dari awal sampai di saat makhluk itu menggoreskan ujung kaki tajam ke perutnya. Namun, s
i itu? Biar Nengsih buka dulu, ya." Neng
k antara kematian Juragan, makhluk seram itu, dan nasib dia serta keluarga setelah kejadian ini. Pastil
erapa derap kaki mendekat. Tampaklah tiga orang be
lekat Parmin. Dia mendekat dan merai
b, Parmin!" bentak pria
ba menepis tangan algojo i
?" Nengsih mengejar ketiga orang itu y
rja kehilangan nyawa!" kata
ia ketakutan dan tak bisa percaya, Pa
u dan Anak itu didorong. Mereka terjatuh, lalu bangun lagi. Keduanya berusaha melepas kait
salah satu pria yang mempun
k bersalah!" Nengsih terus mengekor mereka dan berusah
ga Juragan. Mereka sendiri yan
r tubuh Parmin ke dalam mobil dan
a kebingungan yang luar biasa. Akhirnya, dia memutuskan membimbing ibunya masuk. Setelah melihat Mirah sedi
sarung, tapi kenapa sekarang menghilan
tak menemukan apa yang dicari. Jejak kaki itu lenyap seketika. Nengsi
alikan keranjang baju kotor, melihat satu per satu ka
dia menemukan satu-satunya bukti untuk melawan
anya mengalir, merasa putus asa. Gadis ayu itu berpikir kalau para algojo
oma anyir menyeruak begitu tajam, menusuk hidungnya. Nengsih mengendus-endus seisi kamar untuk
enyulitkan untuk mengetahui apa yang ada di dalamnya. Mata besarnya menelisik, menyipit untuk mendapat se
nyentuh benda yang kasar dan menggeliat. Nengsih berpikir itu adalah ular. Bergegas dia ingin men
ik menarik terjadi. Nengsih berteriak meminta pertolongan ibunya. Terg
sih?" tanya M
ik badan Nengsih, Bu," kata Nengsih, dia meringis menahan perih saat
dan menariknya sekuat yang dia mampu. Namun, tenaganya
gang tubuh anaknya, lalu mena
amun, keduanya langsung berteriak karena terkej
ongan tangan tak utuh dengan kuku yang hitam panjang
Dia membanting-banting potongan tubuh
gannya berlumuran darah. Mirah menatap nanar potongan tubuh menyeramkan itu. Dia tak tahan lagi, lal
ntuk melihat lebih jelas. Saat kepalanya sudah beberapa jengkal dengan potongan tangan yang
enyadarkannya untuk segera melakukan pertolongan pertama. Diraihnya tangan Nengsih dan
bu takut sekali," ucap Mirah, lirih. Air matanya menetes
g Mirah dan saat ibunya ingin menggunakan kain itu unt
menyambar sarung itu d
ita cari." Nengsi
tu tak menghilang seperti kelihatannya. Nengsih berpikir, kalau tangan tak bertuan tadi ada
ati dulu luk
penting sekarang adalah membebaskan Bap
, ik
dan melilitkannya di pergelangan tangan. Ringisan kelua
luarga Juragan Dirja. Ibu pasti akan sakit hat
sam