Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Membalas Para Pengkhianat
Membalas Para Pengkhianat

Membalas Para Pengkhianat

5.0
34 Bab
1.8K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Sinopsis Baru: Aira Maheswari adalah anak pengusaha sukses yang terkenal dengan keanggunan dan kebaikan hatinya. Ia jatuh cinta pada Andra, seorang manajer di perusahaan keluarganya yang penuh pesona namun rendah hati. Mereka menikah dengan penuh cinta, dan Aira memberikan segalanya untuk mendukung Andra, termasuk menyerahkan kendali perusahaan kepada suaminya demi membuktikan kepercayaannya. Namun, setelah Andra berhasil menjadi direktur utama, Aira mulai mencium aroma pengkhianatan. Ternyata, Andra menjalin hubungan terlarang dengan sekretaris pribadinya, Tiara. Parahnya, keluarga Andra-terutama ibu mertuanya-mendukung hubungan tersebut, berharap Andra akan meninggalkan Aira demi Tiara. Aira yang mengetahui semua penghianatan ini tidak tinggal diam. Ia bertekad untuk melawan balik, memperjuangkan harga dirinya, dan mengambil kembali kendali.

Bab 1 langit Jakarta cerah dengan sinar matahari

Hari itu, langit Jakarta cerah dengan sinar matahari yang seakan menyapa lembut. Aira Maheswari, seorang wanita berusia 28 tahun dengan paras cantik dan anggun, sedang duduk di ruang kerja pribadinya. Ia tengah menyusun laporan keuangan perusahaan ayahnya yang baru saja diserahkan kepadanya untuk sementara waktu.

"Aira, kamu yakin nggak keberatan mengelola ini sementara?" tanya Pak Mahendra, ayahnya, beberapa hari lalu.

"Papa, aku siap kok. Lagi pula ini juga untuk membantumu istirahat lebih banyak," jawab Aira dengan senyum lembut.

Sejak kecil, Aira memang dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab. Namun, kehidupannya berubah sejak ia menikah dengan Andra Pratama, seorang pria yang awalnya bekerja sebagai manajer di perusahaan keluarganya. Andra adalah pria sederhana, penuh ambisi, dan selalu menunjukkan rasa hormat yang tulus. Itulah yang membuat Aira jatuh cinta padanya.

Hari ini, Aira menunggu Andra di ruang kerja mereka yang berada di rumah besar mereka di kawasan elit. Pukul sudah menunjukkan jam tujuh malam, tapi Andra belum juga pulang. Pikirannya mulai dipenuhi kekhawatiran.

"Kenapa dia belum pulang juga? Bukankah hari ini jadwal rapat terakhir selesai jam empat?" gumamnya pelan sambil menatap layar ponselnya yang tetap sunyi.

Akhirnya, Aira memutuskan untuk menghubungi Andra. Suara operator menjawab monoton, "Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif."

Perasaan Aira berubah dari khawatir menjadi sedikit curiga. Namun, ia memilih untuk menenangkan hatinya. Ia percaya pada suaminya.

Sekitar jam sembilan malam, suara mesin mobil terdengar memasuki halaman rumah. Aira segera bangkit dan berjalan menuju pintu utama. Andra turun dari mobil dengan wajah yang tampak lelah.

"Kamu baru pulang, Mas? Aku tungguin dari tadi," tanya Aira dengan nada lembut, meski sedikit mengandung protes.

Andra tersenyum tipis sambil melepas jasnya. "Maaf, Sayang. Ada rapat dadakan sama klien penting. Aku lupa kasih tahu."

"Oh... Ya sudah, kalau begitu kamu mau makan dulu atau langsung mandi?"

"Nggak usah repot-repot, aku sudah makan di luar tadi. Aku langsung mandi aja."

Aira mengangguk dan tersenyum. Namun, di balik senyumnya itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Andra jarang lupa memberitahunya tentang perubahan jadwal, dan bau parfum di tubuh Andra malam itu berbeda.

---

Beberapa hari berlalu, Aira mulai menyadari perubahan kecil pada Andra. Ia sering pulang larut malam dengan alasan pekerjaan, dan ponselnya lebih sering tidak aktif atau berada di mode diam. Aira memilih untuk tidak buru-buru menuduh. Ia hanya ingin memastikan.

Pada suatu malam, Aira memutuskan untuk mengecek kantor Andra secara diam-diam. Ia meminta supirnya mengantarkan ke kantor pukul sembilan malam, saat Andra mengatakan akan lembur. Sampai di sana, ia menemukan sesuatu yang membuat hatinya nyaris berhenti berdetak.

Dari dalam ruang kerja Andra, Aira melihat melalui celah kaca buram. Andra sedang duduk di sofa bersama seorang wanita muda berpenampilan menarik. Wanita itu adalah Tiara, sekretaris Andra. Mereka tertawa kecil sambil berbicara akrab. Bahkan, Aira melihat Andra dengan santai menyentuh tangan Tiara.

Aira mundur dengan napas tersengal. Ia tidak ingin membuat keributan di sana. "Tidak, aku harus tahu lebih banyak," gumamnya.

---

Di rumah malam itu, Aira menatap langit-langit kamar sambil berbaring sendiri. Andra pulang lewat tengah malam, mengendap-endap masuk ke kamar.

"Kamu nggak tidur, Sayang?" tanya Andra ketika melihat Aira masih terjaga.

"Belum ngantuk. Kamu kenapa lama banget tadi?"

"Ah, masih banyak yang harus dibereskan. Namanya kerjaan, kan?" jawab Andra sambil memalingkan pandangan.

Aira ingin langsung bertanya tentang Tiara, tapi ia memilih menahan diri. Ia tahu, pertarungan ini baru dimulai, dan ia tidak ingin kalah sebelum semua fakta terungkap.

"Baiklah, Mas. Kalau begitu, kamu istirahat ya," kata Aira dengan nada datar, menyembunyikan perasaan campur aduk di hatinya.

Namun, di dalam hati, ia berjanji akan mencari tahu kebenarannya. Bagaimanapun juga, ia tidak akan membiarkan pengkhianatan menghancurkan dirinya begitu saja.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY