Arga memutuskan untuk pergi tepat setelah malam pengantin yang dingin dan bisu bersama Regina. Pernikahan yang terpaksa dilakukan mungkin akan menjadi beban bagi istrinya. Namun, tanpa Arga tahu ternyata Regina ...
Antara Harapan dan Kenyataan
Sudut-sudut jalan bisu, aku mengayuh sepeda lebih cepat untuk mendatangi rumah terakhir. Sore ini, mendung sudah menggantung, rumah lurah masih berada di ujung jalan.
Satu, dua rintik hujan sudah jatuh, untung sebelum lebat aku sudah tiba di tujuan. Dua botol susu terakhir kuletakan di teras rumah.
Selama bertahun-tahun, pekerjaanku tak pernah berubah. Pagi nguli, sore berkeliling mengantar pesanan susu segar yang kuambil dari peternak sapi yang ada di kampung sebelah.
Tak jarang pula, jika ada tetangga yang memintaku membantu memperbaiki genteng rumahnya, aku dengan senang hati menerima. Setiap tetes keringat yang mengalir, setiap lelah yang kurasa, semuanya kuterima tanpa keluhan. Sejak kecil aku sudah belajar satu hal, selama kerja keras itu menghasilkan uang, tidak ada pekerjaan yang terlalu rendah atau hina. Bagiku, yang penting perutku terisi dan aku bisa bertahan hingga esok hari.
Lalu, satu lagi. Pengagum rahasia Regina. Ini pekerjaan baru kulakoni sejak setahun lalu. Setelah celingak-celinguk beberapa waktu dan tak mendapati sosok yang kutunggu, kuputuskan untuk pulang.
"Mungkin Regina belum pulang," lirihku.
Sambil menerjang hujan, Aku mengingat pertama kali melihat Regina. Sama, sore hari seperti saat ini saat aku mengantar susu ke rumahnya. Ia berdiri di depan pintu, mengenakan seragam perawat yang bersih dan rapi. Rambutnya yang hitam lurus terurai lembut di pundaknya, dan senyumnya begitu manis saat ia menyapa salah seorang tetangga. Aku hanya bisa menunduk dan berlalu dengan cepat, takut jika dia menyadari tatapanku yang terlalu lama kala itu.
Sejak hari itu, aku seringkali berharap bisa lebih dekat dengannya. Namun, kenyataannya selalu menampar keras harapanku. Regina terlalu jauh dari jangkauanku. Dia bagaikan bintang yang bersinar di langit malam yang gelap, dan aku hanyalah seorang pejalan yang berjalan di bawahnya, hanya mampu mengagumi cahayanya dari kejauhan.
Aku selalu berpikir, "Bagaimana mungkin aku, lelaki yang hanya bisa makan dari hasil kerja serabutan, bisa memiliki tempat di hatinya?"
Setiap hari, aku melawan rasa minder yang terus menggerogoti pikiranku. Aku tahu aku tidak bisa menawarkan banyak hal. Rumahku saja bocor di sana-sini, penuh dengan barang-barang bekas yang kusebut "perabotan." Sementara Regina, pasti hidup dalam kenyamanan, dengan kehidupan yang tertata rapi. Aku selalu berpikir bahwa orang-orang sepertiku ini hanya ditakdirkan untuk melihat kebahagiaan dari jauh, tanpa pernah merasakannya secara langsung.
Namun, di balik semua itu, ada sisi kecil dalam hatiku yang terus berharap. Meskipun tipis, aku tetap menggenggam harapan bahwa suatu saat nanti takdir mungkin akan berbaik hati padaku. Bahwa mungkin, suatu hari nanti, aku bisa mendekati Regina dan menyampaikan perasaanku. Tetapi, setiap kali aku melihat bayangan diriku di cermin, aku segera sadar bahwa itu hanyalah angan-angan. Aku hanyalah seorang lelaki luntang-lantung yang bahkan tidak bisa menjamin masa depanku sendiri, apalagi masa depan orang lain.
Sore itu, setelah mengantarkan susu, aku duduk di depan rumah dengan tubuh yang masih basah, merenungi hidupku. Hembusan angin sore yang sejuk membelai wajahku, namun tidak bisa menenangkan hati yang sedang gelisah. Di kepalaku, bayangan Regina terus terlintas. Aku membayangkan bagaimana rasanya jika bisa berbicara dengannya, mengenalnya lebih jauh, dan mungkin, suatu hari, membuatnya tersenyum karena kehadiranku. Tapi kemudian, kenyataan selalu datang dan menghancurkan imajinasiku.
Di satu sisi, aku merasa bangga dengan diriku sendiri. Setidaknya aku tidak pernah menyerah. Setiap hari aku bangun pagi dan bekerja tanpa lelah, tanpa mengeluh. Aku tidak meminta-minta atau bergantung pada belas kasihan orang lain. Namun, di sisi lain, ada rasa tidak puas yang selalu menghantui. Setiap kali aku melihat Regina, aku merasa semua yang kulakukan tidak ada artinya. Seolah-olah segala usahaku hanyalah upaya sia-sia di hadapan perbedaan yang begitu mencolok antara kami.
Hari semakin gelap, dan aku masih duduk di sana, memandangi langit yang mulai dipenuhi bintang-bintang.
"Apakah aku akan selamanya seperti ini?" pertanyaan itu terus terngiang di benakku. Aku tidak tahu jawabannya. Yang kutahu hanyalah, aku tidak akan pernah berhenti bermimpi, meskipun mimpi itu terasa begitu jauh.
Sampai kapan pun, aku akan tetap berjalan di jalan hidup yang telah kutempuh selama ini. Walau kadang lelah, walau kadang merasa tak berdaya, aku akan tetap melangkah. Siapa tahu, di ujung perjalanan ini, ada cahaya yang menunggu. Siapa tahu, mungkin suatu hari takdir akan tersenyum kepadaku dan memberikan kesempatan untuk mendekati Regina. Meski hanya sedikit, harapan itu tetap ada. Dan selama harapan itu ada, aku akan terus berjuang. Sebab, bukankah hidup ini adalah tentang memperjuangkan apa yang kita yakini, meski seberapa kecil pun peluangnya?
Malam itu, ketika aku akhirnya memutuskan untuk masuk ke rumah, aku tersenyum kecil. Bukan senyum penuh kebahagiaan, tetapi senyum penuh keteguhan. Besok adalah hari baru, dan aku akan kembali menjalani hidupku. Siapa tahu, besok aku bisa melihat Regina lagi, meski hanya dari kejauhan. Biarpun kecil, harapan itu tetap menjadi alasan untukku melangkah ke depan.
Meski beberapa kali perasaan takut juga ikut menelusup saat satu pertanyaan melintas di benak.
"Apa aku bisa menghentikan perasaan ini jika nanti Regina menemukan jodohnya dan menikah dengan pria lain?"
Tanpa sadar, kepalan tanganku menghujam dada. Membayangkannya saja rasanya sesak tak terkira.
Saat semua orang sedang bersuka cita dan sibuk menyambut hari raya, aku membunuh Ibuku untuk kali pertama.
Menjadi cantik dan awet muda merupakan impian setiap wanita. Tapi, jika melewati jalan yang salah apa masih bisa di benarkan? Edi membuat istrinya terobsesi dengan kecantikan dan awet muda. Namun, Mayang sang istri tak tahu bahwa itu hanya taktik Edi agar ia Jadi Kuyang. ⚠️ Cerita ini Hanya Fisksi. Isi konten benar-benar hanya karangan penulis. Jangan lupa klik berlangganan sebelum membaca.
Bagaimana jika kamu berada di posisi Wulan? Seorang lelaki tak dikenal datang dan mengaku sebagai suami. Padahal Wulan yakin bahwa dirinya masih lajang. Lalu, bagaimana dengan Rayyan? Pemuda yang akan menikahinya tahun depan. Bunda, orang tua Wulan satu-satunya yang tersisa pun, bahkan membenarkan tentang Wisnu, suaminya. Kebenaran apa yang tidak diketahui Wulan? Apa Wulan harus menerima semua ini begitu saja? Tentu tidak. Wulan harus mencari tahu segalanya.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Kehidupan Leanna penuh dengan kesulitan sampai Paman Nate-nya, yang tidak memiliki hubungan kerabat dengannya, menawarinya sebuah tempat tinggal. Dia sangat jatuh cinta pada Nate, tetapi karena Nate akan menikah, pria itu dengan kejam mengirimnya ke luar negeri. Sebagai tanggapan, Leanna membenamkan dirinya dalam studi andrologi. Ketika dia kembali, dia terkenal karena karyanya dalam memecahkan masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan infertilitas. Suatu hari, Nate menjebaknya di kamar tidurnya. "Melihat berbagai pria setiap hari, ya? Bagaimana kalau kamu memeriksaku dan melihat apakah aku memiliki masalah?" Leanna tertawa licik dan dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya. "Itukah sebabnya kamu bertunangan tapi belum menikah? Mengalami masalah di kamar tidur?" "Ingin mencobanya sendiri?" "Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik bereksperimen denganmu."
Julita diadopsi ketika dia masih kecil -- mimpi yang menjadi kenyataan bagi anak yatim. Namun, hidupnya sama sekali tidak bahagia. Ibu angkatnya mengejek dan menindasnya sepanjang hidupnya. Julita mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua dari pelayan tua yang membesarkannya. Sayangnya, wanita tua itu jatuh sakit, dan Julita harus menikah dengan pria yang tidak berguna, menggantikan putri kandung orang tua angkatnya untuk memenuhi biaya pengobatan sang pelayan. Mungkinkah ini kisah Cinderella? Tapi pria itu jauh dari seorang pangeran, kecuali penampilannya yang tampan. Erwin adalah anak haram dari keluarga kaya yang menjalani kehidupan sembrono dan nyaris tidak memenuhi kebutuhan. Dia menikah untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya. Namun, pada malam pernikahannya, dia memiliki firasat bahwa istrinya berbeda dari apa yang dia dengar tentangnya. Takdir telah menyatukan kedua orang itu dengan rahasia yang dalam. Apakah Erwin benar-benar pria yang kita kira? Anehnya, dia memiliki kemiripan yang luar biasa dengan orang terkaya yang tak tertandingi di kota. Akankah dia mengetahui bahwa Julita menikahinya menggantikan saudara perempuannya? Akankah pernikahan mereka menjadi kisah romantis atau bencana? Baca terus untuk mengungkap perjalanan Julita dan Erwin.