/0/2234/coverbig.jpg?v=f8c202752ac64cc56a54dc716c5fe6e8)
Juragan Dirja ditemukan tak bernyawa di sawah miliknya sendiri, berita itu tersebar dan tidak lama kemudian, Parmin ditetapkan sebagai tersangka. Nengsih tidak bisa membiarkan ayahnya dituduh seperti itu, ditengah kebingungannya seorang anak Juragan Dirja memberinya kesempatan untuk membebaskan Parmin dari penjara, asal mau menikah dengannya. Nengsih menerima pinangan itu bukan hanya untuk membebaskan ayahnya, tetapi juga demi menguak rahasia terdalam kematian Juragan Dirja yang misterius. Bisakah, Nengsih menemukan petunjuk penting di rumah mertuanya?
"Tolooong ...." Terdengar suara seseorang dari kejauhan.
Langkah Parmin berhenti seketika saat mendengar suara tersebut. Kepalanya menengok ke kanan dan kiri, mencari siapa yang meminta tolong. Bulu kuduknya langsung merinding.
Parmim semakin gencar menengok ke kanan dan kiri, tetapi tidak juga menemukan apa pun. Akhirnya dia kembali meneruskan berjalan. Senter yang kadang hidup dan mati, ditepuk-tepuk agar menyala. Sarungnya yang sedikit melorot ke pinggang, kembali dia lingkarkan ke leher. Malam ronda kali ini terasa lebih dingin dari biasanya, membuat tubuhnya merinding.
"Parmin, tolong ...." Suara seseorang terdengar lirih menghentikan langkahnya.
Suara tak bertuan itu kembali menginterupsi kegiatan ronda malam Parmin. Kali ini namanya disebut, membuat dia merinding. Taku-takut yang melakukannya bukanlah makhluk kasatmata. Melainkan sosok setan yang sering diceritakan orang-orang di pos ronda jika mendapat gangguan dari makhluk gaib. Parmin takut jika semua itu terjadi kepadanya di saat bertugas sendirian seperti ini.
"Si--siapa?!" tanyanya, setengah membentak. Parmin berusaha untuk tidak berlari walaupun ingin melesat secepat kilat dari tempat ini.
"Di sini Parmin, lihat ke bawah ...."
Mendengar interuksi itu, perlahan-lahan dia mengarahkan senter ke bawah. Namun, jalan setapak becek yang dipijak tak menampakkan apa pun selain genangan air keruh dan tanah yang liat.
Dipindahkan lagi cahaya senter ke samping kanan tubuhnya. Tubuh Parmin langsung menegang karena melihat seseorang terbaring bersimbah darah dengan pisau masih menancap di perutnya. Darah itu bahkan terlihat tidak lagi merah pekat, tetapi kehitaman. Keterkejutannya tidak hanya dikarenakan keadaan itu saja, tetapi orang yang sedang sekarat ternyata bukanlah warga desa biasa. Dia adalah ....
"Juragan Dirja?!" Parmin memekik kencang. Dia tampak terkejut dan sedih sekaligus. Mendapati seorang yang begitu berpengaruh dengan keadaan mengenaskan seperti itu membuat tubuh Parmin bergetar ketakutan.
Lelaki itu langsung mengarahkan cahaya ke seluruh tubuh pemilik sawah tempatnya mengais rejeki. Senter di genggaman langsung jatuh menggelinding. Parmin kebingungan dan panik. Semua isi pikirannya terasa buyar. Pandangannya juga kosong, tak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan dalam keadaan genting seperti ini.
Erangan kesakitan terus terdengar dari Juragan Dirja. Parmin akhirnya buka suara.
"Ju--Juragan ... saya harus minta bantuan ke warga lain. Saya mohon Juragan tahan sebentar. Tunggu saya!"
Saat hendak beranjak dari tempat itu, tangannya ditepis halus oleh Juragan. Parmin kaget dan kembali mendekat ke tubuh boss-nya.
"Tidak ada waktu ... ca--cabut pisau di perut saya. Tolong Parmin, saya sudah gak kuat lagi!" Juragan Dirja berkata dengan napas terengah-engah. Tubuhnya yang ditancapkan benda tajam itu mengeluarkan darah terus menerus.
"Ta--tapi saya gak bisa Juragan! Saya takut, lebih baik kita ke dokter. Ayo Juragan biar saya gendong saja."
Parmin mengambil ancang-ancang untuk menggendong. Namun, tangannya malah dipegang Juragan Dirja dan di arahkan ke perut, lalu ke atas pisau yang masih menancap.
"Jangan Juragan!" Parmin berusaha keras menolak dan ingin menjauhkan tangannya, tetapi semua terlambat. Juragan menahannya dengan seluruh sisa tenaga yang dia miliki.
"Harus, Parmin! Kamu sudah banyak hutang budi sama saya. Sekarang Bantu saya mencabut pisau ini!" maki Juragan Dirja sambil menatap tajam Parmin.
Setelah dirinya dibentak, Parmin akhirnya menarik pisau dengan sekali hentak. Erangan kesakitan lolos dari mulut Juragan Dirja.
Tangannya masih memegang pisau. Darah ikut keluar menyembur ke telapak tangan dan sarungnya. Tanpa Sadar Parmin mundur dan membuang pisau dari genggaman. Tubuhnya langsung gemetar.
"Cepat bawa aku ke dokter, Bodoh!" Juragan Dirja berkata dengan emosi.
Juragan Dirja kesal, dia berteriak-teriak dengan suara yang hampir habis. Parmin masih menegang, tetapi bukan karena keadaan Juragan saja, melainkan ... sosok wanita berkebaya putih yang berdiri di tengah jalan dengan ujung jari-jari kakinya saja. Makhluk itu memandang ke arah mereka dengan tetas air liur yang banyak.
"Parmin, a--ayo cepat! Wanita itu datang lagi, selamatkan saya!" Rupanya Juragan Dirja juga melihat sosok yang sama, kemudian berkata dengan ekspresi wajah sangat ketakutan. Air mukanya pucat dengan getaran di bibir.
Wanita yang mengenakan kebaya itu perlahan mendekati mereka. Suara bergemeletuk seperti tulang patah, mengiringi langkahnya. Parmin benar-benar dibuat tak berdaya, seperti kehilangan akal. Bukannya berlari, dia malah mengambil senter dan mencoba melihat lebih jelas sosok aneh itu. Demi melihat lebih jelas apakah sosok itu nyata atau hanya halusinasi dan setan saja.
Akan tetapi, ketika di arahkan ke objek yang ingin dilihat, sinar senter langsung meredup. Parmin menepuk-nepuknya dengan cepat sampai terdengar suara. Senter itu kembali menyala dan ....
"Aaargh!" teriak Parmin nyaring.
Bersamaan dengan sinar yang kembali terang, tepat di depan senter, wajah penuh lubang, darah dan belatung muncul di depan Parmin. Pemandangan mengerikan itu membuatnya terjungkal ke belakang.
Kepala pria kurus itu menghantam sesuatu yang keras, membuat kepalanya sakit dan pusing secara bersamaan. Semua pandangan terasa berputar. Parmin berkedip beberapa kali, berusaha mengenyahkan penampakan yang masih setia berdiri di dekatnya. Semakin lama sosok itu terlihat lebih jelas. Dia menyeringai dan menaiki tubuh Parmin dengan mudahnya.
Tak ada keluar suara apa pun. Keheningan semakin mencekam dengan kengerian ini. Parmin masih menahan nyeri di perutnya, kuku-kuku tajam kaki wanita berkebaya lusuh itu terasa menancap, seperti merobek kulitnya.
"Jangan campuri urusanku, budak tak berguna!" bentak wanita di atasnya kemudian dia menyeringai.
"A--ampun ... lepaskan saya." Parmin memohon dengan suara lirih.
"Hihihi ... enak saja!" Wanita itu terus tertawa dengan nada yang membuat bulu kuduk berdiri.
Dengan perlahan, kuku yang menancap bergerak-gerak di atas perut. Rasanya seperti tersayat-sayat. Kemudian wanita itu berpindah ke atas dada Parmin dan menekannya kuat-kuat, mengalirkan rasa sesak yang tak bisa lagi ditahan.
Parmin hampir tidak bisa untuk mempertahankan kesadarannya sendiri. Setelah napas terasa di ujung tenggorokan, tekanan pada dadanya tiba-tiba berkurang. Dia merasa aman sebentar, tetapi itu tak bertahan lama.Saat dia melirik ke samping kanan tempat Juragan Dirja, pemandangan mengerikan mulai menyapa kedua manik matanya.
Wanita menyeramkan itu tampak sedang merobek perut terluka Juragan dan menjilati organ dalamnya dengan lidahnya yang panjang. Melihat itu, Parmin dikuasai rasa takut yang luar biasa, dia merasa akan diperlakukan seperti itu juga bila masih diam di tempat. Dengan tertatih, pria kurus itu mencoba bangkit dan kabur dari sini. Perlahan tapi pasti, akhirnya bisa berdiri.
Langkahnya pelan, kecipak lidah yang menjilat organ dalam boss-nya masih terngiang di telinga. Parmin menangis, dia takut, panik, syok dan merasa terancam. Selangkah demi selangkah Parmin menjauh, dia bisa melihat kumpulan orang yang sedang duduk-duduk di pos ronda.
"Tolong ...!" teriaknya. Namun, tak ada satu orang pun yang mendengar suaranya.
"To ...." Parmin tak melanjutkan teriakannya, bersamaan rasa pusing yang menyerang kepalanya dan membuat semuanya terasa buram. Pria paruh baya itu terjatuh dan tak sadarkan diri.
Megan dipaksa menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan seorang pria yang tanpa uang. Mengingat bahwa suaminya hanyalah seorang pria miskin, dia pikir dia harus menjalani sisa hidupnya dengan rendah hati. Dia tidak tahu bahwa suaminya, Zayden Wilgunadi, sebenarnya adalah taipan bisnis yang paling berkuasa dan misterius di kota. Begitu dia mendengar desas-desus tentang hal ini, Meagan berlari ke apartemen sewaannya dan melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya. "Mereka semua bilang kamu adalah Tuan Fabrizio yang berkuasa. Apakah itu benar?" Sang pria membelai rambutnya dengan lembut. "Orang-orang hanya berbicara omong kosong. Pria itu hanya memiliki penampilan yang mirip denganku." Megan menggerutu, "Tapi pria itu brengsek! Dia bahkan memanggilku istrinya! Sayang, kamu harus memberinya pelajaran!" Keesokan harinya, Tuan Fabrizio muncul di perusahaannya dengan memar-memar di wajahnya. Semua orang tercengang. Apa yang telah terjadi pada CEO mereka? Sang CEO tersenyum. "Istriku yang memerintahkannya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhinya."
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"