Di lorong sebuah sekolah, sepasang murid sedang berdiri saling berhadapan. Siswi itu hanya mampu menatap lantai saat siswa yang berdiri di depannya sedang berbicara dengannya. "Maaf, saya tidak bisa menerima hadiah ini. Saya yakin, jam tangan ini pasti sangat mahal. Saya tahu kamu membelinya dari uang tabunganmu. Nanti, setelah tiga atau empat tahun lagi. Kamu boleh memberikan ini kepada saya kembali. Seandainya jam tangan ini masih kamu simpan. Seandainya kita bertemu kembali," ucap pria tersebut tersenyum tipis. Empat tahun kemudian mereka kembali dipertemukan. Pertemuan yang membuat Chelia harus mengikhlaskan perasaan cintanya kepada pria itu. Karena takdir mempertemukan mereka sebagai kakak dan adik ipar. "Kak Varo, empat tahun sudah berlalu. Rasa itu masih tetap sama, hanya do'a nya saja yang berubah." Akankah Chelia mampu melupakan dan mengubur perasaan itu?
Di lorong sebuah sekolah, sepasang murid sedang berdiri saling berhadapan. Siswi itu hanya mampu menatap lantai saat siswa yang berdiri di depannya sedang berbicara dengannya.
"Maaf, saya tidak bisa menerima hadiah ini. Saya yakin jam tangan ini pasti sangat mahal. Saya tahu kamu membelinya dari uang tabunganmu. Nanti, setelah tiga atau empat tahun lagi. Kamu boleh memberikan ini kepada saya kembali. Seandainya jam tangan ini masih kamu simpan. Seandainya kita bertemu kembali," ucap pria tersebut tersenyum tipis.
🍂🍂🍂
Chelia sedang duduk menyandar di kepala tempat tidur di dalam kamarnya. Matanya menatap nyalang kepada benda persegi yang berada di ujung kakinya. Kenangan itu teringat kembali ke dalam pikirannya.
"Sudah empat tahun berlalu,kak. Tapi takdir tidak juga mempertemukan kita. Apa kabar mu, kak?"
Gadis itu meraih kotak yang berisi jam tangan yang dulu pernah ingin diberikan kepada seorang pria. Pria yang dia sudah sukai sejak masih SMP. Akan tetapi, di SMA lah gadis itu baru berani mengutarakan isi hatinya.
Suara hujan di luar sana membuat suasana semakin sendu untuk Chelia. Dia menarik selimut menutupi tubuhnya lagi.
"Tidak ada yang berubah dari kotak ini, sama seperti hatiku, masih tetap sama."
Ketukan pintu kamar memecahkan lamunan Chelia pada masa sekolah dulu.
Gadis itu berdiri dan membuka pintu kamar dengan cepat.
"Kamu sudah makan malam?"tanya mama di luar kamar.
"Sepuluh menit lagi Cheli ke bawah, ada makalah kampus yang harus di kirim ke Abel."
Tadinya gadis itu memang sedang mengerjakan sebuah makalah kampus yang akan dikumpulkan saat liburan berakhir. Tapi suasana hening di dalam kamar membuatnya mengingat masa lalu.
***
"Kamu kapan mulai kuliah?"tanya papa Chelia saat makan malam berlangsung.
"Senin depan, Pa."
"Besok kita akan berangkat ke tempat om Gery, penerbangan pagi. Kamu tidak ada janjian dengan teman-teman mu yang lain,kan?"
Kening Chelia berkerut."Kenapa tiba tiba sekali, Pa? Om Gery sedang sakit?"
Papa Chelia menggeleng."Tidak, tapi besok adalah pertemuan Rachel dengan calon suaminya."
"Kak Rachel akan menikah?"tanya gadis itu sangat antusias dan bahagia.
"Kamu doakan saja, semoga Rachel kali ini setuju dengan calonnya,"sela mama Chelia.
"Ah mama! Jangan begitu dong dengan kak Rachel. Bagaimanapun juga cinta itu tergantung hatinya, tidak bisa dipaksa."
"Kamu akan selalu membela Rachel,"sindir mama Chelia tersenyum mengalah.
Dengan senyuman lebar Chelia menjawab."Oh pastinya, aku sangat menyayangi kak Rachel. Walau kami sudah mulai jarang bertemu tapi kak Rachel sedikit dari banyak sepupu yang dekat denganku. Tapi Chelia bahagia, kalau untuk hal satu ini, Chelia akan cancel semua janji dengan teman teman, Pa."
"Jangan begadang lagi nanti malam, kita sudah harus berangkat dari rumah shubuh."mama nya menyipitkan mata mengingatkan.
Chelia mengacungkan kedua jempolnya penuh semangat.
"Besok Abimana yang akan menjemput kita di bandara sana,"ucap papa Chelia melanjutkan.
"Bang Bima sudah ada di sana?"tanya Chelia dengan sangat sangat antusias.
"Iya, kemarin papa memintanya untuk langsung ambil penerbangan ke tempat Rachel. Tadi sore sudah sampai di sana, tidak semua keluarga berkumpul di sana. Hanya beberapa, nanti kalau sudah oke baru kita berkumpul bersama."
***
"Rindu, brother!"seru Chelia berlari memeluk Abimana saat sudah keluar dari Bandara.
"Apa kabar mu?"tanya Bima lembut kepada adik bungsunya.
"Bang Bima tidak lihat aku kehilangan berat badanku beberapa kilo, karena merindukan kakak tertua ku yang kerja serabutan di luar sana karena patah hati,"jawab Chelia menggoda Bima.
Bima menggetok pelan kepala Chelia karena selalu mengingatkannya kepada masa lalunya.
Bima mengangkat sebelah alis mata sambil melirik sinis dengan kilatan mengejek kepada Chelia.
"Kalau jam tangan itu masih belum bertemu dengan pemiliknya, lebih baik kamu serahkan kepadaku, dek." Kali ini Bima balas menyindir.
Pria itu tahu tentang kisah jam tangan yang selalu dibawa adiknya itu kemanapun dia pergi. Menurut Chelia mana tahu dia bertemu dengan pria itu secara tiba-tiba. Walau Bima tahu tentang kisah cinta adiknya yang bertepuk sebelah tangan itu. Akan tetapi sampai sekarang Chelia masih mampu menyembunyikan siapa pria tersebut.
"Idih, bang Bima bisa beli sendiri, atau minta ama papa dan mama aja."
Bima mengacak-acak rambut Chelia dengan gemas.
Bima menyalami kedua orangtuanya dan membantu memasukan koper ke dalam mobil.
"Loh, mobil kita pisah sama mama dan papa?"tanya Chelia bingung.
"Kamu temani abang dulu beli baju buat acara nanti malam. Kalau mama dan papa biasa ada pertemuan para orangtua. Anak anak jangan kepo,"jawab Bima.
"Asyik jalan jalan dulu,"kata Chelia sangat bahagia.
Setelah memastikan mobil kedua orangtua mereka keluar bandara. Bima dan Chelia melanjutkan perjalanan mereka dengan mobil yang lain.
"Sudah puluhan tahun berlalu dia masih belum ditemukan? Sampai kapan kamu akan menantinya,dek?"tanya Bima sedikit berlebihan saat di dalam mobil.
Chelia memainkan kotak jam tangan di tangannya. Gadis itu memandangi kotak tersebut dengan tenang.
"Kalau hatiku sudah berhenti dengan namanya bagaimana, bang?" Chelia balik bertanya.
Bima menimpali dengan pelan."Bagaimana kalau dia sudah milik orang lain?"
Gerakan tangan Chelia terhenti mendengar pertanyaan Bima. Dia pernah terpikirkan ke arah itu, tapi hati kecilnya selalu menepis perasaan tersebut.
"Bagaimana Chelia? Bagaimana kalau pria itu sudah memiliki seseorang yang dia cintai?"
Dengan senyuman terpaksa gadis itu bernyanyi sebagai jawaban atas pertanyaan Bima.
"Jika Tuhan mau begini, robahlah semua jadi yang kumau. Karena kuingin semua berjalan seperti yang kumau." Gadis itu bersenandung (lagu krisdayanti)
Bima tertawa."Sepertinya kamu melupakan beberapa liriknya. Jangan memaksakan ini, jika memang bukan yang ini. Karena sesuatu yang peka, buat kita jadi masalah."Bima melanjutkan beberapa liriknya.
Mereka berdua tertawa bersama karena saling mengejek.
***
"Selamat kak Rachel,"ucap Chelia dengan penuh bahagia sambil memeluk Rachel kakak sepupunya.
"Terima kasih kamu mau datang adik ku sayang," Rachel tidak kalah bahagia melihat kehadiran Chelia.
"Cantik sekali, mentang ketemu ama calon ayang beb," goda Chelia melihat polesan make up Rachel yang dibantu oleh seseorang.
Rachel mencebikan bibirnya melihat Chelia. "Kamu cantik juga malam ini, dek."
Gadis itu mengenakan dress berwarna kuning pastel dengan motif bunga.
"Pasti kak Rachel deg deg kan parah sekarang." Chelia menaik turunkan alis matanya.
"Suatu saat kamu akan merasakan hal ini juga. Jika waktunya tiba kakak yang akan menggoda mu sampai wajahmu memerah seperti kepiting rebus."
***
Halaman belakang kediaman Rachel sudah dihias secantik mungkin. Mereka sepakat makan malam outdoor karena cuaca juga mendukung.
Chelia juga sibuk membantu mama dan tante nya, serta berkumpul dengan para sepupu yang hadir malam ini.
Rachel turun dengan anggunnya menuju halaman belakang. Senyuman di wajah Chelia tidak pernah pudar sedikitpun menatap memuja kepada kakak sepupunya itu.
Keluarganya sudah berkumpul di halaman belakang selagi menunggu keluarga pria. Chelia kembali ke kamar atas untuk mengambil tas kecil miliknya. Yang pasti isi tas itu adalah ponsel dan jam tangan yang selalu dibawanya.
"Mereka datang,"terdengar suara penuh bahagia dari keluarganya menyambut tamu yang sudah mereka nanti nantikan.
Gadis itu pun tidak ingin ketinggalan momen bahagia sedikit pun. Dia mengeluarkan ponselnya untuk memotret setiap momen yang indah. Dia berlari melewati tangga dan menyusul beberapa anggota keluarga yang lain.
"Kamu cantik malam ini," ucap seorang pria kepada Rachel.
Dengan senyum mengambang Chelia mengarahkan kamera ponselnya ke arah Rachel dan pria itu.
Tapi saat gadis itu melihat dengan jelas siapa pria yang sedang menyanjung Rachel. Dadanya terasa nyeri dan sangat sesak melihat pria itu. Pria yang dirindukannya setiap hari, pria yang diharapakannga hadir setelah perpisahan mereka empat tahun lamanya. Pria cinta pertama yang tidak bisa dilupakan oleh Chelia.
Air mata mengenang di pelupuk matanya, terlebih saat pria itu menolehkan kepala ke arah Chelia. Mata mereka bertemu, cukup lama mereka saling menatap. Sampai akhirnya Chelia menyerah dan mengalihkan tatapannya.
Gadis itu mundur selangkah demi selangkah untuk mengurangi kecurigaan keluarganya yang sedang penuh bahagia. Saat sudah sepi Chelia berlari ke luar rumah dengan air mata yang telah membasahi wajahnya.
"Rochelia," panggil Bima penuh heran.
Pria itu baru saja ingin masuk ke dalam rumah setelah memikirkan mobil. Tapi melihat adiknya berlari dengan penuh air mata, dia mengejarnya.
"Chelia!"seru Bima setengah berteriak.
***
Saat cinta hanya sebagai pembalasan dendam! *** "Padahal aku tahu, perasaanku yang tidak pernah terbalas. Kalimat Aku mencintaimu, hanya pernah di dengar dari mulutku. Tapi, belum pernah sekalipun aku mendengar balasan dari mu, Bian," rintih Adhiti di kesunyian malam, dingin dan gelapnya kamar. Akankah cinta bisa mengalahkan dendam?
Bukankah setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai. Setiap orang pun berhak memperjuangkan cintanya. Sama yang seperti yang kulakukan, aku mencintaimu dan menginginkanmu. Aku sudah memperjuangkan cintaku untukmu. Pada akhirnya aku sanggup membawamu bersanding menjadi pendamping hidupku. Tapi tak sekalipun kamu menoleh dan menganggapku ada. Setiap rasa cinta yang telah kucurahkan. Setiap perhatian yang telah kuberikan. Tetap tak bisa membuatmu menatapku walau sekilas saja. Kamu begitu dingin, tak pernah melihatku, menyapaku bahkan kau tak pernah menghapus setiap tetesan air mata yang jatuh akibat tindakkanmu, bahkan kau tak pernah menyentuhku layaknya istri. Sayang,aku tak butuh tubuhmu. Aku butuh hatimu. Lihatlah pengorbananku, bahkan aku merampasmu dari sahabatku sendiri. Beri aku sedikit ruang dihatimu. Haruskah aku pergi dulu dari hidupmu maka kau bisa melihat ketulusan cintaku. Apa kau ingin menguji kesabaranku,sampai kapan aku bisa bertahan disamping dan menghadapi dinginnya hatimu. Andrea keyne Halim
Nia mencintai lelaki yang bernama Raka yang tak lain tetangga sekaligus kakak dari sahabatnya. Raka begitu dingin dan cenderung kasar jika bertemu dengannya, sudah beribu perhatian, cinta dan kasih sayang yang dicurahkan Nia terhadap Raka, tak satupun dapat meluluhkan hati Raka yang bagaikan pahatan es. 2 tahun Nia telah mencobanya namun selalu gagal. Pada akhirnya Nia pun menyerah dan tak sanggup memperjuangkan cintanya lagi. Tiba saatnya Raka dengan santai tanpa mempedulikan hatinya, dengan mudahnya Raka mengatakan telah bertunangan dengan seorang wanita di hadapan Nia dan orang- orang sekitar Nia dan Raka yang tahu betapa susahnya gadis itu memperjuangkan perasaannya. setelah kejadian itu Nia bertekad pergi jauh dari kehidupan Raka, tak satupun petunjuk yang diberikan Nia kemana dia menghilang. Tibalah akhirnya takdir memepetemukan mereka 6 tahun kemudian ketika Raka mendengar seorang anak lelaki memanggil Nia dengan hangatnya dengan sebutan BUNDA!
Sebuah kisah yang menyajikan konflik hati seorang ibu rumah tangga , tanpa ia sadari telah melakukan perselingkuhan dengan sahabat suaminya sendiri . Walaupun bukan ia yang memulai percikan tersebut tetapi seiring berjalan waktu perasaan tumbuh jauh lebih dalam.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Li Mei terbangun dan menyadari bahwa dia tidak sedang berada di rumahnya. Di mana ini? Bukankah tadi dia terjatuh dari tangga? Kenapa dia tidak berada di rumah sakit dan malah berada di dalam rumah reyot seperti ini? Dan … siapa pula laki-laki tampan yang tidur di sebelahnya ini? "Kalau kamu sudah tidak tahan dengan pernikahan kita, tunggulah beberapa hari lagi. Aku pasti akan menceraikanmu. Jangan berusaha bunuh diri lagi," ucap Bai Changyi menatapnya dengan muram. Bercerai? Kenapa dia mau bercerai dari suami yang tampan seperti ini? Bai Chanyi menatapnya dengan kebingungan? Bukankah perceraian adalah hal yang paling Li Mei inginkan selama ini? "Aku tidak ingin bercerai, aku hanya ingin menjadi kaya!" Bisakah Li Mei mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang pengusaha kaya di era kuno bersama suaminya? IG : @summerrainwriter FB : Summer Rain
Bagi publik, dia adalah sekretaris eksekutif CEO. Di balik pintu tertutup, dia adalah istri yang tidak pernah diakui secara resmi. Jenessa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dia hamil. Tapi kegembiraan itu digantikan dengan ketakutan ketika suaminya, Ryan, menghujani kasih sayangnya pada cinta pertamanya. Dengan berat hati, dia memilih untuk melepaskan pria itu dan pergi. Ketika mereka bertemu lagi, perhatian Ryan tertangkap oleh perut Jenessa yang menonjol. "Anak siapa yang kamu kandung?!" tuntutnya. Tapi dia hanya mencemooh. "Ini bukan urusanmu, mantan suamiku tersayang!"