/0/22567/coverbig.jpg?v=7c92bcb6385ea72a8db1d758256db4ae)
Naya memiliki ambisi yang kuat tentang pekerjaannya. Yang mana ambisi tersebut membuatnya harus menyembunyikan pernikahannya dari pekerjaannya agar posisinya tak goyah di perusahaan. Satu sisi, dia mencintai Ghiyas. Di sisi lain, dia tak ingin kehilangan pekerjaannya. Hingga kehidupan menuntutnya untuk memilih antara pekerjaannya atau pernikahannya yang usianya sama-sama masih muda. Mana yang akan Naya pilih?
"Ibu enggak lihat teman-teman kantor kamu. Kamu enggak mengundang teman-teman kantor kamu? Apa bos kamu juga enggak datang hari ini?"
Naya, pengantin wanita yang baru saja menikah di hari itu tampak masih mengenakan gaunnya di malam hari. Para tamu masih berdatangan, dan yang datang di malam hari adalah teman-teman suaminya. Yang membuatnya harus tetap menggunakan gaun resepsinya.
"Mereka datang, kok. Tadi siang, mereka semua datang. Bos enggak datang hari ini, karena katanya lagi sibuk," jawabnya kepada sosok ibunya yang masih memperhatikan riasan putrinya itu.
Naya menghela nafasnya berat, dia terlihat waswas selama di sana. Seolah dirinya merasa tengah diawasi. Dia tampak tegang dan sama sekali tak menikmati acara yang berlangsung hingga malam.
Sosok suaminya mendekatinya, tersenyum manis memperhatikan pengantin wanitanya yang mulai menguap karena kantuk. Bahkan dia terkekeh meledeknya karena mengantuk.
"Ngantuk, ya?" tanya Ghiyas, sosok suaminya yang kini menatapnya dengan tatapan teduh.
Naya mengangguk dan tersenyum malu. Keduanya tampak serasi menjadi pusat pesta itu. Ibunya Naya tersenyum manis menggoda Naya yang tampak masih malu-malu pada suaminya itu.
***
Malam itu, malam pertama bagi pengantin baru. Di mana keduanya akan saling mendekatkan diri dan mengenal satu sama lain lebih intim. Di sebuah kamar hotel dengan semerbak harum dan dihias seindah mungkin untuk menciptakan nuansa romantis dengan warna merah dan putih.
Naya menatapi kasurnya yang ditaburi kelopak bunga, dibentuk love di sana. Naya mendecak kecil seraya memegangi keningnya. Padahal, dirinya ingin bisa langsung tidur saja malam itu.
"Nay?" Ghiyas melepaskan dasinya dan memperhatikan Naya dengan senyum semringahnya.
"Hm?" Naya langsung menoleh, dengan raut wajahnya yang terkesan malas dan tak bergairah.
"Kenapa? Pusing? Kok, lemes banget?" tanya Ghiyas agak khawatir karena Naya tampak tak senang, padahal ini hari pernikahannya dan ini malam yang seharusnya menjadi momen terbaik di hidupnya.
"Enggak," jawab Naya seraya menggelengkan kepalanya pelan.
"Bersih-bersih dulu sana! Sebelum tidur, bersihkan dulu make-up, mandi dulu biar enggak terasa lengket!" ujar Ghiyas seraya memegangi bahunya Naya.
"Iya. Naya duluan ya, Mas?" Naya menganggukkan kepalanya dan meminta izin menggunakan kamar mandi lebih dulu dari suaminya itu.
"Iya." Ghiyas menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, mengalah untuk Naya.
Setelah Naya keluar dari kamar mandi dan menggunakan sebuah piama berwarna merah, Naya duduk di sisi kasur dan menyingkirkan kelopak bunga yang mengganggunya sedari tadi. Hiasan handuk dengan bentuk angsa juga membuat Naya mendecak. Dia tampak tak senang.
Untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa tak senang, Naya membuka handphonenya. Dan itu membuatnya bertemu dengan masalah baru di malam pernikahannya. Puluhan chat masuk sedari tadi, yang membuatnya segera menghubungi seseorang sambil bangkit dari duduknya.
"Halo? Kenapa? Ada apa? Sistemnya eror?"
Naya bergegas membuka tasnya, yang mana berisikan laptop. Sudah dia duga, jika dirinya pasti akan selalu membutuhkan laptop. Apa lagi, jika dirinya harus bekerja dadakan lagi seperti ini.
Gadis itu mengambil tempat di sebuah meja dan membuka laptopnya. Tangannya dengan cekatan mengutak-atik laptop dan juga handphonenya. Sesekali dia melihat laptop, dan sesekali handphone.
Ghiyas yang barus keluar dari kamar mandi memperhatikan Naya yang tampak serius di depan laptopnya. Ghiyas agak kaget karena Naya membawa laptop kerjanya. Dia mengenali barang itu.
"Nay? Enggak tidur? Bukannya tadi udah ngantuk?" tanya Ghiyas seraya menghampiri Naya.
"Enggak. Ada masalah di kantor. Mas bisa tidur duluan, Naya harus selesaikan ini sekarang."
"Bukannya kamu dalam masa cuti nikah?" Ghiyas menatapi Naya dengan penuh keheranan.
Naya melirik ke arah Ghiyas sesaat. Dia kemudian tampak membeku untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan Ghiyas itu. Memang, seharusnya sekarang dirinya dan Ghiyas bersenang-senang sebagai pengantin baru. Dan dirinya tak seharusnya bekerja di depan laptopnya.
"Ini masalah darurat. Kasihan team Naya, kalau enggak ada Naya. Secara, Naya bagian kepala team."
"Tapi dalam masa cuti nikah kamu? Kamu kemarin bahkan masih kerja, padahal hari ini hari pernikahan kita, Nay. Dan malam ini kamu malah bekerja lagi?" Ghiyas mengernyitkan dahinya.
"Kan, Naya udah bilang, Mas. Ini darurat, ini di luar kendali." Naya berusaha menjelaskannya.
"Tiga hari aja, Naya. Tiga hari kerja. Sebelum hari H, hari H, setelah hari H. Di tiga hari ini, kamu enggak bekerja sama sekali meski itu hari kerja, apa sulit? Ini pernikahan, Naya. Hal sakral yang harusnya jadi momen mengesankan dalam hidup kamu. Dan kamu masih menyempatkan waktu buat bekerja?" Ghiyas mendecak kecewa.
Naya balik mendecak. Naya lantas melepaskan kancing piamanya, yang membuat Ghiyas mengernyitkan dahinya melihat aksi Naya itu. Ghiyas memperhatikannya dengan bingung.
"Kamu ngapain?"
Naya berjalan ke kasur dan langsung berbaring terlentang. Seolah menyuguhkan seonggok daging di depan harimau. Dia menyajikan dirinya sendiri sebagai santapan bagi Ghiyas.
"Lakukan! Mas mau ini? Lakukan dengan cepat, habis ini Naya harus urus masalah kantor."
Ucapan Naya terdengar menantang. Itu membuat Ghiyas mengernyitkan dahinya. Bukan ini yang dia harapkan dari Naya. Reaksi Naya yang dia harapkan adalah kata maaf dan kemudian menjelaskannya dengan keadaan dilema, kemudian mereka mencari solusi bersama dengan romantis.
"Kamu pikir pria akan berselera?" balas Ghiyas dengan perasaan sebal balik.
"Enggak mau? Ya udah." Gadis itu langsung bangkut lagi dan menutup kancing piamanya.
Naya kembali lagi ke depan laptop dan kemudian melanjutkan tugasnya dengan serius. Sementara Ghiyas menolak pinggangnya seraya mendengus. Pria itu menatapi Naya dengan perasaan heran.
Yang dia kenal, Naya itu pendiam dan pemalu. Juga, dia terbilang ramah. Tapi malam ini, Naya terlihat ketus dan cuek. Apa mungkin karena sedang lelah dan kemudian ada masalah di kantor yang membuatnya gak bisa tidur setelah acara besar. Ghiyas bisa memakluminya jika memang demikian.
"Jangan tidur terlalu larut. Jangan terlalu memaksakan diri juga. Tidur kalau udah selesai!"
Ghiyas bicara dengan dingin, lantaran suasana hatinya juga memburuk karena perangai buruk Naya.
Sementara Naya menoleh ke arah Ghiyas, semula keningnya mengerut, namun kerutannya memudar. Naya memperhatikan Ghiyas yang berjalan ke kasur dan langsung membaringkan dirinya.
"Mas Agi!" panggil Naya sambil memperhatikan suaminya tersebut.
Ghiyas tak menyahut, namun dia menatap ke arah Naya sebagai responsnya. Dan Naya kemudian mendekatinya, dengan ragu-ragu dan perasaan yang tak menentu.
"Katanya ada-"
Naya kemudian mengecup pipinya Ghiyas.
"Maaf, soal tadi. Naya capek soalnya," ucapnya dengan pelan.
Ghiyas tentunya termangu atas tindakan istrinya yang cekatan itu. Kelihatannya Naya sangat peka terhadap dirinya. Ghiyas kemudian tersenyum dan menggelengkan kecil sebagai tanda dirinya tak keberatan soal yang tadi.
Setelah memutuskan hubungan dengan keluarganya yang terjerat kasus korupsi, Magnus bekerja pada keluarga Montgomery, sebuah perusahaan lokomotif terbesar di dunia. Dan dia harus menikah dengan Cressa, putri bungsu Montgomery yang pemarah. Bersama, Magnus dan Cressa punya tujuan masing-masing dalam pernikahan itu. Namun, perlahan-lahan Cressa mengungkap jati diri Magnus yang sebenarnya. Magnus bukan anak koruptor semata, lalu siapa sebenarnya dia?
Damian menculik Selena dan menjadikannya tahanan. Dengan tujuan agar Axel selaku mantan pacar Selena mau mengembalikan apa yang telah dicuri darinya. Apakah Axel bersedia melakukan pertukaran antara Selena dan barang curian itu? Atau justru membiarkan Selena disekap oleh sosok yang mengerikan seperti Damian?
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Riani sangat menyayangi pacarnya. Meskipun pacarnya telah tidak bekerja selama beberapa tahun, dia tidak ragu-ragu untuk mendukungnya secara finansial. Dia bahkan memanjakannya, agar dia tidak merasa tertekan. Namun, apa yang pacarnya lakukan untuk membalas cintanya? Dia berselingkuh dengan sahabatnya! Karena patah hati, Riani memutuskan untuk putus dan menikah dengan seorang pria yang belum pernah dia temui. Rizky, suaminya, adalah seorang pria tradisional. Dia berjanji bahwa dia akan bertanggung jawab atas semua tagihan rumah tangga dan Riani tidak perlu khawatir tentang apa pun. Pada awalnya, Riani mengira suaminya hanya membual dan hidupnya akan seperti di neraka. Namun, dia menemukan bahwa Rizky adalah suami yang baik, pengertian, dan bahkan sedikit lengket. Dia membantunya tidak hanya dalam pekerjaan rumah tangga, tetapi juga dalam kariernya. Tidak lama kemudian, mereka mulai saling mendukung satu sama lain sebagai pasangan yang sedang jatuh cinta. Rizky mengatakan dia hanyalah seorang pria biasa, tetapi setiap kali Riani berada dalam masalah, dia selalu tahu bagaimana menyelesaikan masalahnya dengan sempurna. Oleh karena itu, Riani telah beberapa kali bertanya pada Rizky bagaimana dia bisa memiliki begitu banyak pengetahuan tentang berbagai bidang, tetapi Rizky selalu menghindar untuk menjawabnya. Dalam waktu singkat, Riani mencapai puncak kariernya dengan bantuannya. Hidup mereka berjalan dengan lancar hingga suatu hari Riani membaca sebuah majalah bisnis global. Pria di sampulnya sangat mirip dengan suaminya! Apa-apaan ini! Apakah mereka kembar? Atau apakah suaminya menyembunyikan sebuah rahasia besar darinya selama ini?