Jeany gadis pendiam berdarah dari Minang. Dalam hidupnya selalu didera masalah bertubi-tubi, dari percintaan yang harus kandas karena perselingkuhan. Belum lagi goncangan hebat menerpa kedua orang tuanya, sang papa meninggalkan Mamanya karena kuatnya pesona perempuan lain, hingga ia nyaris kehilangan Mama yang depresi karena tekanan pengkhianat sang Papa. Hingga Jeany pun mengalami trauma akan sebuah pernikahan. Jeje satu-satunya saudara perempuan Jeany. Menjadi penguatnya selain Mama, yang kini telah depresi berat karena tak kuat dengan pengkhianatan sang suami, begitu juga teror dari selingkuhan suami. Video mesum mereka yang sengaja di kirimkan sang pelakor, merupakan hantaman keras bagi Mama Jeany. Akankah Jeany sanggup melewati kerasnya alur kehidupan?
Dia Jeany Margaretha , dengan nama panggilan Jeany. Dia gadis pendiam gak neko-neko dan berpenampilan apa adanya. Ia tampak jutek jika di lihat sekilas, tapi sekalinya Jeany tersenyum semua orang akan terpesona melihatnya, tetapi Jeany hanya melihatkan senyumannya itu terhadap orang terdekatnya saja.
Tapi semenjak menginjak bangku perkuliahan semua berangsur berubah, karena banyak hal yang pemicunya. Di kampus Jeany punya satu sahabat dekat bernama Lintang. Lintang gadis periang ceplas-ceplos dan inscure, hal ini yang membuat Jeany merasa diimbangi dengan sifatnya yang agak pemalu dan tidak gampang untuk dekat dengan teman-teman lain di kampusnya.
Lintang yang telah banyak mengubah sikapnya untuk lebih berani mengekspresikan diri dan stylenya yang dulu terlalu monoton. Oh ya, Lintang adalah sahabat Jeany dari SMP, jadi cuma dia yang lebih mengerti dan faham sedetail mungkin perihal Jeany. Lintang satu-satunya yang bisa membujuk Jeany, jika lagi ngambek atau pun marah. Kemana-mana mereka selalu berdua, kayak semut dan gula, begitulah saking kompak dan dekatnya mereka berdua.
Drrtt ...
Drrrtt ...
Drrt ...
Drrrrrt ...
Drrrrtt ..
"Hallo," Jeany mengangkat hpnya dengan sedikit ngantuk.
"Haiiii Jen! Lu ngapain siih? Lu gak denger apa panggilan gue?" tanya Lintang teman Jeany di panggilan yang tengah berlangsung.
"Sorry-sorry, gue ngantuk banget," jawab Jeany lirih.
"Lu kagak kuliah Nek?" seru Lintang dengan panggilan spesialnya terhadap Jeany, menurutnya itu panggilan khusus buat Jeany yang berarti dia sayang and dah ngerasa sehati ama Jeany, hahaha, gile kagak tu? Dia pikir Jeany neneknya ape yee?
"Iye-iye gue kuliah dong, ya udah lu matiin dulu dah hpnya, gue mau mandi and beres-beres dulu," jawab Jeany.
"Ya udah buruan gih..! Gue tunggu di kampus aje Yee!" Lintang langsung mematikan hpnya.
Jeany langsung buru-buru melompat dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.
Jeany memang terlihat humble ketika berbicara dengan Lintang. Padahal, ia memiliki sikap yang berbanding terbalik jika berada di kampusnya. Dingin dan tak peduli dengan sekitar, mungkin ada sesekali sekedar bertegur sapa, tanpa ingin mengenal mereka lebih jauh, tak seperti Lintang.
Mungkin itu yang di namakan persahabatan. Semua hal tentang Jeany, hanya Lintang yang tahu. Begitu pun sebaliknya. Jam sudah menunjukan pukul 10.00 wib, Jeany melangkahkan kakinya di koridor kampus, Jeany terus memindai sekelilingnya mengamati sosok Lintang yang tak kelihatan puncak hidungnya.
"Busyet.. Mana nih anak? Kok gak kliatan yaak?" gumam Jeany dalam hati.
Jeany terus berjalan menuju cafe kampus, berharap sosok Lintang nangkring disana.
Tiba-tiba-"
"Baaa," Lintang menepuk pundak Jeany yang dari tadi celingak-celinguk mengamati anak – anak kampus yang lagi nongkrong di Cafe langganan. Sontak Jeany kaget minta ampun karena lagi fokus banget buat nyari keberadaan si Lintang.
"Anjirr Lu," pekik Jeany sambil menaruh kedua telapak tangannya ke dadanya.
"Hahahhahhaaa," Lintang ketawa lepas sambil merangkul sohibnya.
"Mau bunuh gue Lu? Kaget tau!" jawab Jeany.
"Udeh-Udeh, mumpung kita dah di depan Cafe, gimana kalo kita sarapan dulu, gue yang traktir deeh!" celoteh Lintang sambil terus berjalan masuk kedalam Cafe kampus.
Sreeeettt..!
Lintang menarik kursi dan langsung memesan jus jeruk dan nasi goreng spesial kesukaan mereka. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Jeany sibuk memain kan laptopnya.
"Woyy makan dulu Nek..! sibuk bat Lu!" suara Lintang bikin buyar ke fokusan Jeany akan tugas – tugasnya yang ada di laptop.
"Udah, jangan berisik! Duduk aja yang anteng sono! Bentar lagi udah mau masuk kelas nih!" celetuk Jeany padanya.
"Ya udah kalo gitu balik ke kelas aja! Lagi pula, gue males banget lama-lama di kafe. Mana masih pagi banget lagi," ujar Lintang pada Jeany.
"Duluan aja lo, gue masih ada beberapa tugas lagi yang kudu di kelarin," pungkas Jeany.
"Gak apa – apa lu gue tinggalin?," tanya Lintang ragu – ragu.
"iya gak apa – apa bawel," sahut Jeany sambil ngeledek.
" Ya Udeh gue duluan Yee.., hati–hati lu, denger nggak?" timpal Lintang sambil
Cengar–cengir meninggalkan Jeany yang masih di sibukkan oleh laptopnya.
Saking sibuknya sampai–sampai Jeany gak sadar ada seseorang yang duduk disampingnya.
"Ehem...ehem," Jeany sontak kaget mendengar suara berat cowok disampingnya.
"Maaf, aku ijin duduk disini yah?," jawab si cowok sambil mandangin raut wajah Jeany yang melongo antara kaget dan nerveous. Maklumlah Jeany gak terbiasa duduk berdekatan dengan cowok, apa lagi saling komunikasi terlalu lama. Jeany sering kikuk bila berhadapan dengan lawan jenisnya, kecuali sekedar say hallo doang.
"Iya, silahkan," Timpal Jeany dengan ragu – ragu.
"Sendirian aja?," tanya si cowok sambil menyeruput minuman ditangannya.
"iya," sahut Jeany seraya menutup laptopnya.
"Oh ya, kenalin namaku Jordan!," sambil mengulurkan tangannya kearah Jeany.
"Jeany," sahut Jeany dingin.
"Sendirian aja ya?" mengulangi pertanyaannya yang sama pada Jeany.
"Iya, seperti yang di liat," pungkas Jeany pendek.
"Gue gak ganggu kan?" tanyanya lagi.
"Gak kok, lagian aku udah selesai kok," jawab Jeany sambil berdiri dan menggeser kursinya ke belakang.
"Eh.... Jangan buru–buru dong!" cegah Jordan, seperti berharap agar Jeany duduk kembali.
"Aku mau masuk, udah telat nih," seraya melirik jam di tangannya.
"Duluan yaaach," seraya berlalu meninggalkan Jordan yang terus memandanginya.
Dengan langkah cepat Jeany melangkahkan kakinya menelusuri koridor kampus. Bergegas memasuki kelas dan juga mencari Lintang yang meninggalkannya duluan di kafe mengerjakan beberapa tugas.
Akhirnya jam kuliah pun usai, kali ini Jeany akan kembali ke rumah untuk merehatkan sedikit penat yang mengusik jiwa raganya.
Sebelum akan melangkah kan kakinya pulang. Jeany menelesir segala sudut kampus untuk mencari dimana keberadaan Lintang.
Bruk..!!!
"Lintang! Hai ngapain sih lari-lari? Pake nabrak segala lagi!"
Nafas Lintang terengah-engah karena tampak sehabis lari.
"Gue nyariin elu neeek," sahut lintang yang tampak berusaha mengatur nafasnya yang tersengal – sengal.
"Btw ada yang titip salam ke Lu tuh," Lintang sambil tersenyum-senyum menggoda.
"Siapa?," tanya Jeany dengan wajah penasaran.
"Jordan," lirihnya.
"Lagi?" lirih Jeany dan memutar bola matanya.
"Idih, sok jual mahal sih Lu," celetuk Lintang pada Jeany yang menatapnya malas.
"Gue perhatiin kayaknya tu cowok naksir deh ama Lu, Lu tau gak tiap kali kita berpapasan ama tu cowok, matanya gak putus–putus tau mandangin Lu, peka dikit napa?" dengan semangat empat lima Lintang nyerocos panajng lebar. Sementara Jeany Cuma diam tampa merespon Lintang.
Sore itu Jeany duduk santai teras rumah nya sambil menikmati hembusan angin sepoi–sepoi ditemani segelas cholatos hangat kesukaannya. Entah kenapa tiba–tiba ucapan sahabatnya itu seakan–akan tergiang–ngiang di telinganya. Raut wajah cowok yang bernama si Jordan itu seakan–akan ikut menari–nari di pikiran.
"Duuuh...!!! ngeganggu banget nih cowok, " bisik Jeany dalam hati.
"Edan nih, kenapa gue malah mikirin tu cowok yaah? Gak bisa dibiarin nih!," gumam Jeany.
Gadis itu mengalihkan posisinya yang tengah duduk, sontak berdiri. Mencoba untuk menetralkan pikirannya, agar tak selalu tertuju pada pria yang baru ia temui saat di kampus tadi.
Naluri dan hatinya tak bisa di ajak kompromi, masih saja tetap berdetak dan tak bisa lepas dari pria yang di sapa Jordan itu.
Aku selalu di bully, dikucilkan dan di anggap aneh serta mengerikan. Semua karena sisik ular yang berwarna keemasan di sebagian wajahku. Bukan itu saja, Sebelah mataku berwarna sama dengan wajahku yang bersisik, berbeda dengan mataku yang sebelahnya lagi berwarna hitam. Sehingga rambutku yang panjang sengaja ku tata menutupi kekurangan pada sebagian wajahku. Aku sangat takut ketika aku tiba-tiba sudah berada di hutan belantara yang masih perawan, yang belum terjamah oleh tangan manusia. Aku sangat kaget luar biasa ketika aku di temui oleh ular bersisik pelangi yang sangat indah. Aku semakin ketakutan ketika ular tersebut bisa bicara, dan anehnya ular tersebut tau namaku dan dia memanggilku dengan sebutan tuan Putri. Kejadian-kejadian aneh pun kerap aku alami.
Ketika pengabdian seorang istri harus di balas dengan sebuah pengkhianatan. Hingga tragedi tragis pun terjadi menimpanya, apakah ini sebuah rencana buruk. Hingga pembunuhan diatur seolah-olah menjadi sebuah kecelakaan. Bagaimana kelanjutan nasib seorang Alana, istri tak dianggap yang telah menyerahkan segenap jiwanya pada sang suami yang begitu sangat ia cintai.
"Jangan pernah memaksa seseorang untuk bisa menjadi yang diharapkan. Akan tetapi, biarkan dia berfikir untuk bisa menjadi lebih baik. Karena yang serius akan berubah sendirinya tanpa di minta apalagi dipaksa!" - Bhalendra Alaska Arlic ___ "Lo mau ngapain? Mau tetap bertahan? Sampai kapan, menunggu setan berubah menjadi malaikat, cinta itu cuma omong kosong Alaska, kecuali beneran jatuh di orang yang tepat!" -Johannes Azka Ini tentang Alaska, yang berkali-kali dipatahkan namun tetap bangkit dan berusaha terlihat kuat. Tentang cinta yang tak pernah bahagia, semua akan baik-baik saja jika seandainya ia tak pernah merasakan sebuah rasa cinta. Pertemuannya dengan Yesaya, tidak membuat perubahan apa-apa, melainkan sakit hati trauma yang sangat lama. Namun, saat kehadiran orang baru. Apakah Alaska bisa untuk membuka pintu hatinya lagi?
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Memiliki wajak cantik dan tubuh sempurna justru mengundang bencana. Sherly, Livy dan Hanny adalah kakak beradik yang memiliki wajah cantik jelita. Masing-masing dari mereka sudah berkeluarga. Tapi sayangnya pernikahan mereka tak semulus wajah yang dimilikinya. Masalah demi masalah kerap muncul di dalam hubungan mereka. Kecantikan dan kesempurnaan tubuh mereka justru menjadi awal dari semua masalah. Dapatkah mereka melewati masalah itu semua ?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Riana menikah muda dengan lelaki bernama Reynald, tetapi hubungan mereka tidak disukai oleh Mayang selaku ibu kandung Reynald karena lima tahun pernikahan tidak kunjung memberikan anak. Memiliki suami yang kerap kdrt dan mertua yang membenci, membuat Riana mulai merasa jenuh dengan hubungannya dan puncaknya ada wanita lain masuk ke dalam hubungan mereka dua, alhasil Riana memilih mundur
BERISI ADEGAN 21++ Rendi Satria, pria berusia 28 tahun yang memiliki postur tubuh yang ideal juga wajah yang tampan, hal itu menjadi daya pikatnya sangat kuat dan banyak perempuan yang terpesona akan ketampanannya. Namun Rendi sudah memiliki kekasih, yaitu Lisna. Perempuan yang sangat ia cintai. Akan tetapi kedua orangtua Lisna tidak menyetujui hubungan mereka lantaran sat itu Rendi tidak memiliki pekerjaan tetap. Suatu hari Rendi ditawari pekerjaan untuk menjadi gigolo oleh tantenya sendiri. Maka dari itu Rendi bersedia demi bisa membuktikan kepada kedua orangtua Lisna. Lantas apakah yang akan terjadi dengan Rendi? Alangkah dia benar-benar menikahi pujaan hatinya? Simak dan ikuti kisahnya.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."