Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Menikahi Suster Cantik
Menikahi Suster Cantik

Menikahi Suster Cantik

3.5
97 Bab
3.1K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Brian Carlos Pratama. Pria yang berstatus menjadi Dokter disalah satu Rumah Sakit yang ada di Korea Selatan. Brian mempunyai karakter yang sangat baik dan ramah walau wajahnya terlihat seperti pria dingin yang tak berperasaan. Sifat dan wajahnya benar-benar bertolak belakang. Brian mempunyai seorang Perawat yang bekerja dibawahnya Perawat itu bernama Fayyana Bethani. Perempuan yang cukup terbilang cantik anggun dan sangat ramah. Tidak heran semua pria menyukainya dan itu juga berlaku pada Brian. Entah bagaimana Brian dengan beraninya menyukai perawat yang akan segera menikah. Ia tak peduli saat orang lain menganggapnya perusak hubungan orang. Yang penting ia bisa mendapatkan Betha perempuan yang ia cintai. Apakah Brian berhasil mendapatkan cinta Betha?

Bab 1 Dokter Brian

"Selam--" ucapan wanita ini terpotong saat seorang pria terlebih dahulu menyapanya.

"Selamat pagi, Nona Betha."

Sapaan sopan dan senyuman pria itu mengalihkan pandangan Betha. Seseorang pria tampan bermata cokelat, lengkap dengan seragam putih kebanggan pria tersebut.

Siapa lagi kalau bukan Brian Carlos Pratama, yang kerap disapa dengan sebutan Brian. Pria berumur kurang lebih 28 tahun yang berprofesi sebagai Doktor Spesialis Anak di Hospital West.

Wajahnya sangat tampan, bahkan banyak yang mengaguminya. Dia masih single, banyak wanita yang menginginkannya, tapi Dokter Brian tidak tertarik pada semua wanita yang berada disini. Lagipuula, ia sedang fokus dengan pekerjaannya sekarang dan juga salah satu wanita yang ia kejar.

Betha membalas dengan senyuman ramahnya.

"Selamat pagi Dokter Brian. Tumben datang lebih cepat?" tanya wanita itu dengan sopan.

Fayyana Bethani, atau kerap disapa dengan sebutan Betha ini menjabat sebagai seorang perawat yang bekerja di rumah sakit ini. Wajahnya bisa dibilang sangat muda. Ia masih berumur 26 tahun, sangat anggun, agak cuek, ramah, tapi sayangnya alergi dengan pria yang tidak dikenalinya.

Betha duduk di kursi miliknya. Dan melihat daftar pasiennya.

"Ya, aku ingin bertemu dengan seseorang. Jadi, agak pagian sedikit," jawab Brian sambil tersenyum manis pada wanita tersebut.

Kening Betha mengkerut sesaat, lalu mengambil tas khusus buat melayani pasien.

"Aku kerja dulu ya, Dok," ucap Betha bangkit dari kursinya, lalu melangkah keluar dari ruangannya.

Brian melirik jam tangan yang berada ditangannya, lalu mengambil peralatan yang akan dipakai.

"Kenapa harus sepagi ini? Padahal baru jam setengah enam. Harusnya nge-check pasien bukannya jam enam?" tanyanya pada diri sendiri, dia mengambil jas lalu mengenakannya.

"Selamat pagi Dokter Brian," sapa Cery, Suster lainnya.

"Pagi juga Suster Cery."

"Loh, Dok? Bukannya Dokter izin cuti? kenapa masih kesini?" tanya Cery dengan polosnya.

"O-oh ya? Aku tidak pernah mengatakan itu sepertinya," ucap Brian sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dengan sedikit ringisan kecilnya.

"Emang iyaiya? Yaudah Dok saya minta maaf." Cery menunduk sopan, lalu melanjutkan jalannya ke dalam.

Brian menghela napasnya, tapi benar yang di katakan Cery barusan, kemarin memang dia ingin izin cuti karena ada acara. Tapi, acaranya tertunda karena ada problem sedikit.

Sedangkan di tempat lain?

"Selamat Pagi Adik, sudah sehatan?" tanya Betha dengan nada lembutnya, sambil meletakkan tas khusus pasien.

"Pagi Suster. Sudah kok," ucap Adik itu dengan nada pelan.

Betha tersenyum manis. "Sudah makan belum?"

"Belum Suster."

"Belum dikasih makanan ya? habis ini Suster Cery bawain makanan ke Adik, tunggu ya," ucapnya dengn nada dikecilkan.

"Eh Suster? Mau ganti infusnya ya?" tanya Ibu dari anak kecil itu.

Betha menoleh melihat orangtua anak ini, lalu tersenyum kecil.

"Iya Bu," ucapnya dengan sopan.

"Ah Ibu, tidak mau, sakit ...." rengek Anak itu menoleh ke Ibunya. Betha tersenyum kecil, sempat menghela napasnya karena susah sekali kalau lagi memancingnya agar bisa menyuntiknya.

"Tidak sakit kok Dik, cuma di ganti saja infusnya okey. Tuh kasian darahnya sudah keatas."

"Tidak Ibu, hiks ... Hiks ..." Anak kecil itu menangis samhil sesenggukan.

Betha mengusap rambut Adik itu. "Nama Adik siapa heum? Irfan bukan?"

"Iya Kak," ucap Irfan sambil menganguk pelan, sambil terisak pelan.

"Irfan kan laki-laki, kenapa harus takut sama jarum suntik? Irfan mau sembuh kan?" tanya Betha dengan hati-hati. Dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, dengan pelan dia mencabut selangnya untuk di ganti dengan selang baru.

"Iya, ihh Ibu! Huahhh ...!"

Tangan Irfan tidak bisa diam, alhasil suntikan yang mau di suntik diinfusnya jatuh kelantai.

"Irfan! Tidak boleh begitu sama Suster!" bentak Ibunya, membuat Irfan menunduk ketakutan sambil terisak pelan.

"Eh Bu, tidak apa-apa kok Bu, jangan dimarahi."

"Ada apa ini? Irfan tidak mau disuntik lagi? Padahal disuntik sama Suster cantik. Kalau Dokter sih mau-mau saja soalnya disuntik sama Suster cantik," gurau Brian yang baru saja memasuki ruangan Irfan.

Betha menoleh kearahnya, sungguh dia sangat muak dengan gombalannya. Tapi bagaimana lagi, kalau dilanjutin pasti akan menambah masalah.

"Tuh kan Dokternya saja mau disuntik, masa Irfan Tidak?"

"Tidak mau Ibu ...." rengek Irfan sambil menggoyangkan tangan Ibunya, dia terus mengadu ke Ibunya.

"Lihat, Dokter Brian punya permen." Brian merogoh saku jasnya terdapat permen yang memang sudah disediakan untuk anak kecil, ya untuk berjaga-jaga juga.

"Irfan mau!"

"Eits ... Syaratnya Irfan mau disuntik dulu biar sembuh."

"Yahh ...."

"Nah Suster suntik dulu yah," ucap Betha sambil menyuntik infusnya, terlihat Irfan sedikit meringis kesakitan.

"Nah sudah, Irfan pinter banget." Betha mengusap lembut rambut Irfan.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 97 97. END - KEMBAR ARKA - ARSHA   04-19 16:37
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY