboy berjuluk premanwati klan Delacroix Adams, harus menjalani hukuman sebagai Jamilah Binti Surip. Cucu Mbok Sari, Asisten Rumah Tangga keluarganya selama setahun penuh di desa Pelem, Kediri, Jawa Timur. Bagaimana Alexa--sang premanwati menjalani peran dari seorang gadis tomboy berjaket kulit, menjadi seorang gadis feminim berkebaya? Mampu juakah Alexa membangun mindset para wanita di desa, yang sudah terdoktrin dengan pemikiran bahwa tempat wanita adalah di bawah pria? Bagaimana juga sengitnya saat ia beradu argumen dengan Jenggala Buana Sagara. Seorang petani dan peternak modern di desa Pelem, yang selalu menganggap gadis kota adalah boneka cantik berotak kosong? "Kamu jangan mengajari perempuan-perempuan di desa ini menjadi pembangkang, dengan dalih emansipasi. Provokatorwati tidak dibutuhkan di sini?" -Jenggala Buana Sagara "Gue bukan ngajarin mereka membangkang. Gue cuma mau mereka berkembang. Suami-suami mereka bisa saja, sakit, mati atau malah kawin lagi. Kalau hal itu terjadi, siapa yang akan membiayai hidup mereka? Lo? Emang lo sanggup ngawinin semua janda di desa ini?" -Alexandra Delacroix Adams
Menjelang delapan tahun usia pernikahannya, Suri Hidayah merasa tidak bisa mempertahankan rumah tangganya lagi. Karena Prasetyo Prasojo, suaminya telah berubah menjadi sosok yang tidak lagi ia kenali. Pras berubah setelah karirnya melesat ke puncak. Dari seorang karyawan biasa, Pras kini menjadi seorang direktur pelaksana yang disegani. Pras lupa diri. Pras yang sekarang telah berdasi, kerap merudung Suri, secara fisik dan psikis. Merendahkan pendidikan Suri yang hanya tamatan SMP, serta mencela penampilan Suri yang menurut Pras norak alias kampungan. Dalam pandangan Pras, perempuan sempurna itu haruslah seperti Murni Eka Cipta. Anggun, cerdas, berpendidikan tinggi juga berharta. Murni adalah lady boss perusahaan tempat Pras bekerja. Suri yang sakit hati, dalam diam terus berusaha memperbaiki diri. Ia mencoba mengubah penampilannya menjadi lebih baik, dan juga belajar mencari penghasilan sendiri. Suri secara otodidak belajar memasarkan hasil rajutannya melalui media sosial. Hanya saja Suri terkendala dengan masalah modal. Ia tidak mempunyai cukup dana untuk membeli benang-benang dalam jumlah besar untuk keperluan merajutnya. Adalah seorang Damar Adhiyatna, mantan suami Murni yang kebetulan bertemu dengan Suri secara tidak sengaja. Damar adalah pemilik PT. Karya Tekstil Adhiyatna. Perusahaan yang bergerak dalam bidang benang jahit. Damar yang mengetahui kesulitan Suri bersedia membantu dengan sistem barter. Damar memasok benang, dan Suri memajang hasil rajutannya di toko kerajinan tangan ibunya. Bagaimana perjuangan jatuh bangunnya Suri dalam mengumpulkan serpihan harga diri? Bagaimana juga akhir kisah cinta segitiga antara Suri, Damar, Pras dan juga Murni? Cerita ini akan menjadi saksi betapa kekuatan cinta akan mengubah segalanya. Cinta sejati itu tidak pernah pudar karena rupa, dan tidak padam dimakan usia.
Revan Aditama Perkasa-- CEO ADITAMA Group, sudah tidak berhasrat lagi untuk menikah. Ia merasa tidak pernah beruntung dalam hubungan asmara. Mulai dari jatuh cinta pada gurunya sendiri, bertunangan dengan orang yang salah, sampai akhirnya jatuh cinta pada pacar orang, menjadikan Revan apatis terhadap yang namanya pernikahan. Hingga suatu hari, ayahnya memintanya untuk menikahi seorang wanita yang tidak biasa. Dia adalah wanita dari Suku Anak Dalam. Suku yang paling terkebelakang negri ini. "Bagaimana mungkin Saya seorang CEO Aditama Group yang mewakili segala hal yang modern dan intelektual, beristrikan seorang wanita paling primitif dinegeri ini?" -Revan Aditama Perkasa.
Merlyn Diwangkara-si Princess irit dengan tingkat keonengannya yang hakiki-ingin lepas dari bayang-bayang nama besar Diwangkara's. Kehidupannya yang selama ini bagaikan burung dalam sangkar emas, membuatnya bertekad untuk menunjukkan pada dunia, kalau ia mampu hidup mandiri di atas kakinya sendiri. Sementara itu, Galih Kurniawan Jati-polisi galak namun berprestasi negeri ini-selalu saja ketiban sial setiap kali bersinggungan dengan gadis berpemikiran 'minimalis' ini. Alih-alih menghukumnya, Galih malah acap kali menjadi kesatria berbaju zirahnya. "Anda ini bahkan tidak bisa membedakan mana kucing dan mana serigala. Bagaimana mungkin, Anda bisa survive hidup sendirian di luar sana?" -Galih Kurniawan Jati "Mungkin saya memang tidak bisa membedakan mana kucing dan mana serigala. Tapi, saya tahu apa persamaan mereka ; sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Saya benar, kan, Pak Polisi?" -Merlyn Diwangkara
Senjahari Semesta Alam dengan ikhlas merelakan dirinya diceraikan oleh suaminya sendiri demi menikahi Mega Mentari--anak perempuan pemilik perusahaan yang mengaku dihamili oleh suaminya sendiri, Abimanyu Wicaksana. Sementara itu Halilintar Sabda Alam-- kakak sulung Mega Mentari. Pemilik beberapa perusahaan properti raksasa negeri ini, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Senja, yang diperkenalkan oleh mertuanya sebagai adik bungsu Abimanyu. Abimanyu yang merasa dijebak sebagai kambing hitam dalam masalah hamilnya Tari, terus berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya agar bisa meraih kembali hati Senja. Sementara Sabda yang awalnya jatuh cinta pada Senja, menjadi salah faham saat secara tidak sengaja memergoki Abimanyu memesrai Senja bukan seperti seorang kakak terhadap adiknya, melainkan seperti seorang laki-laki yang tengah mabuk asmara. Sabda yang gelap mata malah akhirnya menjebak Senja dan menanamkan benihnya dirahim Senja. "Saya mohon, jangan memperlakukan Saya seperti ini. Saya punya salah apa pada Bapak? Laki-laki sejati tidak akan menggunakan kekuatannya untuk memaksakan dirinya terhadap seorang perempuan. Saya mohon jangan mengotori saya. Demi Allah saya bersumpah, saya tidak seperti apa yang ada dalam pemikiran, Bapak." (Senjahari Semesta Alam) "Salah kamu adalah, karena kamu telah menjadi duri dalam daging dalam rumah tangga adik saya! Kamu fikir saya tidak tahu akan hubungan terlarang kamu dengan Abimanyu? Kalian berdua itu incest, dan itu amat sangat menjijikkan! Kita lihat saja, setelah ini kamu masih bisa memandang dunia dengan kepala tegak, atau kamu akan melata seperti ular di kaki Saya!" (Halilintar Sabda Alam)
"Kamu butuh pengantin wanita, aku butuh pengantin pria. Bagaimana kalau kita menikah?" Karena sama-sama ditinggalkan pasangan masing-masing, Elis memutuskan untuk menikah dengan pria asing cacat dari tempat pesta pernikahan sebelah. Mengasihani keadaan pria yang cacat itu, dia bersumpah untuk memanjakannya begitu mereka menikah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria itu sebenarnya adalah pebisnis kaya raya yang berkuasa. Joshua mengira Elis hanya menikah dengannya demi uangnya, dan berencana menceraikannya ketika wanita itu tidak lagi berguna baginya. Namun setelah menjadi suaminya, dia dihadapkan pada dilema baru. "Wanita itu terus meminta cerai, tapi aku tidak ingin bercerai! Apa yang harus kulakukan?"
WARNING RATE 21+. Please be awise to reading!! Santi adalah anak yang dibesarkan dipanti asuhan. Tanpa dia tahu ibu dan ayahnya seperti apa. Dia bekerja sebagai kasir di sebuah toko kue. Tiba-tiba saat dia bekerja dituduh mencuri uang kasir dan dia dipecat. Demi bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mendesak, akhirnya Santi menerima tawaran menjadi sebuah perawat di rumah besar untuk merawat orang tua yang lumpuh. Dan terpaksa Santi harus menerima pekerjaan itu. Namun, pekerjaan itu mengharuskannya dia selalu standby 24 jam. Hingga, saat Santi membantu Bimo seorang Casanova yang sedang mabuk yang juga merupakan anak dari tuan yang dia rawat. Sosok Bimo yang selalu tak pernah puas dengan orientasi seks-nya, akhirnya menemukan pelabuhan terakhirnya pada Santi. Bagaimana kisah Santi dan Bimo selanjutnya, baca no skip ya!!
Julita diadopsi ketika dia masih kecil -- mimpi yang menjadi kenyataan bagi anak yatim. Namun, hidupnya sama sekali tidak bahagia. Ibu angkatnya mengejek dan menindasnya sepanjang hidupnya. Julita mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua dari pelayan tua yang membesarkannya. Sayangnya, wanita tua itu jatuh sakit, dan Julita harus menikah dengan pria yang tidak berguna, menggantikan putri kandung orang tua angkatnya untuk memenuhi biaya pengobatan sang pelayan. Mungkinkah ini kisah Cinderella? Tapi pria itu jauh dari seorang pangeran, kecuali penampilannya yang tampan. Erwin adalah anak haram dari keluarga kaya yang menjalani kehidupan sembrono dan nyaris tidak memenuhi kebutuhan. Dia menikah untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya. Namun, pada malam pernikahannya, dia memiliki firasat bahwa istrinya berbeda dari apa yang dia dengar tentangnya. Takdir telah menyatukan kedua orang itu dengan rahasia yang dalam. Apakah Erwin benar-benar pria yang kita kira? Anehnya, dia memiliki kemiripan yang luar biasa dengan orang terkaya yang tak tertandingi di kota. Akankah dia mengetahui bahwa Julita menikahinya menggantikan saudara perempuannya? Akankah pernikahan mereka menjadi kisah romantis atau bencana? Baca terus untuk mengungkap perjalanan Julita dan Erwin.
Pernikahan ini hanya sebuah perjanjian, dia punya kekasih begitu juga dengan aku. Tetapi entah siapa yang memasukkan obat ke dalam minuman ku, sehingga benar-benar lepas kendali.
Bagaimana jika keponakan yang dititipkan oleh kakak perempuan nya mulai mengacaukan seluruh tatanan kehidupan nya. Gadis kecil yang dia sangka polos menyimpan cinta mendalam untuk dirinya, memancing hasrat nya berkali-kali hingga pada akhirnya satu malam panas terjadi di antara mereka. Bagaimana caranya dia meminta restu kepada kakak nya sendiri untuk hubungan yang jelas di anggap tidak mungkin untuk semua orang. Namun siapa sangka satu kenyataan dimasa lalu terbuka secara perlahan soal hubungan mereka yang sesungguhnya.