"Ijinkan aku menikah lagi, Ren?" Dengan berkaca-kaca, Dani memamdang Reni. "Apa kamu yakin sanggup, Mas? Membimbing satu istri saja kamu nggak bisa, apalagi dua?" Tidak! Reni tidak mau dimadu. Tanpa sadar Reni mengelus perutnya. Berharap anak dalam kandungannya tidak mendengar keinginan gila ayahnya. "InsyaAllah sanggup, Yank." Reni tersenyum kecut. Sholat aja tidak pernah sanggup dari mana? "Kamu gila, Mas!" Jengah dengan kegilaan Dani, Reni segera beranjak dari duduknya dan berlalu dari hadapan Dani. "Ren! Ren!" Dani segera menyusul Reni yang berjalan ke arah kamar. "Ren!" Dani menarik tangan Reni, namun segera ditepis oleh wanita itu. "Lepaskan, Mas!" Hatinya hancur, benar-benar hancur. Dia pikir suaminya telah kembali seperti dulu, namun ternyata dia salah. Malah sebuah permintaan gila yang dimintanya pada Reni. Tak menyerah, Dani terus mengekor Reni hingga ke kamar. Seketika Reni muak hanya dengan melihat wajah Dani. "Ren, dengarkan Mas dulu ...." Kali ini Dani telah berlutut di hadapan Reni. Wanita itu duduk di tepi ranjang dengan mata yang mulai sembab.
[ Selamat pagi, Mas.] Sebuah pop up muncul di layar Dani. Iseng-iseng Reni membuka gawai milik suaminya itu.
'Deg!' Entah kenapa dia merasakan sesuatu yang berbeda. Dengan tangan gemetar Reni berusaha membukanya.
Muncul beberapa pesan lagi setelahnya yang bisa membuat Reni benar-benar sesak nafas.
'Apa sebenarnya yang menjadi bahan omongan?' Hatinya terus menduga-duga, dia berusaha berpikir positif, tapi kata-kata di pesan itu terus mendorongnya berpikir negatif.
[ Aku ingin Mas menjadi ayah dari Fandi. Kita akan bersama-sama membesarkan anak-anak kita.] Begitulah isi pesan itu. Diliriknya Dani yang masih terlelap dalam tidurnya.
Matahari sudah mulai terbit tapi suaminya itu bukan tipe orang yang biasa bangun pagi. Bahkan untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim saja, Reni jarang melihatnya.
'Apa setega itu Mas Dani sama aku?'. Sudut matanya mulai memanas. Dipandanginya wajah polos suaminya yang selama ini selalu manis padanya.
Memang benar, di usia pernikahan mereka yang menginjak angka tujuh tahun, pasangan itu belum juga dikaruniai momongan.
'Tapi, bukankah pernah ke dokter dan setelah tes lab, sperma Mas Dani yang bermasalah?' Sudah tak sanggup menahannya, air mata itu akhirnya luruh juga.
Dalam diam Reni menangis sesenggukan seorang diri. Dani, suaminya tak akan bangun. Dia hanya bisa bangun jika tubuhnya diguncang dengan sangat kencang.
'Apa yang harus aku lakukan?' Ingin rasanya saat ini juga dia menanyakannya pada suaminya. Tapi yang ada pasti bukan jawaban yang dia inginkan, melainkan sebuah kebohongan. Reni sangat hafal dengan sifat suaminya satu itu.
Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu akhirnya mengusap pipi dan sudut matanya. Dia tak boleh gegabah. Biarlah saat ini dia pura-pura tidak tahu, tapi dia harus mengumpulkan bukti untuk membalas keduanya.
***
Dani sudah sampai di pabrik tempatbya bekerja. Hari-harinya bekerja kini tidak akan membosankan lagi. Sejak Tari, janda anak satu, kini bekerja satu bagian dengannya.
"Mas," sapa Tari pada Dani ketika keduanya bertemu di halaman depan pabrik. Dani sumringah melihat kekasih hatinya itu.
Tari memiliki perawakan yang cukup berisi, beda dengan Reni, istrinya. Reni memiliki tubuh yang bisa dibilang kurus. Meski secara kecantikan sama saja. Tapi sekali-sekali Dani juga ingin merasakan yang berisi. Dasar laki-laki.
"Eh, sudah dari tadi, Yank. Tentu saja mereka saling memanggil dengan sebutan 'yank' jika sedang berdua saja. Teman-teman kerja Dani sudah tahu jika dia sudah punya istri. Jika mereka berjalan bersama pasti ngiranya cuma teman kerja yang sedang berbincang.
Tari merupakan karyawan baru di pabrik tempat Dani bekerja. Entah kenapa sangat mudah bagi Dani untuk merayu Tari.
Dani berpikir, dia bisa mencoba berhubungan dengan Tari untuk mengetahui apakah dirinya bisa punya anak atau tidak. Sudah jahat memang niat awalnya.
"Barusan aja. Kok pesanku nggak dibales, sih?" tanya Tari dengan nada manja.
'Pesan?' Dani mengernyitkan dahinya. Sedari pagi dia cek handphonenya tapi tidak ada pesan apapun dari kekasihnya itu.
'Apa Reni yang baca? Terus dihapus? Tapi kok nggak ngomong apa-apa? Gawat kalau Reni sampai curiga.' Segala pemikiran berputar di kepalanya. Bagiamanapun Dani masih mencintai Reni. Istrinya itu satu-satunya yang tetap bertahan dengannya.
Dari dia cuma pengangguran, sedang istrinya yang kerja. Punya usaha juga tidak berjalan mulus, istrinya tetap setia menyokongnya. Hingga kini dirinya punya pekerjaan tetap di pabrik. Semua tidak lepas dari bantuan istrinya yang menggunakan koneksi keluarganya.
Kini Reni memang tidak lagi bekerja karena ingin sekali memiliki momongan. Siapa tahu kalau tidak kecapekan karena bekerja, Reni bakal cepat hamil. Meski sudah 2 tahun sejak memutuskan resign, belum ada tanda-tanda rahim istrinya itu terisi benihnya.
"Mas ... Mas ...." Tari tampak menggoyang-goyangkan lengan Dani ketika melihat kekasihnya itu hanya melamun.
"Ha!" Dani segera sadar jika ada Tari di sampingnya. Tidak mungkin dia bilang kalau Reni yang membuka pesannya.
"Oh ... Mas lupa, Yank. Kesiangan tadi bangunnya. Nggak sempat bales pesanmu." Mereka berdua memang sepakat saling mengirim pesan lewat SMS saja, bukan lewat WA.
"Oh, kirain kenapa? Sudah sarapan, Yank?" Tari memang sangat perhatian, sehingga membuat Dani ingin sedikit bermain-main dengannya.
Salahkah perasaannya saat ini yang mencintai dua wanita di waktu yang bersamaan? Tapi, bukankah cinta tak pernah salah?
"Belum. Aku sengaja mau sarapan sama kamu." Lelaki itu menowel hidung kekasihnya yang membuat mereka terbahak bersama.
"Yaudah. Kita ke kantin aja dulu. Keburu bel masuk." Tari tersenyum ke arah Dani. Jika orang yang belum tahu pasti ngiranya, mereka ini adalah sepasang kekasih, meski nyatanya memang gitu.
Tapi, jika ditanya oleh teman kerjanya, Dani selalu beralasan jika memang mereka cuma teman yang kebetulan nyambung jika ngobrol.
[Nanti sore jadi 'kan, Mas?] Tari mengirimkan sebuah pesan pada Dani.
Mereka berdua kini sedang makan di kantin.
Tidak berdampingan dan agak jauh, agar orang lain tidak terlalu curiga.
[Aku antar istri dulu ke rumah orang tuanya. Biasanya dia akan lama di sana. Biar kita bisa bebas mainnya]. Dani tersenyum penuh arti pada wanita yang duduk di depannya itu, meski terhalang beberapa meja. Tari pun balas tersenyum. Birahi keduanya sudah di ubun-ubun.
[Baiklah, Mas Dani sayang. Aku udah nggak sabar nunggu. Aku pastikan aku bisa hamil dengam segera.] Sebulan mengenal Tari, Dani memang sering bercerita tentang rumah tangganya. Yang sudah menikah tujuh tahun tapi belum dikaruniai anak. Dan juga tentang tabiat istrinya yang sedikit keras kepala.
Seperti gayung bersambut, setiap keluahan Dani menimbulkan perasaan tersendiri di hati Tari. Dirinya yang sudah dua tahun ini hidup menjanda, menjadikannya haus akan belaian laki-laki.
Kata-kata manis Dani mampu membuat Tari bertekuk lutut. Dia pun yakin mampu memberikan putra untuk kekasihnya itu, karena dia sendiri sudah pernah melahirkan. Tak ada yang salah dengan rahimnya.
Bukannya tak ada pria lajang lain, tapi mungkin setan sudah menguasai keduanya, hingga rela menabrak norma dan aturan yang ada.
Agama yang dianut, hanya menjadi sebuah status di kartu pengenal.
[Kamu nggak papa jadi istri kedua, Tari?] Dani memang tidak menjanjikan akan menceraikan istrinya, karena bagaimanapun kebersamaan selama tujuh tahun tidak bisa dia hilangkan begitu saja. Sekeras apapun istrinya, dia masih sangat mencintainya.
[Aku nggak masalah, Mas. Yang penting aku bisa memilikimu.] Entah cinta apa yang dirasakan Tari pada suami orang itu, yang pasti cinta terlarang mereka akan menimbulkan mala petaka bagi keduanya.
Setelah pesan terakhir itu, keduanya saling tersenyum. Seolah ini adalah jatuh cinta yang pertama bagi mereka. Tak peduli dengan status ataupun perasaan orang lain. Yang pasti hanya nafsu yang akan mereka turuti untuk saat ini.
WARNING!!!! AREA DEWASA (21+) BOCIL DILARANG MENDEKAT “Sena ... nikah, yuk.” Dahi Sena mengernyit kala mendengar ajakan nikah dari tetangga rumahnya. Dia yang masih berusia dua puluh diajak nikah oleh lelaki yang hampir kepala empat? “No way!” balas Sena sembari membalik tubuhnya dan mengibaskan rambutnya di hadapan lelaki itu. Dia segera masuk ke dalam rumah miliknya dan menutup pintu dengan sangat keras. Lelaki itu pun hanya terkikik saat melihat kekesalan Sena. Sangat menyenangkan ternyata membuat gadis itu kesal. “Sena ... Sena ... kamu kok ngegemesin banget, sih.” Setelahnya om-om itu segera masuk ke dalam rumahnya yang bersebelahan dengan milik Sena. “Dasar duda mesum. Masak ngajak nikah anak kuliah, sih? Nggak sadar umur apa, ya? Bener-bener kelakuan masih kayak ABG puber aja,” gerutu Sena saat memasuki rumahnya. Namanya Sena Aurellia Subrata, umurnya masih dua puluh tahun dan dia juga masih kuliah semester empat di salah satu universitas negeri di Jakarta. Dia tinggal sendiri di rumah itu, rumah milik bibinya yang nganggur karena sang bibi dan keluarga memilih tinggal di luar negeri, mengikuti sang suami yang ditugaskan ke Thailand. “Apa dia pikir, gadis perawan kayak gue gini, mau apa sama duda tua kayak dia? Jangan harap!” Sena mengambil buku yang ada di atas nakas, dia segera menggunakan buku itu sebagai pengganti kipas karena kebetulan kipas di rumah itu sedang rusak. Sena tinggal di sebuah perumahan kecil tipe 36 yang tiap rumah saling berdempetan. Dan sialnya, tetangga samping rumah itu adalah seorang duda mesum berusia 37 tahun. Meski wajahnya sangat menipu, karena dia terlihat sepuluh tahun lebih muda. Sena dan Tristan lebih mirip seperti kucing dan tikus jika bertemu. Bagaimana satu malam bisa merubah keduanya?
"Mas ... menikahlah lagi." Bagai di sambar petir, apa yang dikatakan Azzura malam itu terdengar seperti sebuah lelucon untuknya. Setelah percintaan panas keduanya, bahkan rasa lelah dan peluh yang bercampur belum hilang sepenuhnya. Azzura mengucapkan kalimat yang tak pernah Brian duga sebelumnya. Atau mungkin Brian sama sekali tidak pernah memikirkannya. "Apa maksud kamu, Zura?" Brian lelaki normal yang mungkin akan menjadi serakah akan cinta, tetapi tidak sekali pun dia memiliki pikiran seperti itu. Sebanyak apa pun hartanya, setampan apa pun dirinya, dia tak berniat melihat ke arah wanita lain. Untuk apa mendua, jika apa yang dia mau telah dia dapatkan dari Azzura. "Aku ingin Mas menikah lagi." Melihat wajah Azzura kali ini, dia sedang tidak bercanda. Brian sangat tahu jika saat ini istrinya itu tengah serius. Bahkan mungkin tak pernah seserius ini. "Iya. Tapi, untuk alasan apa, Zura?" Brian merasa geram. Bahkan lelaki itu sampai mengepalkan tangannya. Apalagi melihat Zura yang nampak begitu santai saat mengucapkannya. "Tidak ada alasan apa pun. Aku hanya ingin Mas menikah lagi." "Apa kamu sudah bosan padaku dan tak mencintaiku lagi, Zura?" Baru kali ini dia merasa tidak percaya diri di hadapan istrinya. Brian meringsut sedikit menjauhkan tubuhnya dari Azzura. Merasa suaminya sedikit menghindar, Zura mengeratkan pelukannya. Dia membenamkan wajahnya di dada Brian. "Mana mungkin aku bisa bosan padamu, Mas. Dan jangan kamu ragukan rasa cintaku padamu. Aku begitu mencintaimu, hingga rasanya aku tak mampu jauh darimu."
Axel Biantara Wijaya, pria tampan yang sukses menduduki posisi sebagai CEO PT. Wijaya Karya Reality. Salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang property yang memfokuskan bisnisnya di pengembangan property dan reality termasuk layanan konsultasi dan kontruksi. Axel digadang-gadang sebagai pria tertampan di Indonesia yang memiliki tubuh atletis serta wajah blasteran idola kaum hawa. Axel sangat terkenal, melebihi aktor papan atas sekalipun. Setiap hari selalu ada saja berita ekslusif terkait dirinya. Bukan hanya terkenal karena kesuksesannya di bidang bisnis tetapi dia juga dengan skandal-skandal dengan berbagai artis dan model baik di Indonesia maupun luar negeri. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Aulia Putri. Wanita cantik pintar dan mandiri. Aulia berasal dari keluarga yang sederhana sehingga dia sudah biasa hidup mandiri. Dari kuliah sampai kerja dia sudah mampu membiayai hidupnya sendiri, dengan upaya yang sangat luar biasa. Setelah bertemu Aulia ada hal yang terasa berubah di hidup Axe. Apakah itu cinta? Apakah Axel bisa berubah?l
Tania kembali ke Indonesia setelah 10 tahun Ia menetap di Malaysia. Tujuannya hanya satu yaitu ingin mencari cinta pertamanya yang ia temukan 10 tahun yang lalu. Laki-laki itu bernama Rian. Namun saat ia sampai di Indonesia, Ia mendapati kenyataan jika Rian yang selama ini ia cari tak mengenalnya sama sekali. Bahkan Tania sudah menunjukkan salah satu benda yang dulu Rian buatkan untuknya namun tetap Rian Tak mengenal benda tersebut. Sampai Tania bertemu dengan om dari Rian bernama Bian. Siapa sangka pertemuan Tania dengan Bian, membuka sebuah luka yang pernah membuat hidup Bian berantakan. Dan siapa yang menyangka juga ternyata Rian yang Tania cari, ternyata Bian yang berpura-pura menjadi Rian.
Dimasa lalu dia tidak jadi menikah dengan kekasihnya karena jebakan seorang perempuan yang adalah teman baiknya hingga dia harus terjebak pernikahan yang tidak dia inginkan, dimasa kini siapa sangka dia bertemu dengan gadis yang mirip dengan mantan kekasihnya, tanpa sengaja terlibat skandal one night stand dan tanpa di duga rupanya itu adalah putri mantan kekasihnya. bagaimana kelanjutan hubungan mereka? apakah restu akan mereka kantongi untuk menuju ke jenjang yang lebih serius?
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?