/0/2174/coverbig.jpg?v=03cb2586ac75169c3b022ade953d9999)
Pertemuan kembali Raja dan Cahaya setelah tiga tahun perpisahan mereka, perpisahan yang membuat luka di hati keduanya. Kisah cinta yang tertunda, akankah sekarang berakhir bahagia?
Tiga tahun lalu, Everland Korea.
Raja melangkah meninggalkan Cahaya yang kembali menolaknya, menolak uluran cinta yang ditawarkannya. Entah apa yang salah dengannya hingga Cahaya seakan enggan terikat padanya. Dia sangat mencintai gadis itu, mencintai dengan setulusnya. Namun dia harus berlapang dada menerima penolakan untuk kedua kalinya.
Cahaya terdiam sendiri, tempat di mana dia berada sekarang adalah salah satu tempat hiburan terbaik di Korea, namun keramaian dan keindahan tempat itu tak dapat membuatnya merasakan bahagia.
Lagi, dia bersikap angkuh menolak Raja. Merasa jumawa dengan rasa cinta lelaki itu, dengan mudah berkata tidak, padahal hatinya juga mendamba.
Munafikkah dia? Tidak. Semua dilakukan untuk kebaikan lelaki itu, lelaki dengan sejuta pesona itu pantas mendapat yang terbaik, dan itu bukan dirinya.
Sudah cukup dia melukai perasaan Raja beberapa bulan yang lalu, dan mungkin juga barusan atas penolakannya. Tapi ke depannya, lelaki itu akan tertawa bahagia dengan melupakan semua tentangnya. Bukankah waktu akan menyembuhkan luka?
Lukanya ... juga luka hati Raja. Semua akan baik-baik saja walau sekarang terasa menyiksa.
"Ya, naik kora-kora yuk? Tuh, Andri sama Adrian udah naik." Alya sang sahabat menghampiri, memilih kursi kosong di sebelahnya untuk dia duduki.
Cahaya tersenyum mencoba menutupi luka hati, luka yang sengaja dia toreh sendiri, luka yang dibuat berdenyut nyeri saat menolak tawaran sang pangeran hati.
"Males, Al. Kenapa nggak naik aja bareng mereka tadi?" kata Cahaya mencoba bersikap biasa.
"Tadinya mau bareng, cuma nggak enak aja kalau hanya bareng mereka. A Raja mana? Tadi aku lihat dia bareng kamu?" Alya menoleh mencari keberadaan Raja, lelaki itu tadi terlihat bersama dengan Cahaya.
"Pergi, nemuin Norri mungkin," kata Cahaya mencoba abai, padahal hatinya berteriak lantang.
Ya, alasan lain menolak Raja adalah melihat kedekatan Raja dengan manajer pemasaran dari Malaysia itu. Selain cantik dan tentunya pintar, Norri begitu terlihat menunjukkan ketertarikan pada Raja, Cahaya yang telah mengecewakan Raja, ingin memberi kesempatan pada Raja untuk membuka hati, bukan hanya terpaku padanya yang sudah terlalu sering menyakiti.
Bodohkah dia?
Tidak. Dan biarlah. Cahaya hanya ingin Raja mendapatkan yang terbaik, dan sepadan dengannya. Bukan seperti dirinya yang hanya seorang anak petani.
"Norri? Manager dari Malaysia itu?"
Cahaya mengangguk, "Kamu cemburu, Ya?"
Cahaya menatap Alya tajam, menolak mengakui apa yang dikatakan.
"Tidak!"
"Bohong!"
"Terserah!"
Alya menghembuskan napas kesal, merasa heran dengan pemikiran Cahaya, kenapa gadis itu tidak pernah mau mengakui perasaannya sendiri?
"Kamu akan menyesal, Ya."
"Kenapa? Aku hanya ingin yang terbaik untuk a Raja."
Mata Alya memicing, menatap penuh selidik pada Cahaya, yang tanpa sengaja membuka kata tanpa perlu ditanya.
"Jangan bilang kamu menolak a Raja lagi, Ya?" tanya Alya tepat sasaran.
"Ya, dan itu yang terbaik untuk a Raja."
"Konyol! Bagaimana bisa kamu bilang itu yang terbaik, Ya? Kalau bahagianya dia itu kamu! Kamu Cahaya Kamila! Bodoh!" Alya tak dapat menutupi kekesalannya pada Cahaya, dan dia semakin kesal saat dengan enteng Cahaya mengendikkan bahunya menanggapi perkataan Alya.
"Kamu akan menyesal, Ya!"
'Ya, dan aku menyesal sudah sejak lama, dan aku akan terus seperti ini, Al.'
Kata-kata Cahaya tidak akan didengar Alya, karena dia hanya berbicara pada dirinya sendiri.
"Kamu memang sudah terobsesi pada oppa, Ya. Kamu menutup mata dan hati pada cinta yang a Raja tawarkan."
"Tidak, karena aku pun akan mengakhiri semuanya dengan oppa, aku akan fokus pada tujuan awalku datang ke negeri ini, aku hanya akan berpikir tentang masa depan."
"A Raja juga masa Depan kamu, Aya! Dia mencintai kamu!"
"Kamu tidak akan mengerti apa yang ada di kepalaku, Al."
"Tentu saja aku tak mengerti, dan tak ingin mengerti! Sudahlah, aku malas berbicara padamu."
Alya bangkit dan berjalan menjauhi Cahaya, menghampiri Adrian dan Andri yang baru turun dari wahana kora-kora.
Cahaya menghembuskan napas kasar, biarlah semua orang menganggapnya keras kepala, dia akan tetap dalam pemikirannya sendiri.
Cahaya mengangkat wajahnya saat seseorang datang, dari aroma minyak wangi yang menguar, dia sudah bisa menebak siapa yang ada di depannya.
Kim tersenyum, lelaki keturunan Korea itu lalu duduk di samping Cahaya. Dia sangat rindu lada gadis yang beberapa hari lalu kembali mendapatkan kemarahan tak jelas darinya.
Bodoh memang, cemburu membuatnya bersikap kekanakan.
"Honey!" panggil Kim, dengan panggilan yang pernah membuat Cahaya merasa tersanjung, tidak seperti sekarang hatinya terasa hambar, "Masih marah? Aku minta maaf, aku menyesal!"
Cahaya memalingkan muka, untuk kesekian kali lelaki itu meminta maaf atas sikap possesif-nya. Dan Kali ini, Cahaya tidak ingin memberikan maaf itu kembali. Dia menyerah untuk bertahan di sisi Kim.
"Aku lelah, Oppa!" kata Cahaya ambigu, membuat Kim mengernyit tak mengerti.
"Lelah? Kalau begitu istirahatlah."
"No, bukan itu. Aku lelah dengan semua, dengan hubungan kita--"
"Honey?" Kim merasakan sesuatu menusuk dalam hatinya, apa Cahaya akan memutuskannya?
"Iya, aku lelah. Kita akhiri saja semua. All finish!"
Deg!
Ada yang menghentak keras dadanya, sakit. Terasa sesak.
Cahaya memutuskannya, setelah beberapa saat lalu dia tersenyum penuh kemenangan atas pengakuan Raja, yang mengatakan kalau dia kembali ditolak oleh Cahaya.
Namun apa sekarang? Nasibnya pun tak jauh beda, Cahaya memutuskannya! Mengakhiri jalinan rasa yang baru sebentar mereka bina. Dia juga kalah ternyata.
Tidak! Belum, dia belum kalah. Dia akan melakukan apa saja untuk menahan Cahaya di sisinya.
Apapun.
"Kenapa ... kenapa kamu ingin mengakhiri hubungan kita, Honey? Aku sangat mencintaimu, apa kamu meragukan itu?" Kim menggenggam tangan Cahaya.
Yang membuat seseorang yang memperhatikan mereka berdua, salah sangka atas pemandangan yang dilihatnya. Menyangka kalau keduanya tengah saling mengungkapkan rasa cinta, hingga dia berharap bahagia selalu ada pada gadisnya.
"Tapi cintamu membuatku tersiksa, Oppa! Aku tersiksa!" air mata Cahaya tak dapat ditahan, meluruh jatuh menuruni pipi.
Kim tersentak, semenyakitkan itukah mencintainya?
Dia hanya ingin melindungi miliknya, Cahaya-nya. Semua sikap possesif yang ditunjukkan Kim hanya sebagai ungkapan cinta yang tak terbatas pada Cahaya.
"Aku minta maaf kalau semua yang aku lakukan sudah menyakitimu, Honey. Tapi tolong, beri aku kesempatan. Aku tidak ingin kita putus, aku sangat mencintaimu!" Kim mengusap pipi Cahaya, hatinya sakit dengan semua kenyataan yang ada.
"Maaf, Oppa. Berikan aku waktu untuk menguji kembali hatiku. Aku butuh waktu."
"Ok, baik. Kamu butuh waktu? Aku berikan, sebanyak yang kamu butuhkan. Tapi tolong, jangan putuskan aku. Kumohon?!" Kim menghiba penuh pengharapan. Bagaimana dia tidak sanggup kehilangan Cahaya.
Lagi pula bagaimana tanggapan Raja, kalau tau dia juga diputuskan oleh Cahaya? Tentunya itu akan melukai harga dirinya.
Cahaya menatap Kim sendu, karena lelaki ini dulu dia mengkhianati Raja, karena cinta ... atau mungkin obsesinya dia memilih Kim dadi pada Raja. Dan sekarang lelaki itu memohon padanya, pantaskah dia memberikan kesempatan lagi pada Kim?
"Aku butuh sendiri, Oppa."
"Tentu, ambil waktu sebanyak yang kau mau, aku akan menunggu kamu kembali. Aku mencintaimu, Honey! Sangat mencintaimu," ujar Kim penuh keyakinan, berharap sang pujaan sudi menerima kesalahan yang terus dia lakukan berulang.
"Aku pergi dulu."
Cahaya melepaskan genggam tangan Kim, beranjak pergi dari sana, sekedar melepas sesak di dada, dengan menikmati tempat wisata yang kini dia datangi.
Kim mengepalkan tangannya kuat, menyesali sikapnya yang tak berubah sama sekali. Kim sadar Cahaya sudah sering memberinya kesempatan, namun selalu saja dia melakukan kesalahan.
Kali ini Kim bertekad, tidak akan membuat Cahaya menyesal telah memberinya kesempatan.
"Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi seperti yang kamu mau, Honey. Aku tak bisa kehilanganmu. Tidak pernah bisa!" senandika Kim dengan terus memperhatikan Cahaya yang kini bergabung dengan ketiga temannya.
Cinta, apa benar serumit itu?
Menikah untuk sebagian orang adalah suatu kebahagian namun, berbeda dengan Ayudia. Gadis cantik itu, dipaksa untuk menikahi kakak iparnya sendiri. Pernikahan yang terjadi nyatanya, membuat hidup Ayudia menderita. Aidan memperlakukan Ayudia bukan seperti seorang suami kepada istrinya. Pria itu dengan sangat tega menyiksa istri barunya begitu kejam. Aidan melakukan hal itu karena ingin membalas dendam, akibat kepergian sang istri pertama yang tak lain adalah kakak Ayudia. Pernikahan yang terjadi seperti neraka bagi Ayudia, dirinya dipaksa untuk melakukan apapun oleh Aidan. Bahkan perbuatan yang dilakukan oleh Aidan, menimbulkan sebuah trauma mendalam pada Ayudia. Mampukah Ayudia bertahan dengan pernikahan ini? Ada kebahagiaan yang datang pada hubungan mereka?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Warning konten pemersatu bangsa area 21+ pilihlah bacaan dengan bijak, tanggung jawab ada pada diri masing2. Penulis hanya berusaha menyajikan bacaan yang ringan dan menghibur. 🙏🏻 Hai saya Aldi 35 tahun yang saat ini bekerja sebagai arsitek dan design consultant. Sebagai persiapan masa pensiun, saya membangun sebuah bangunan kos yang juga sekaligus rumah saya di sebuah lokasi yang sangat bagus. Berisi 30 kamar yang dikhususkan untuk wanita kini semua kamar tersebut sudah penuh oleh penyewa. Saya berhubungan baik dengan semua gadis-gadis penghuni kos, bahkan sangat baik sehingga saya seringkali dengan ikhlas membantu masalah terbesar mereka. Seperti kata petuah jika kau memberi dengan ikhlas maka niscaya kau akan menerima balasannya 10 kali lipat bahkan berlipat-lipat. Mungkin itu yang saya rasakan sejak mereka semua mulai memperhatikan dan memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari. Termasuk kebutuhan yang tidak bisa saya penuhi sendiri, yaitu kebutuhan di atas ranjang. Ini perjalanan saya, Aldi Reynaldi.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Demi bisnis yang menguntungkan dirinya sendiri Rian tega menjual kekaksihnya pada seorang tuan muda yang bernama Albert. Albert menjadikan Renata yang merupakan seorang mahasiswa pertanian sebagai budak ranjangnya setiap hari, jika Albert marah Renata harus melayani Albert yang menyakitinya. namun seiring berjalannya waktu Albert memiliki rasa pada Renata dan menjadikannya pendamping hidup meski Albert harus menentang orang tuannya dan memutuskan pertunangannya dengan seorang wanita pilihan orang tuanya.