Peristiwa – peristiwa masa lalu membuatku terpuruk dan begitu depresi. Aku sadar ternyata selama masa remaja sampai dewasaku penuh dengan problema kehidupan, seperti halnya cinta, aku mengenal cinta berkali-kali dari lelaki yang berbeda-beda pula, selama aku menjalin hubungan dengan berbagai latar belakang. Membuatku sadar tak berarti kita harus mengenal cinta baru kita bisa mendapatkan kebahagiaan. Pada akhirnya cintaku harus selalu berakhir hanya dengan masalah sepele. Tanpa terasa air mata ini jatuh membasahi kedua pipiku. Menahan tangisan yang tak dapat aku bendung.. gundah gulana menepis isak tangisku yg semakin menjadi-jadi.. Ya Allah, aku ingin bercerita padamu... Mungkin akulah orang yang paling sedih di dunia ini. Ya Allah, aku ingin Bahagia bersama dengan orang yang aku cintai... Tapi, kenapa aku selalu seperti ini... Ya Allah, Jangan pisahkan Kami... Kami punya segudang harapan untuk masa depan bersama. Kami udah punya segudang janji untuk hidup bersama. Namun pengkhiatan terjadi di antara kami, dia memilih wanita lain dan menikah dengannya. Padahal kami tetap masih menjadi pasangan. Rahasianya terbongkar dengan mata ku melihatnya sendiri. Bersama bertahun-tahun, tapi dia menyimpan rahasia kalau punya istri selama 2 tahun terakhir selama kami masih bersama. Masih bersamaku selama dia sudah beristri dan berpura-pura tak ada yang terjadi di dalam hidupnya. Dia sudah berjanji untuk menikah denganku. Syukur aku selamat dari poligami, dan lebih bersyukur Tuhan membuka mataku di awal kalau Dia menunjukkan bukan terbaik untukku. Sepandai-pandainya kamu menyimpan kebohongan itu, suatu saat pasti akan ketahuan juga! Novel ini diangkat dari kisah nyata, ceritanya terinspirasi dari pengalaman diri sendiri. Novel ini tak lepas dari berbagai bantuan orang-orang tertentu yang memberikan kritik dan saran hingga dapat menyelesaikannya hingga kini.
**Pagi itu aku dapat telpon dari satu salah satu teman lamaku, sudah lama juga aku gak ketemu dia sekitar setahunan.
"Assalamu Alaikum, Dinda apa kabar?"
"Waalaikum Salam, dengan sapa nih?"
"Ah, masa kamu udah lupa sama teman kamu.... Aku Ruli?"
"Oh ya, kok kamu tau nomor aku...??"
"Iya, aku dapat dari mama kamu, beberapa hari yang lalu aku dari sana, kangen sama anak-anak sih hehehe.... Kebetulan aku ke rumah kamu juga. Dapat salam dari mama kamu yah...."
"Oh, iya makasih yah?"
Kami memutuskan untuk menutup telpon setelah kami bertemu kembali meski hanya lewat udara.
Namaku Dinda, salah satu nama panggilan dari salah satu mantan aku dulu, hingga akhirnya aku memutuskan untuk tetap memakai nama itu. Entah apa alasanku memberi nama itu. Waktu itu aku seorang Mahasiswi baru, baru aja semester pertama di salah satu kampus swasta di kota ini, meskipun kampus aku berstatus Perguruan Tinggi tapi merupakan Kampus Pertama dan Terkemuka di salah satu bagian Timur Indonesia. Alumni Mahasiswanya pun udah ribuan, meskipun biayannya mahal tapi tetap aja banyak di minati oleh para muda dan orang tua yang menginginkan anaknya menggeluti perkembangan dunia teknologi dan sebagai jaminan buat masa depan, soalnya sekarang dari masa ke masa teknologi akan terus berkembang, jadi kita harus selalu meng-upgrade perkembangannya.
Aku hanya seorang gadis yang mungkin udah cukup mandiri, selalu jauh dari orang tua sejak masuk SMP dan aku berada di kota besar saat masuk SMU. Ku akui klo aku hanyalah seorang gadis lugu yang datang dari desa terpencil dan berasal dari keluarga yang cukup sederhana. Tujuanku ke kota untuk mencari jati diri sejauh mana aku mampu bertahan dan sejauh apa yang bisa aku raih nantinya... Meski, sampai saat itu juga belum yakin kalau setelah lulus nanti dia akan berhasil atau tidak. Prinsipku adalah hidup yang ku jalani hanya mengikuti alur kehidupan, seperti aliran air yang terus mengalir menelusuri lembah-lembah curam. Suasana di kotapun begitu gemerlap menjadi momok mengerikkan terkadang bisa menjadikan diriku masuk ke dalam hitamnya pergaulan bebas. Tak sama dengan kehidupan di desa yang tenang, damai, orang-orangnya ramah, suasananya sejuk, pemandangan yang indah, dan jauh dari polusi yang membuat pemanasan global.
"Kamu itu seorang wanita pergi ke kota, harus tahan banting (mempertahankan kehormatan). Di sana banyak godaan yang bisa saja menjerumuskanmu, laki-laki itu, hanya ingin mencoba mendapatkan apa yang dia inginkan dari diri seorang wanita, setelah semuanya ia raih kemudian dia akan pergi meninggalkannya jauh-jauh.... Kamu boleh kenalan sama laki-laki manapun, yang penting sekedar kenalan saja, kamu jangan berbuat kasar sama mereka, nanti dia bisa sakit hati kemudian dia berbuat macam-macam sama kamu....Ingat itu!!" Nasehat kakek, sampai beribu-ribu kali kata-kata itu di lontarkan buat cucu kesayangannya ini.
Bagiku kuliah di salah satu kampus yang biayanya lumayan mahal. Yang sama sekali tidak sebanding dengan penghidupan orang tuaku di desa hidupnya pas-pasan. Pengharapan dari seorang kakek yang selalu memberiku semangat, tampak kecewa karena cucunya ini hanya kuliah di swasta bukan negeri yang selalu ia idam-idamkan sejak dulu. Kakek dan nenek, selalu berpikir kalau swasta itu tidaklah menjamin bisa mendapatkan pekerjaan. Yang dia inginkan hanyalah menjadi seorang pegawai negeri sipil. Dan mereka juga berpikir kalau sekolah itu semata-mata kelak untuk mendapatkan pekerjaan. Emang sih, sekolah formal itu tujuannya hanyalah untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang sama sekali tidak sebanding dengan peluang tenaga kerja dan lapangan kerja yang ada. Sementara setiap tahun ribuan lulusan sarjana hanya dari satu kampus aja, sedang lapangan pekerjaan yang menunggu berkisar 30 % lalu 70 % akan menjadi pengangguran.
Aku sangat takut mengecewakan kedua orang tua dan keluarga besar, jika kelak telah lulus dari pendidikan, kemudian tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Seperti yang kita tau bahwa begitu banyak pengangguran di mana-mana. Maka semua biaya yang telah dikeluarkan dengan susah payah hanya menjadi sia-sia aja.
Begitulah pemikiran orang-orang tua. Mereka berharap sekolah itu, setelah lulus, kelak anaknya bekerja di kantor lalu upahnya untuk menggantikan semua biaya pendidikan yang telah dikeluarkan untuk anaknya. Sebenarnya orang tua perlu tau bahwa gak semua rejeki orang itu sama, meski seseorang itu berasal dari keluarga bermartabat, berasal dari perguruan tinggi terkemuka dengan nilai yang baik dan didapat pula dengan susah payah. Tapi, setiap kali melamar suatu pekerjaan tidak semudah apa yang kita bayangkan. Tidak segampang menduduki suatu pekerjaan kalau hanya bermodalkan pendidikan formal saja tanpa adanya skill.
Yang paling aku takutkan adalah tak dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu, seperti janjiku pada orang tua dulu. Sulit kita meng-targetkan suatu pencapaian tujuan di saat sekarang ini, karena kejujuran itu sulit untuk di dapatkan.
Sama seperti perjalanan kisah cinta yang berliku-liku. Rasa sakit hati mungkin itu sudah biasa dirasakan, tapi kisahku selalu berakhir tanpa ada kepastian. Kenapa dan ada apa yang membuat semua cowok-cowok itu cepat tertarik sama diriku dan ketika hatiku udah mereka dapatin dengan mulusnya, cinta itu pula mudah untuk pergi dariku. Padahal kalau soal hati, aku cukup baik, sabar, pendiam, jujur, pengertian, pemurah begitu kata teman-temanku.
Jadi apa sih, yang membuat para cowok tak betah denganku, apa karena aku itu tipe cewek yang kurang pede, karena fisik yang kurang sempurna, kurang tajir, suka egois dan kurang peduli sama pasangannya? Begitulah yang sering ada di benakku yang kadang kala membuatku frustasi tentang cowok. Aku hanya gak seberuntung dengan cewek-cewek yang mudah mendapatkan apa yang mereka mau. Tapi, diriku tak seperti orang-orang kota yang hidup dengan kemewahan, yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, terutama mendapatkan cowok dengan mudah untuk dimanfaatin. Menjalin suatu hubungan itu harus dengan perasaan, bukan main-main dengan risiko. Mungkin sih, bagi orang-orang yang hanya dengan kepalsuan tak akan pernah memikirkan rasa sakit hati jika sudah terluka. Mereka kan cuman ingin mendapatkan kesenangan aja, setelah semuanya mereka dapatkan untuk apalagi dipertahankan, setelah itu mencari mangsa baru buat pelampiasan. Begitu pahit glamornya kehidupan di kota metropolitan. Kota yang penuh dengan kemacetan, anak jalanan, pengemis, hiburan malam, pergaulan bebas dan sebagainya.
Terkadang aku sering merasa ilfil dikala melihat dengan mata kepala dan mendengarnya sendiri, cewek-cewek yang ada di sekitar lingkunganku mendapatkan uang dengan cara termudah, bahkan teman-temanku berkencan dengan om-om penjajah seks, diantar pulang dengan mobil mewah. Keadaan yang membuat mereka terpaksa melakukannya, karena beban hidup yang terus dijalani, sedang orang tua di kampung selalu mengeluh tiap kali dimintai uang. Mereka pikir uang yang di pake itu cuman sekedar buat biaya kuliah semata dan orang tua yang sibuk dengan dunia kerja hingga tak punya waktu sedikitpun untuk memperdulikan anak-anaknya. Anak-anak mereka menjadi kurang perhatian dan kasih sayang, hingga mereka melampiaskan dunianya ke dalam pergaulan bebas yang bisa membuat mereka lebih bahagia tanpa kepedulian orang tuanya.
Sulit sih, untuk menyalahkan mereka sepenuhnya, karena semua itu bukan kemauan tapi keadaan hidup yang mempersulit mereka. Tapi, apakah dia mampu untuk bertahan dari keadaan sulit yang sering menghimpitnya, ketika pergaulan mulai mengalahkan egonya. Uang menghalalkan segala cara demi hidup, tapi beribu-ribu kali aku memikirkan tak akan pernah melakukan cara hina seperti itu. Dan sesekali aku ingin melakukan hal itu ketika aku dalam keadaan down dan udah berada di ujung tanduk, ketika himpitan ekonomi yang menjerat ketika keuangan mulai menipis. Biaya SPP, biaya makan, rumah sewa, belanja bulanan, sampai biaya buku-buku dan fotocopy, dan lainnya.
Betapa sulitnya menghemat uang yang hanya sedikit sedangkan kebutuhan terus meningkat. Mau gak mau, aku pun terus berhemat, seperti ocehan orang tua tiap kali memberikan uang atau saat nelpon. Segala aktivitas butuh tenaga ektra namun makan pun tak cukup dan tak mampu menahan rasa lapar. Aku pun berhemat makan pun sering aku lakuin, terkadang 3 hari aku gak pernah menyentuh sepiring nasi, bahkan melihatnya aku pun terkadang jadi mual. Itulah efeknya ketika rasa lapar udah berlebihan. Ketika rasa lapar menderah, hanya makanan ringan yang bisa menerobos masuk ke perut. Tiap kali hanya mie instan, atau sepotong roti atau segelas susu, aku udah bisa berangkat ke kampus atau di waktu malam menjelang tidur. Tak ada waktu pun buat masak, sedangkan bahan untuk masak sulit ada di depan mata. Sungguh perjuangan hidup yang penuh perhitungan. Kita tetap harus menjalani hidup, namun tak ada sesuatu yang membuat kita bertahan untuk terus hidup.
"Aku yakin semua keterbatasan manusia itu semua akan ada jalannya, dan takkan ada seseorang yang dibebani melebihi batas kemampuannya, ketika kita kesulitan dan menghadapi masalah maka itu adalah sebuah ujian sampai sejauh mana kita bisa mempertahankannya, gak dibilang munafik sih, ketika kita dihadapkan dengan dua pilihan, cinta dan uang. Dua-duanya, kita pasti membutuhkannya, bukan?" Begitulah yang ada di benakku setiap kali menghadapi masalah.
Tapi dengan persoalan cinta yang membuat hatiku teriris-iris, namun selalu tegar dihadapan semua orang, padahal aku begitu terluka. Sepertinya aku bisa menjadi orang yang sangat tegar ketika dihadapkan dengan permasalahan hidup lainnya. Itulah cinta dan perasaan jika sudah tak berpihak, maka bersiaplah, selamanya hati akan terluka. Menurutku, cinta itu cuman sekali, maka cinta selalu berlandaskan kepercayaan, terkadang aku sangat yakin kalau cinta yang tulus untukku akan menjadi satu-satunya cinta sejati yang selalu kuharapkan. Dan ketika aku udah percaya dengan satu cowok, tapi sepertinya tak ada yang benar-benar bisa meyakinkan diriku. So setiap kali, menjalin cinta dengan cowok selalu saja ada kendalanya. Entah itu alasan yang hanya direkayasa karena kebosanan yang membuat seseorang itu mencari masalah dengan tujuan menghindar dari dirinya. Jadi apakah itu sebuah takdir atau kebetulan semata. Masa sih, kejadian yang sama seperti itu harus terulang beberapa kali.
"Aku gak tau, apa sih salahku sama mereka, begitu mudahnya mereka mempermainkan perasaanku. Janji-janji, dan gombalnya selaut dan selangit. Aku sangat bosan dengan janji-janji itu. Kalau memang aku kurang sempurna, yah, jelas aku akuin itu, tapi bukankah selama ini, semua pengalaman yang membuat mereka sakit hati, terus kenapa mereka sendiri yang justru melakukannya atau memang aku hanyalah sebagai tempat pelampiasan sakit hati dia dari mantan-mantannya itu, dan tidak salah mereka juga berbalas untuk membuat hati para wanita bisa merasakan sakitnya jika di khianati. Tapi, kenapa aku yang selalu menjadi sasaran balas dendamnya itu....??" Ocehnya dalam hati.
Sinopsis Di tengah kampung Serigi, terdapat 2 buah sumber mata air yang begitu deras. Hingga dinamakan mata air kembar, tapi masih menggunakan bambu sederhana yang mengalir dari dalam tanah, entah dari mana datangnya. Sehingga sangat membantu warganya untuk keperluan hidup sehari-hari. Meski kemarau panjang takkan pernah mengering. Tapi di balik itu, tersimpan misteri mistis yang sering meneror siapapun yang sengaja atau tak sengaja melakukan sesuatu yang di larang di tempat sumber mata air kembar itu. Banyak pantangan yang harus dipatuhi jika memasuki wilayah kampung Serigi. Penghuni tempat keramat itu, mata air kembar akan mendatangi rumah kalian yang ia tak menyukai. Selain itu, sederetan kejadian aneh, mistis yang dialami warga setempat atau orang lain yang memasuki wilayah kampung Serigi akan menyimpan banyak cerita... Dan apa saja kejadian mistis itu? Bagaimana dengan suasana mata air kembar itu hingga sekarang?
Frans mahasiswa kedokteran berprestasi harus ikhlas meninggalkan bangku kuliahnya setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan lalulintas yang merenggut nyawa keduanya. Frans yang menjadi tukang punggung keluarga dengan memikul beban dua adik perempuannya Shireen dan Siska. Frans bekerja sebagai penyanyi di club' malam dan penyanyi di pesta pernikahan. Sampai akhirnya ia dilirik mamih Mega owner club' malam tempat ia bekerja untuk menjadi pria penjual Cinta. Dimulai kah petualangan Terong Jumbo Frans dari satu pelukan ke pelukan wanita lainnya. Sampai ia bertemu dengan Fira, gadis yang menyewanya untuk merenggut kesuciannya. Merekapun jatuh Cinta. Namun ditengah hubungan mereka Frans menikahi Anjani.
BRUUKKKKK!! Acre berbalik dengan tergesa kemudian menabrak seorang pria berseragam loreng yang sedang menerima telfon di depan toserba itu. Dan naas nya, ponsel merek Iphone 14 yang digenggam pria berseragam loreng itu pun terlempar ke tengah jalan raya kemudian terlindas oleh mobil picanto yang sedang melaju kencang malam itu. "Hp saya!!!" teriak pria berseragam loreng itu. "Arghh!! Picanto sialan!! Dan Kau!!" Pria itu menatap Acre dengan tatapan tajam. ''LAKUKAN APA YANG SAYA PERINTAHKANN!!!" Pria itu berkata dengan mata tajam dan menyala, membuat Acre ketakutan. ****** Amore Acresia, yang sering dipanggil Acre, awalnya menjalani studynya dengan beasiswa di Luar Negeri tepatnya di Los Angeles California barusaja dipulangkan ke Indonesia karena adanya wabah yang menyerang di seluruh belahan dunia yaitu Corona Vyrus. Amore kembali ke kota kelahirannya, Kudus dan terlibat inseden dengan seorang tentara yang sedang bertugas pam atau pengamanan Covid di kota kelahirannya tersebut. Acre harus bertanggungjawab atas insiden tersebut. Sang tentara kemudian sedikit menaruh perasaan pada Acre akibat insiden tersebut, tetapi sang tentara harus kembali ke Semarang karena Covid sudah mereda. Seperti apa kisah mereka selanjutnya? A. Tan mengungkapkan kisah Amore Acresia (Acre) dan Sang tentara bernama Alexander Yudha (Alex), yang terjadi dengan goresan yang memikat!
Jatuh dari keningratan, Zen Luo menjadi budak yang rendahan yang digunakan sebagai karung tinju untuk para mantan sepupunya. Secara tidak sengaja, dia menemukan cara untuk mengasah dirinya menjadi senjata dan sebuah legenda dimulai karena itu. Dengan keyakinan yang kuat untuk tidak pernah menyerah, dia berusaha untuk membalas dendam dan mengejar impian yang besar. Pendekar dari berbagai klan bersaing untuk kekuasaan dan dunia menjadi kacau. Mengandalkan tubuh yang sebanding dengan senjata ampuh, Zen mengalahkan banyak musuh dalam perjalanannya menuju keabadian. Akankah dia berhasil pada akhirnya?
Kiara tidak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi seorang istri dari Keith Wilson, gurunya sendiri di usianya yang masih 17 tahun. Ia dan Keith menikah bukan karena saling cinta, melainkan perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orangtua mereka. Meski Kiara menentang keras, tapi tidak dengan Keith yang justru menerimanya dengan ikhlas. Kiara tak sadar bahwa ada niat tersembunyi dari perjodohan yang terkesan mendadak dan terburu-buru itu. Belum lagi, Kiara sendiri dibuat tak percaya pada sikap Keith setelah menjadi suaminya yang bersikap sangat posesif serta mengekang ruang geraknya karena larangan-larangan aneh yang pria itu beri. Permasalahan perlahan kian datang mengguncang kehidupan baru Kiara, dimulai dari kekecewaan teman-temannya tentang berita pernikahannya yang ia sembunyikan, lalu hubungan Keith dengan wanita yang jelas mencintai suaminya itu, serta kenyataan dan fakta pahit tentang hidupnya juga masalalunya yang selama ini disembunyikan oleh kedua orangtuanya. Akankah Kiara berhasil melalui dan menyembuhkan luka hatinya itu? Memaafkan masalalu dan menerima Keith kembali yang jelas sudah menyakiti hatinya, yang sayangnya sudah terjatuh dalam pada suaminya tersebut?
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."