/0/19550/coverbig.jpg?v=20240809011325)
Hanum, seorang istri yang selalu percaya Tuhan sudah menentukan dirinya untuk siapa, meski jalannya salah, pahit, sampai rusak sekali pun dia berjanji akan tetap menata masa depannya sebaik mungkin ... hingga ia menemukan penawarnya.
"Nak ... apakah kamu bersedia dan ikhlas?" tanya Kyai pada Hanum putri semata wayangnya.
Hanum mengangkat wajah sembari menelan salivanya kasar lalu air mata perlahan menetes membasahi pipinya. Ia tahu betul tidak bisa lagi menyangkal permintaan suaminya untuk tidak berpoligami.
Hatinya sama seperti wanita lain yang juga bisa hancur berkeping-keping jika diduakan apa lagi dimadu! Bahkan tinggal seatap oleh lelaki yang cintanya terbagi untuk wanita lain.
Itu teramat sakit! Sangat sakit ... tetapi, Hanum bisa apa? Alasan suaminya berpoligami sangatlah kuat ia ingin segera memiliki keturunan, sedangkan mereka sudah dua belas tahun lamanya belum juga diberi kesempatan memiliki keturunan yang lucu-lucu seperti impian suaminya.
"Abi, aku menikah dan bersama ustadz Riza sampai sekarang itu karena perjodohan dari abi. Hanum berikan hidup Hanum untuk mengejar Surga seperti yang selalu abi katakan ...," perkataan Hanum terjeda beberapa saat lalu melanjutkan perkataannya lagi. "Abi ... jika dulu Hanum ikhlas untuk menikah bersama lelaki pilihan abi karena mengejar surga! Sekarang ... Hanum ingin bertanya?!" ucapan Hanum terhenti karena tercekat sesakan tangis yang begitu menyesakkan dadanya.
Hanum menatap wajah abi lalu menoleh pada umi dan menyeka air matanya perlahan. "Abi ... umi ... Hanum ingin bertanya, apakah dengan menerima poligami dari mas Riza ... Hanum akan menerima surga yang Allah janjikan? Jika iya ... Hanum ikhlas."
Istri dari Kyai pun tersenyum. "Pasti, Nak ... pasti! Bahkan kamu nggak mengizinkan poligami pun, umi yakin ... surga akan selalu berpihak padamu. Masih banyak cara menunaikan Sunnah Baginda Rasul bukan? Jadi jika dirimu nggak mengizinkan pun nggak jadi masalah," jelas umi sembari menatap bola mata Hanum yang sejak tadi sudah berkaca-kaca mendengar penjelasannya.
Ustadz Riza sontak menoleh seperti menantang perkataan umi. "Tapi ... umi! Sudah dua belas tahun aku menunggu Hanum, tetapi sampai sekarang ... Hanum tidak juga memberiku anak! Aku ingin anak umi! Aku ingin berahli waris! Umur tidak ada yang tahu umi ... bagaimana pesantren? Jika aku tiada umi?" ucap Riza dengan intonasi yang tinggi dan cepat.
Hanum yang mendengar perkataan itu seketika air matanya mengalir deras, dia bagaikan wanita tidak berguna di mata suaminya sendiri. Seandainya Ustadz Riza tahu dia pun tersiksa oleh takdir Allah yang seperti menghukumnya di dunia fana ini.
Hanum menatap wajah tampan suaminya, dia sangat bersyukur abi menjodohkan dirinya dengan Ustadz yang begitu tampan dan sangat taat pada agama. Benih cinta itu selalu tumbuh di setiap harinya, bahkan sampai sekarang dirinya masih belum tahu sehancur apa dirinya nanti jika melihat suami yang sangat ia cinta itu dimiliki orang lain.
"Turunkan nada bicaramu Ustadz Riza, abi masih menghormatimu sebagai menantu jadi tolong hormati juga kami sebagai mertuamu! Istighfar Ustadz ... istighfar!" ujar Kyai seraya menggelengkan kepala.
Terlihat umi memegang dadanya sembari menggelengkan kepalanya juga. "Dia memang istrimu ... tapi jangan pernah lupa dia juga anakku! Kebahagiaannya adalah hal yang terpenting untuk umi sekarang!" jawab umi ketus dengan bola mata yang dilemparkan ke arah lain.
"Cukup umi ... cukup abi! Bismillah ... insha Allah Hanum bersedia," jawab Hanum tegas.
"Hanum ... jangan dipaksa, Nak ...." Umi langsung merangkul punggung Hanum menyeka noda air mata di pipinya. "Nak, jangan dipaksa. Hanum berhak bahagia, Hanum berhak menentang ...," ujar umi sembari memegang kedua pipinya.
Namun, wanita yang sekarang membuka cadar di hadapan mereka itu menarik napasnya pelan. "Bismillah umi ... Hanum ikhlas." Ia mengenggam jemari umi dengan tubuh yang bergetar hebat.
"Tolonglah berlaga biasa saja, Hanum! Jangan berlebihan! Bukannya di rumah tadi kamu setuju? Dan dirimu yang meminta Mas harus meminta izin pada abi dan umi?" ketus Ustadz Riza dengan intonasi nada tinggi tidak mengenakkan untuk didengar.
"Astaghfirullah ... cukup Riza! Istighfar! Anakku sudah mengorbankan hatinya untuk kebahagiaanmu! Jangan pernah kau bilang lagi dia berlebihan!" Kyai mencoba menahan emosi yang sudah mulai tersulut, sampai menyebut menantu idamannya itu sudah tidak lagi memanggilnya Ustadz seperti biasanya.
"Aku hanya menunaikan sesuai syariat islam, apa itu salah? Aku hanya ingin anak! Apa itu salah Kyai?"
Hanum semakin menangis mendengar ucapan suaminya, dia seperti tidak mengenal sosok seorang laki-laki yang selama ini menjadi panutan hidupnya. Ustadz Riza kini sudah sangat terlihat gelap mata, dia seperti keluar dari jati dirinya sendiri terhanyut di dalam arus hawa nafsu belaka.
"Jangan pernah mengatas namakan syariat islam hanya untuk hawa nafsumu! Keluar kau sekarang! Kuberi waktu tiga hari agar dirimu menunaikan Shalat Istkharah dan meminta petunjuk dari Allah SWT."
Mendengar perkataan itu, Ustadz Riza merasa tersinggung lalu bangkit dengan tegap. Merasa tertindas oleh Kyai yang selama ini selalu membanggakan dirinya. "Assalammu'alaikum." Ustadz Riza langsung melangkah keluar tanpa menoleh sedikit pun melihat Hanum yang sudah menangis tersedu-sedu.
"M-Mas." Suara Hanum bergetar.
Ustadz Riza melangkah begitu cepat, meski suara Hanum memanggilnya dengan sedikit kencang dia sama sekali tidak menoleh dan tidak perduli akan apa pun yang terjadi. Namun tidak dengan Hanum, baginya Ustadz Riza masih menjadi suami yang terbaik dan cintanya masih begitu besar pada seorang lelaki yang selama dua belas tahun dia layani untuk mencari Surganya Allah.
Walaupun sekarang hati Hanum sangatlah perih, bagaikan luka yang masih berdarah ditaburi garam halus ketika melihat suami tercintanya sudah berubah dan bersikeras untuk mendua.
"Maaf, Umi ... Abi ... Hanum pergi dulu." Ia bangkit dan berlari mengejar suaminya dengan hati yang amat perih disertai linangan air mata yang tiada henti.
"Hanum ...." Suara Kyai sangat berat memanggil Hanum lalu putri semata wayang yang sangat dia sayangi itu memberhentikan lajuannya dan menoleh ke belakang.
"Anakku ... Abi bangga memiliki putri sepertimu," lirih Kyai sembari tersenyum. Namun matanya mulai berkaca-kaca hatinya sangat sakit melihat putri kesayangannya tersakiti oleh menantu pilihannya sendiri.
Hanum hanya membalas dengan senyuman, lalu melanjutkan langkah kakinya kembali menyusul Ustadz Riza di depan. Sesampainya di depan hatinya sedikit lega melihat mobil lelaki yang ia cintai masih berada di halaman rumahnya dengan Ustadz Riza di dalamnya.
"Assalammu'alaikum, Mas ...," sapa Hanum saat membuka pintu mobil.
"walaikumsalam. Bukannya abi melarangku untuk menemuimu beberapa hari ke depan?" ucap Ustadz Riza sewot.
"Istighfar, Mas. Bukan itu maksut abi ... lagian aku ini masih istrimu! Jadi ke mana pun kamu aku akan ikut," ucap Hanum gugup.
"Baguslah! Aku juga ingin mengajakmu ke pesantren, ingin memperkenalkan calon istriku nanti."
Degh!
Mendengar perkataan itu, hati Hanum semakin sakit kembali. Belum tuntas izinnya pada Kyai kini malah ingin memperkenalkan calon madunya di pesantren.
Hanum membungkam mulutnya tidak berani menjawab ia hanya menghadap ke depan di tengah lajuan mobil yang dikendarai dengan kencang. Namun ... saat hati dan fikiran Hanum seperti dihantam badai, seketika ia kembali sadar oleh kata-kata suaminya. Yaitu PONDOK PESANTREN! Hal itu membuat Hanum bertanya-tanya sekaligus terkejut. Bukankah pengurus pondok rata-rata wanita yang sudah menikah?
Lantas? Siapa yang ingin suaminya kenalkan sebagai calon istrinya? Fikiran Hanum semakin dibuat pusing oleh perilaku suaminya sendiri.
Kehidupan ... mungkin bagi bagian seseorang kehidupan ini sangat menyenangkan, namun tidak dengan Erni. Hidupnya penuh dengan kesakit hatian, batin maupun fisik. Orang Tua yang seharusnya menjadi tumpuan hidupnya namun tak pernah mengakui Erni sebagai anak mereka, pukulan ... pelecehan ... beban hidup menahan lapar, sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Erni yang masih duduk di kelas 2 SD. Namun Erni, mengalahkan semuanya dengan hidup yang hanya mengandal Tuhan. Hidupnya hanya bergantung pada doa dan mukjizat. Dan keajaiban-keajaiban yang ada di hidup Erni, telah membawa Erni menjadi gadis yang sangat di segani semua orang, yang pernah mencaci maki Erni kini berbalik menjilat ludah mereka sendiri. Abian kekasih Erni yang di kirimkan Tuhan menjadi malaikatnya, kini telah berubah menjadi pencabut nyawa yang menyakitkan untuk Erni.
Jin Leluhur itu pandai memilah dan memilih tubuh yang menurutnya pantas untuk dijadikan tempat kembali Jangan lupa komentar dan subcribe ya 💗
Dira tinggal bersama ibu yang menjadi wanita penghibur demi menafkahinya. Bahkan sang ibu memiliki kesehatan mental yang buruk, hal itu membuat kesalah pahaman di antara mereka ... Dira dan ibu terus menerus saling membenci. Mereka saling mengutuk hampir di setiap waktu. Ia pun berulang kali mengucap kata menyesal telah hidup bersama sang ibu saat ini dan selalu berkata ingin tinggal bersama sang ayah yang sudah dua belas tahun tidak menafkahi mereka apa lagi sekedar menemuinya. Suatu hari, dia mendapat kabar bahwa sang ayah telah meninggal dunia dan dari situlah Dira mengetahui jika dirinya ternyata bukanlah anak kandung dari sang ayah yang selama ini ia rindukan. Di hari pemakaman itu, Dira diberi sebuah buku catatan berwarna merah berisi dua belas wasiat yang harus Dira lakukan. Akankah Dira berhasil menunaikan dua belas wasiat dari sang ayah? Dan apakah hubungan Dira dengan wanita yang melahirkannya bisa kembali membaik?
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Yuan terjebak dalam suatu malam yang tak terlupakan bersama Rafan, kakak iparnya. Mereka berdua berjanji untuk menyembunyikan dan melupakan malam itu, namun kenangan itu terus menghantui mereka. Perlakuan kasar suami Yuan dan pengkhianatannya mendorongnya ke dalam pelukan Rafan. Apa yang terjadi ketika rahasia terungkap dan hati mulai berbicara? Ikuti perjalanan Yuan dalam mencari cinta sejati di tengah intrik dan pengkhianatan.
[Bayi yang lucu + Identitas rahasia + Tokoh utama yang kuat]. Cornelia mencintai Darius dengan sepenuh hati selama lima tahun. Dia menyerahkan segalanya untuknya dan hidup dengan rendah hati seperti abu. Ketika hubungan mereka mengalami krisis, dia berharap bahwa kehamilannya akan memperkuat pernikahan mereka, tetapi yang dia dapatkan hanyalah penyelesaian perceraian. Lebih buruk lagi, saat dia akan melahirkan, dia dijebak dan nyawanya terancam. Setelah selamat dari pengalaman yang mengerikan tersebut, dia bertekad untuk memutuskan hubungan dengan Darius. Lima tahun kemudian, dia kembali dengan kepala tegak dan menjalankan bisnis yang sukses. Mereka yang dulu menindsnya kini telah menelan pil pahit dan menyesalinya sekali. Dan kebenaran tentang masa lalu perlahan-lahan terungkap.... Terpesona oleh kepercayaan diri Cornelia, mantan suaminya ingin kembali bersama, tetapi Cornelia menutup mata terhadap rayuannya. Darius dengan putus asa memohon, "Sayang, anak kita membutuhkan ayah dan ibu. Tolong menikah lagi denganku!"
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!