"Ugh," Lenguhan keluar dari bibir perempuan yang tengah terpejam itu. " Yes, honey. Moan again !" Geram pria itu. " Akh, you make me crazy" Alana tidak tau jika setiap malam selalu ada orang yang menyelinap masuk ke dalam apartment mewah nya, menyentuh saat dia tidur dan pergi setelah puas tanpa dia tau keberadaan nya. Yang Alana rasa, semua itu hanya mimpi nya. -- " Rasanya aku ingin mengecup dan memberikan tanda di setiap inci tubuh kamu. mengurungmu dan menjadikan kamu hanya untuk ku. " " Pria gila. " " Yes, that's me"
" Truth. "
" Oke, Dare. Semuanya setuju kan kalo Alana pilih dare? " Dua orang lain nya mengangguk menyetujui ucapan gadis itu.
" Sial, tidak tidak. Gue milih truth. " Seru pemilik nama tak Terima.
" Terima aja Al. Sebagai hukuman karena terlambat datang. " Celetuk salah satu pemuda yang duduk tak jauh dari pemilik nama Alana.
Decakan kasar keluar dari bibir Alana, dia menegak kasar minuman alkohol di gelas nya hingga kepalanya semakin terasa panas karena berisik nya hiruk pikuk di dalam clubbing tempat nya sekarang itu.
" Oke, apa dare nya. " Ucap gadis itu memilih mengalah, percuma juga jika dia menolak. Teman-teman gilanya itu akan terus memaksa sampai dia menyetujui nya.
" Mudah. " Seru perempuan tadi dengan senyum jahil yang terpatri di sudut bibir terpoles lipstik merah itu. Jangan luakan kerlingan mata jahil yang juga ikut di layangkan nya.
" Gak usah macam-macam Sandra! " Tekan Alana yang mulai curiga dengan perempuan itu.
Sandra menggeleng cepat, menolak tuduhan itu. Telunjuknya terangkat, menujuk sebuah meja bertender dengan seorang pria yang terlihat diam di sana. Hanya sendiri, di temani dengan minuman alkohol dan juga bertender yang siap melayani nya.
" Cukup goda dia. " Ucap Sandra dengan enteng nya.
" Gak. "
" Yaudah, kalo gitu bayar minuman kita semua. " Seru perempuan itu dengan wajah penuh kemenangan.
Terhitung 4 orang di meja itu, namun mereka sudah menghabiskan lebih dari 5 botol dengan harga perbotol mencapai jutaan. Belum lagi membayar untuk open table. Jika Alana membayar nya, bisa-bisa isi rekening nya akan kekuras hanya dalam satu malam.
" Lo mau kuras uang gue?! " Serunya tak Terima.
" Maka dari itu lakuin dare nya. " Sandra tidak memperdulikan wajah Alana yang sudah menatap nya marah.
Telunjuk Alana terangkat dengan tatapan tajam dan wajah sedikit memerah karena marah dan juga efek alkohol. Menunjuk Sandra yang duduk santai, terlihat menunggu jawaban nya.
" Awas aja, gue bales" Ucap nya penuh perhitungan, tidak bisa berkutik dengan dua pilihan yang di berikan oleh Sandra. Keduanya sama-sama membuat nya rugi.
Gelak tawa Sandra terdengar melihat sahabatnya itu pergi melakukan apa yang di minta nya. Meskipun langkah Alana terlihat kesal, namun itu menjadi tontonan yang lucu menurut nya. Kapan lagi bisa mengerjai gadis itu ?
" Bagus bagus, good luck girl. " Serunya menyemangati.
Alana yang masih mendengar itu mengumpat lirih, langkahnya kakinya yang terbalut heels menghampiri pria yang menjadi tujuan nya.
Dengan sangat terpaksa dia mengeluarkan gaya centilnya, berjalan dengan tubuh yang di lenggokkan dan duduk di samping pria itu.
" Hai dude. " Sapanya dengan wajah yang dibuat menggoda
Sejenak gadis itu terdiam, terpaku dengan wajah tampan di depan nya. Rahang tegas, tatapan tajam, alis tebal, hidung mancung dan bibir yang terlihat menggiurkan.
Tanpa sadar dia meneguk ludah nya melihat pria itu yang balas menatap nya dengan aura yang tidak bersahabat. Hanya dilihat tajam seperti itu berhasil membuat nya seolah di tolak. Padahal selama ini tidak ada yang pernah menolak kehadiran nya.
Sial, Alana merasa takut dan juga tertantang dalam satu waktu.
Berdehem pelan, dia berusaha menormalkan kembali sikap nya. Mencoba untuk terlihat sesantai mungkin. Jangan sampai dirinya terlihat seperti tikus dihadapan seekor harimau.
Oke Alana, hanya membuat nya tergoda atau tidak mengakui keberadaan nya.
" Sepertinya kamu sedang ada masalah? " Tanya nya basa-basi. Wajah nya dia buat seprihatin dengan ucapan nya.
Dengan gerakan pelan namun pasti, Alana mendekatkan tubuhnya. Mengambil tanpa permisi gelas milik pria itu dan menegak isinya dengan gerakan sensual. Hal itu tidak luput dari mata tajam pria itu. Alana cukup takut sebenarnya dengan diam nya pria itu. Namun dia harus tetap teguh dengan tujuan nya.
" Aku bisa jadi teman ceritamu. " Tawarnya, tangan perempuan itu mulai nakal mengusap paha pria itu yang hanya diam menatap nya datar.
" Kau gila? Tidak seharusnya Alana mengganggunya. " Seru salah satu pemuda yang memperhatikan dari meja mereka.
" gue juga gak percaya kalo Alana bakal nyanggupin tantangan nya, padahal gue udah mikir kalo Alana lebih pilih bayarin minuman kita. " Balas Sandra dengan wajah tak percaya.
" Ya lo mikir aja, minuman sebanyak ini mana mau dia bayarin cuma-cuma !" Seru Julio dengan nada ngegas nya. " Kalo terjadi apa-apa sama Alana, lo yang tanggung jawab. " Lanjut pemuda itu.
"lo tau gimana menyeramkan nya pria itu kan ?, dari tadi gak ada satupun jalang yang ngedeket ke dia karena mereka gak berani dan pastinya udah dapet peringatan dari pemilik tempat ini. Dan Alana_" Seruan itu tertahan, Julio mengusap kasar wajah nya dengan tindakan Sandra. Cukup frustasi dengan tindakan sahabat nya itu.
" Tenang okey, kalo dia macam macam atau berlaku kasar sama Alana. Kita kesana. " Seru Sandra menenangkan, namun wajah nya tidak bisa bohong kalo dia juga khawatir dan was-was.
" Kenapa lo diem aja Cris? " Tatapan Sandra teralih kepada satu lagi sahabat nya yang memang tidak banyak bicara sebenarnya.
" Lo nganterin Alana ke lubang bahaya. " Tutur nya datar. Wajah nya terlihat tak suka menatap Sandra.
" Fuck. " seruan Julio membuat Sandra mengikuti arah pandang pemuda itu.
Apa yang dilihat oleh Sandra membuat nya juga ikut mengumpat lirih dengan mata melotot terkejut.
" Gila. Mereka ciuman? " Tanya Sandra tak percaya.
" Bagaimana bisa? " Lirih perempuan itu.
" Dia benar-benar George Alexander kan? " Tanya nya menatap kedua sahabat nya yang terlihat sama-sama terkejut nya.
Julio mengangguk dengan wajah syok nya, " Ya, dan Alana berhasil ngegoda dia. Gue gak tau ini di sebut musibah atau anugrah. Si dingin itu respon seorang wanita. " Tutur nya dengan nada yang terdengar takjub dengan hal itu.
" Atau dia terlalu mabuk? Jadi respon tindakan Alana? " Tanya Sandra menduga-duga, dia mengucek pelan matanya. Memastikan jika apa yang dilihat nya memang benar.
" Bisa jadi. " Angguk Julio, sependapat dengan ucapan Sandra.
Brak
" Gue balik. "
Keduanya orang itu terlonjak kaget, mereka menatap aneh pemuda yang baru saja menggebrak meja dengan keras dan pergi begitu saja. Meninggalkan mereka tanpa berkata apapun lagi.
" Cris kenapa? " Tanya Sandra aneh setelah pemuda itu sudah hilang diantara kerumunan orang.
Julio mengedikkan bahunya acuh, " Gak tau. "
" Sialan kalian. " Seruan itu terdengar, membuat Sandra dan Julio mendongak.
Alana kembali dengan wajah memerah dan tangan yang mengusap kasar bibir nya, entah apa yang membuatnya seperti itu.
" Gue balik. "
" What! Alana tunggu, lo jelasin dulu kejadian tadi. " Tahan Sandra.
" Ogah! Gue pengen balik. " Seru gadis itu dan buru-buru mengambil barang nya.
Tanpa menghiraukan kedua sahabatnya dia pergi dari sana dengan wajah kesal yang menghiasi nya.
" Biarin dulu, besok kita tanya " Ucap Julio menahan Sandra yang akan menyusul gadis itu. Dia menarik kembali Sandra untuk kembali duduk di samping nya.
" Ngeliat Alana yang bisa balik dengan selamat, gue yakin kalo George emang mabuk parah. " Lanjut Julio, pemuda itu kembali menatap ke arah meja bertender. Namun pria yang disebut George itu sudah tidak ada di sana. Bahu Julio mengedik acuh, tidak peduli dengan pemilik nama George yang sudah hilang entah kemana.
" Lo yakin? " Tanya Sandra ragu.
" Yeah, tenang aja. Kalaupun George ngelakuin hal buruk, keluarga Alana punya power buat balas perbuatan nya. " Julio mengatakan itu dengan tenang dan sudut bibir yang tertarik samar tanpa di ketahui oleh Sandra.
Ucapan itu cukup membuat Sandra menghela nafas lega, dia kembali menuangkan minuman ke dalam gelas nya dan meneguk dengan tenang.
" Benar juga. " Lirih perempuan itu mengangguk.
" Tapi, apa Alana gak tau George? " Lanjut Sandra bingung.
Julio terkekeh pelan, " Lo tau sendiri dia orang nya bodo amat. Jelas gak akan tau"
" Benar juga. Seorang Georgie sekalipun gak akan menarik di matanya. "
Sedangkan di dalam mobil, Alana meremas pelan rambutnya hingga terlihat semakin berantakan. Dia mengutuk dirinya yang dengan berani mencium pria tidak di kenal.
" Sialan Sandra. Semoga pria itu gak kenal gue. "
Bibir nya menjilat pelan bibir bawah nya yang terasa membengkak, masih terasa bagaimana manis nya alkohol yang di minum pria itu.
" Otak gue rusak kayaknya, bisa-bisa nya bibir dia kerasa nikmat. "
Menggeleng kasar, dia membawa mobilnya meninggalkan area clubbing untuk segera pulang dan merendam diri di bawah air. Meredakan kepala nya yang terasa sakit.
Ciuman sudah sering Alana lakukan, namun dia tipe pemilih. Baru kali ini dia mencium orang random. Jika bukan karena dare tidak berguna itu, dia tidak akan melakukan nya.
" Tampan, tapi terlihat berbahaya. " Gumam nya.
Masih sangat jelas bagaimana aura pria itu yang seakan mencekik nya dan berhasil membuat seluruh tubuh nya merinding.
" Siapa dia sebenarnya? Keliatan bukan orang biasa. "
Sepanjang jalan Alana cukup banyak memikirkan pria yang baru di ciumnya di clubbing tadi.
" Kamu sangat nakal sayang. " Kekehan pelan keluar, netranya menatap tajam mobil yang sudah semakin jauh.
" Jangan salahkan aku jika aku menyeret mu semakin dalam di hidup ku. "
Dengan langkah angkuh dia melangkah menghampiri mobil keluaran terbaru yang di bawa nya.
" Kamu sendiri yang menyerahkan diri. Maka dengan senang hati aku akan menyambut. "
--
Dengan kesadaran yang hanya tinggal beberapa persen Alana masuk ke dalam Apartment nya, dia meracau tak jelas dan melempar asal tas dan kunci mobil yang di bawanya. Kemudian terbaring di sofa dengan kesadaran yang sepenuhnya hilang.
Tap tap tap
Dari arah tangga, seseorang yang sudah memantau kedatangan gadis itu turun dan mendekat. Wajah nya menatap datar gadis itu dengan tangan yang bersedekap.
" Kucing nakal, berani sekali datang ke tempat laknat." Desis nya dengan nada tak suka.
" Dengan pakaian haram yang jelas memperlihatkan aset milikku." Sebal nya. Dengan sedikit kasar dia menarik Alana yang berbaring dan menggendong gadis itu seperti karung beras.
" Eumhh, lepas," Racau Alana memukul pelan punggung itu.
" Kamu harus di ajarkan menjadi kucing yang baik sayang." Serak pria itu, tanpa sungkan dia melempar tubuh Alana ke atas tempat tidur yang untung nya sangat empuk. Membuat perempuan itu terlihat mengerjap sebelum kembali tertidur karena efek alkohol.
" Sepertinya akan menyenangkan jika mengambil mu sekarang, sayang bukan saatnya."
Pria itu menyentuh dengkul Alana yang terekspos, dress yang di pakai gadis itu tersingkap. Bahkan memperlihatkan sedikit celana dalam yang di pakainya akibat potongan paha nya yang terlalu tinggi.
" Kenapa semua yang ada dalam diri kamu sangat menggiurkan ?" Seraknya dengan nada frustasi. Kepala nya menunduk, menyatukan bibir nya dengan bibir Alana yang terbuka dan sedikit membengkak. Cita rasa Alkohol begitu mendominasi permukaan mulut gadis itu.
Beberapa menit terlewati hingga ciuman itu terlepas, dia menggigit dan menarik pelan ujung bibir Alana hingga membuat perempuan itu tersentak kecil.
" Kamu benar-benar membuatku gila sayang." Geram nya serak
" Sadar Gra, gue temen pacar lo!! " Pekik Sila frustasi dengan tingkah pria di hadapannya. " Aku gak peduli, yang penting kamu pacar aku. " Acuh nya dengan seringai yang menyebalkan. " Stress, gila. Mati aja lo sana. " " Aku rela mati asal bersamamu. " " Najis" --- Kewarasan Sila sepertinya di permainkan saat menghadapi Agra yang merupakan pacar dari sahabatnya, pria itu tiba-tiba mengklaim dirinya sebagai pacar. Apalagi saat pria itu yang bersikap mengatur dirinya layaknya pasangan kekasih membuat Sila benar benar gemas ingin mencekik leher pria itu hingga mati.
Awalnya pernikahan itu baik-baik saja. Semua menjadi hangat, luka akibat masa lalu Ainayya Hikari Salvina sedikit demi sedikit mulai sembuh. Tapi pernikahan hangat itu tiba-tiba diterpa gelombang. Menghancurkan sebuah kepercayaan dan membuatnya meninggalkan rumah yang sudah mengajarkan arti sebuah keluarga harmonis. Lalu mampukah Albara Demian Dominic sang pelaku kehancuran tersebut memperbaiki rumah tangga yang sudah membuatnya sembuh dari kejadian di masa lalu? Bisakah Albara mengobati luka yang dia berikan pada istrinya? Mari kita lihat bagaimana perjalanan Albara dalam mengejar cinta istrinya kembali.
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?