/0/17353/coverbig.jpg?v=31a343bf3182b63d1bda1c4e4f708406)
Jeany gadis pendiam berdarah dari Minang. Dalam hidupnya selalu didera masalah bertubi-tubi, dari percintaan yang harus kandas karena perselingkuhan. Belum lagi goncangan hebat menerpa kedua orang tuanya, sang papa meninggalkan Mamanya karena kuatnya pesona perempuan lain, hingga ia nyaris kehilangan Mama yang depresi karena tekanan pengkhianat sang Papa. Hingga Jeany pun mengalami trauma akan sebuah pernikahan. Jeje satu-satunya saudara perempuan Jeany. Menjadi penguatnya selain Mama, yang kini telah depresi berat karena tak kuat dengan pengkhianatan sang suami, begitu juga teror dari selingkuhan suami. Video mesum mereka yang sengaja di kirimkan sang pelakor, merupakan hantaman keras bagi Mama Jeany. Akankah Jeany sanggup melewati kerasnya alur kehidupan?
Dia Jeany Margaretha , dengan nama panggilan Jeany. Dia gadis pendiam gak neko-neko dan berpenampilan apa adanya. Ia tampak jutek jika di lihat sekilas, tapi sekalinya Jeany tersenyum semua orang akan terpesona melihatnya, tetapi Jeany hanya melihatkan senyumannya itu terhadap orang terdekatnya saja.
Tapi semenjak menginjak bangku perkuliahan semua berangsur berubah, karena banyak hal yang pemicunya. Di kampus Jeany punya satu sahabat dekat bernama Lintang. Lintang gadis periang ceplas-ceplos dan inscure, hal ini yang membuat Jeany merasa diimbangi dengan sifatnya yang agak pemalu dan tidak gampang untuk dekat dengan teman-teman lain di kampusnya.
Lintang yang telah banyak mengubah sikapnya untuk lebih berani mengekspresikan diri dan stylenya yang dulu terlalu monoton. Oh ya, Lintang adalah sahabat Jeany dari SMP, jadi cuma dia yang lebih mengerti dan faham sedetail mungkin perihal Jeany. Lintang satu-satunya yang bisa membujuk Jeany, jika lagi ngambek atau pun marah. Kemana-mana mereka selalu berdua, kayak semut dan gula, begitulah saking kompak dan dekatnya mereka berdua.
Drrtt ...
Drrrtt ...
Drrt ...
Drrrrrt ...
Drrrrtt ..
"Hallo," Jeany mengangkat hpnya dengan sedikit ngantuk.
"Haiiii Jen! Lu ngapain siih? Lu gak denger apa panggilan gue?" tanya Lintang teman Jeany di panggilan yang tengah berlangsung.
"Sorry-sorry, gue ngantuk banget," jawab Jeany lirih.
"Lu kagak kuliah Nek?" seru Lintang dengan panggilan spesialnya terhadap Jeany, menurutnya itu panggilan khusus buat Jeany yang berarti dia sayang and dah ngerasa sehati ama Jeany, hahaha, gile kagak tu? Dia pikir Jeany neneknya ape yee?
"Iye-iye gue kuliah dong, ya udah lu matiin dulu dah hpnya, gue mau mandi and beres-beres dulu," jawab Jeany.
"Ya udah buruan gih..! Gue tunggu di kampus aje Yee!" Lintang langsung mematikan hpnya.
Jeany langsung buru-buru melompat dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.
Jeany memang terlihat humble ketika berbicara dengan Lintang. Padahal, ia memiliki sikap yang berbanding terbalik jika berada di kampusnya. Dingin dan tak peduli dengan sekitar, mungkin ada sesekali sekedar bertegur sapa, tanpa ingin mengenal mereka lebih jauh, tak seperti Lintang.
Mungkin itu yang di namakan persahabatan. Semua hal tentang Jeany, hanya Lintang yang tahu. Begitu pun sebaliknya. Jam sudah menunjukan pukul 10.00 wib, Jeany melangkahkan kakinya di koridor kampus, Jeany terus memindai sekelilingnya mengamati sosok Lintang yang tak kelihatan puncak hidungnya.
"Busyet.. Mana nih anak? Kok gak kliatan yaak?" gumam Jeany dalam hati.
Jeany terus berjalan menuju cafe kampus, berharap sosok Lintang nangkring disana.
Tiba-tiba-"
"Baaa," Lintang menepuk pundak Jeany yang dari tadi celingak-celinguk mengamati anak – anak kampus yang lagi nongkrong di Cafe langganan. Sontak Jeany kaget minta ampun karena lagi fokus banget buat nyari keberadaan si Lintang.
"Anjirr Lu," pekik Jeany sambil menaruh kedua telapak tangannya ke dadanya.
"Hahahhahhaaa," Lintang ketawa lepas sambil merangkul sohibnya.
"Mau bunuh gue Lu? Kaget tau!" jawab Jeany.
"Udeh-Udeh, mumpung kita dah di depan Cafe, gimana kalo kita sarapan dulu, gue yang traktir deeh!" celoteh Lintang sambil terus berjalan masuk kedalam Cafe kampus.
Sreeeettt..!
Lintang menarik kursi dan langsung memesan jus jeruk dan nasi goreng spesial kesukaan mereka. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Jeany sibuk memain kan laptopnya.
"Woyy makan dulu Nek..! sibuk bat Lu!" suara Lintang bikin buyar ke fokusan Jeany akan tugas – tugasnya yang ada di laptop.
"Udah, jangan berisik! Duduk aja yang anteng sono! Bentar lagi udah mau masuk kelas nih!" celetuk Jeany padanya.
"Ya udah kalo gitu balik ke kelas aja! Lagi pula, gue males banget lama-lama di kafe. Mana masih pagi banget lagi," ujar Lintang pada Jeany.
"Duluan aja lo, gue masih ada beberapa tugas lagi yang kudu di kelarin," pungkas Jeany.
"Gak apa – apa lu gue tinggalin?," tanya Lintang ragu – ragu.
"iya gak apa – apa bawel," sahut Jeany sambil ngeledek.
" Ya Udeh gue duluan Yee.., hati–hati lu, denger nggak?" timpal Lintang sambil
Cengar–cengir meninggalkan Jeany yang masih di sibukkan oleh laptopnya.
Saking sibuknya sampai–sampai Jeany gak sadar ada seseorang yang duduk disampingnya.
"Ehem...ehem," Jeany sontak kaget mendengar suara berat cowok disampingnya.
"Maaf, aku ijin duduk disini yah?," jawab si cowok sambil mandangin raut wajah Jeany yang melongo antara kaget dan nerveous. Maklumlah Jeany gak terbiasa duduk berdekatan dengan cowok, apa lagi saling komunikasi terlalu lama. Jeany sering kikuk bila berhadapan dengan lawan jenisnya, kecuali sekedar say hallo doang.
"Iya, silahkan," Timpal Jeany dengan ragu – ragu.
"Sendirian aja?," tanya si cowok sambil menyeruput minuman ditangannya.
"iya," sahut Jeany seraya menutup laptopnya.
"Oh ya, kenalin namaku Jordan!," sambil mengulurkan tangannya kearah Jeany.
"Jeany," sahut Jeany dingin.
"Sendirian aja ya?" mengulangi pertanyaannya yang sama pada Jeany.
"Iya, seperti yang di liat," pungkas Jeany pendek.
"Gue gak ganggu kan?" tanyanya lagi.
"Gak kok, lagian aku udah selesai kok," jawab Jeany sambil berdiri dan menggeser kursinya ke belakang.
"Eh.... Jangan buru–buru dong!" cegah Jordan, seperti berharap agar Jeany duduk kembali.
"Aku mau masuk, udah telat nih," seraya melirik jam di tangannya.
"Duluan yaaach," seraya berlalu meninggalkan Jordan yang terus memandanginya.
Dengan langkah cepat Jeany melangkahkan kakinya menelusuri koridor kampus. Bergegas memasuki kelas dan juga mencari Lintang yang meninggalkannya duluan di kafe mengerjakan beberapa tugas.
Akhirnya jam kuliah pun usai, kali ini Jeany akan kembali ke rumah untuk merehatkan sedikit penat yang mengusik jiwa raganya.
Sebelum akan melangkah kan kakinya pulang. Jeany menelesir segala sudut kampus untuk mencari dimana keberadaan Lintang.
Bruk..!!!
"Lintang! Hai ngapain sih lari-lari? Pake nabrak segala lagi!"
Nafas Lintang terengah-engah karena tampak sehabis lari.
"Gue nyariin elu neeek," sahut lintang yang tampak berusaha mengatur nafasnya yang tersengal – sengal.
"Btw ada yang titip salam ke Lu tuh," Lintang sambil tersenyum-senyum menggoda.
"Siapa?," tanya Jeany dengan wajah penasaran.
"Jordan," lirihnya.
"Lagi?" lirih Jeany dan memutar bola matanya.
"Idih, sok jual mahal sih Lu," celetuk Lintang pada Jeany yang menatapnya malas.
"Gue perhatiin kayaknya tu cowok naksir deh ama Lu, Lu tau gak tiap kali kita berpapasan ama tu cowok, matanya gak putus–putus tau mandangin Lu, peka dikit napa?" dengan semangat empat lima Lintang nyerocos panajng lebar. Sementara Jeany Cuma diam tampa merespon Lintang.
Sore itu Jeany duduk santai teras rumah nya sambil menikmati hembusan angin sepoi–sepoi ditemani segelas cholatos hangat kesukaannya. Entah kenapa tiba–tiba ucapan sahabatnya itu seakan–akan tergiang–ngiang di telinganya. Raut wajah cowok yang bernama si Jordan itu seakan–akan ikut menari–nari di pikiran.
"Duuuh...!!! ngeganggu banget nih cowok, " bisik Jeany dalam hati.
"Edan nih, kenapa gue malah mikirin tu cowok yaah? Gak bisa dibiarin nih!," gumam Jeany.
Gadis itu mengalihkan posisinya yang tengah duduk, sontak berdiri. Mencoba untuk menetralkan pikirannya, agar tak selalu tertuju pada pria yang baru ia temui saat di kampus tadi.
Naluri dan hatinya tak bisa di ajak kompromi, masih saja tetap berdetak dan tak bisa lepas dari pria yang di sapa Jordan itu.
Aku selalu di bully, dikucilkan dan di anggap aneh serta mengerikan. Semua karena sisik ular yang berwarna keemasan di sebagian wajahku. Bukan itu saja, Sebelah mataku berwarna sama dengan wajahku yang bersisik, berbeda dengan mataku yang sebelahnya lagi berwarna hitam. Sehingga rambutku yang panjang sengaja ku tata menutupi kekurangan pada sebagian wajahku. Aku sangat takut ketika aku tiba-tiba sudah berada di hutan belantara yang masih perawan, yang belum terjamah oleh tangan manusia. Aku sangat kaget luar biasa ketika aku di temui oleh ular bersisik pelangi yang sangat indah. Aku semakin ketakutan ketika ular tersebut bisa bicara, dan anehnya ular tersebut tau namaku dan dia memanggilku dengan sebutan tuan Putri. Kejadian-kejadian aneh pun kerap aku alami.
Ketika pengabdian seorang istri harus di balas dengan sebuah pengkhianatan. Hingga tragedi tragis pun terjadi menimpanya, apakah ini sebuah rencana buruk. Hingga pembunuhan diatur seolah-olah menjadi sebuah kecelakaan. Bagaimana kelanjutan nasib seorang Alana, istri tak dianggap yang telah menyerahkan segenap jiwanya pada sang suami yang begitu sangat ia cintai.
"Jangan pernah memaksa seseorang untuk bisa menjadi yang diharapkan. Akan tetapi, biarkan dia berfikir untuk bisa menjadi lebih baik. Karena yang serius akan berubah sendirinya tanpa di minta apalagi dipaksa!" - Bhalendra Alaska Arlic ___ "Lo mau ngapain? Mau tetap bertahan? Sampai kapan, menunggu setan berubah menjadi malaikat, cinta itu cuma omong kosong Alaska, kecuali beneran jatuh di orang yang tepat!" -Johannes Azka Ini tentang Alaska, yang berkali-kali dipatahkan namun tetap bangkit dan berusaha terlihat kuat. Tentang cinta yang tak pernah bahagia, semua akan baik-baik saja jika seandainya ia tak pernah merasakan sebuah rasa cinta. Pertemuannya dengan Yesaya, tidak membuat perubahan apa-apa, melainkan sakit hati trauma yang sangat lama. Namun, saat kehadiran orang baru. Apakah Alaska bisa untuk membuka pintu hatinya lagi?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Adult content 21+ Farida Istri yang terluka, suaminya berselingkuh dengan adiknya sendiri. Perasaan tersakiti membuatnya terjebak kedalam peristiwa yang membuat Farida terhanyut dalam nafsu dan hasrat. Ini hanya cerita fiktif. Kalau ada kesamaan nama, jabatan dan tempat itu hanya kebetulan belaka