/0/16757/coverbig.jpg?v=80262f4ae88fc4d14802688762ba1d8a)
Maya, wanita yang terlahir dari keluarga kaya raya harus menerima perlakuan buruk dari suami dan mertuanya hanya karena menyembunyikan identitas asli tentang kekayaannya. Dirga, Laki-laki yang memintanya berulang kali kepada kedua orang tuanya nyatanya hanya memandang sebelah mata dan hanya menginginkan uang tabungan yang Maya miliki. Maya sangat ingin mengakhiri hubungannya namun tidak semudah yang ia kira karena ia harus mempertahankan pernikahannya untuk mempertahankan kondisi orang yang sangat di cintainya. Akankah Maya berhasil pergi dari belenggu keluarga Dirga, ataukan Maya selamanya akan di jadikan budak oleh Dirga dan Ibunya.
"Sedang apa kamu di sini? Tuh cucian masih numpuk!" seru ibu mertuaku saat aku tengah duduk di dekat pintu.
Sudah sekitar lima bulan sejak pernikahanku dengan Bang Dirga dilaksanakan, aku dengan terpaksa harus ikut tinggal di rumah mertuaku. Bagaimana tidak terpaksa jika saja di rumah ini aku diperlakukan layaknya pembantu. Belum lagi aku juga harus bekerja untuk perekonomian keluarga ini. Belum cukup penderitaanku hanya di situ, setiap gaji yang harusnya aku dapatkan malah diambil alih oleh Bang Dirga dan diserahkan kepada ibunya yang ingin selalu terlihat modis.
"Aku capek, Bu. Istirahat sebentar ya," pintaku memelas.
"Tidak ada istirahat-istirahatan. Ini sudah siang sebentar lagi kamu kerja. Kalo kerjaan rumah gak beres siapa yang mau beresin. Ibu mana mau mengerjakan kerjaan pembantu seperti itu," tukas ibu mertuaku.
Bagi Ibu dan kakak iparku, mengerjakan pekerjaan rumah itu hanya pantas dilakukan oleh seorang pembantu. Jadi meskipun mereka menganggur dan hanya ongkang-ongkang kaki mereka tidak akan sudi untuk mengurus rumah ini.
"Kalo pekerjaan rumah belum selesai kamu gak boleh berangkat kerja. Kamu harus selesaikan pekerjaan rumah dulu baru boleh kerja." Ibu melotot kepadaku.
"Tapi, Bu kalo gak kerja aku gak dapat uang," aku menunduk. Menyembunyikan raut kesalku agar ibu mertuaku tidak mengetahui itu.
Aku ingin agar ibu hanya mengetahui bahwa aku menantu yang lemah dan penurut sebelum akhirnya akan kuberi kejutan yang mengesankan.
"Halah sok gaya kamu, kayak gaji berapa aja. Cuma pegawai biasa aja belagu sok-sokan mau datang tepat waktu," kata ibu mertuaku penuh cibiran. "Dibayar berapa kamu sama bos di tempat kerja kamu sampe suka banget datang tepat waktu kayak gitu? Untuk kebutuhan kamu satu bulan saja kurang udah berani ngelawan, Ibu. Makanya cari kerja tuh yang bener. Yang gajinya gede jadi bisa bayar pembantu buat urusin rumah. Masa ibu yang urusin rumah, bisa kasar nanti tangan ibu," sambung ibu mertuaku.
Gaji dengan posisi karyawan sepertiku saat ini memanglah sedikit. Hanya mampu menutupi kebutuhan rumah tangga satu bulan. Itupun harus pandai berhemat. Tapi seharusnya itu menjadi hakku seratus persen bukan. Kebutuhan rumah tangga itu seharusnya di tanggung oleh suami tapi di sini akulah yang harus jadi tulang punggung keluarga ini. Mengabdikan waktu dan tenaga untuk kebutuhan seisi rumah.
"Cepetan kerjakan, atau kamu tidak ibu kasih makan untuk hari ini," ancam ibu.
"Ba-baik, Bu," ucapku seraya berlalu ke tempat dimana setumpuk cucian telah menantiku.
Bukanya aku lemah dengan tidak pernah melawan setiap perlakuan mereka terhadapku. Tidak, aku bisa membalasnya dengan mudah hanya saja aku ingin melihat sampai mana mereka bisa merendahkanku seperti ini. Toh tanpa mereka pun aku masih bisa hidup dengan layak bahkan sangat jauh dari kata layak.
"Nanti kamu gajian kan, May?" tanya kakak iparku saat aku tengah mencuci baju miliknya.
"Iya, Mbak," jawabku tanpa menoleh kepadanya.
"Nanti kasih ke aku lima ratus ya jangan kasih ke Ibu semua. Aku perlu uang untuk beli baju couple dengan suamiku," Mbak Sinta berujar dengan penuh penekanan.
"Tapi, Mbak. Semua gajiku di kirim ke rekeningku sedangkan kartu ATM ku saja di pegang Bang Dirga," jujurku karena memang demikian meskipun aku masih memiliki kartu ATM yang lainnya. Yang tak seorangpun tahu.
Sejak menikah dengan Bang Dirga lima bulan lalu memang aku sudah tidak pernah lagi mengetahui dimana kartu ATM dan tinggal berapa uang yang ada di dalamnya.
Dulu sebelum aku menikah dengan Bang Dirga aku memiliki tabungan yang lumayan di rekeningku. Bahkan aku bisa menggunakan uang gajiku untuk memenuhi kebutuhan serta menabung sedikit demi sedikit untuk kebutuhan yang akan datang. Tapi, setelah aku menikah dengan Bang Dirga dengan paksa Bang Dirga mengambil buku rekening serta kartu ATM ku.
"Kamu minta sama Dirga lah," sinis Mbak Sinta kearahku.
Bagaimana aku akan meminta uangku pada Bang Dirga sedangkan untuk makanku saja sering kali hanya menggunakan mie instan dengan alasan harus mengirit dan setiap makanan enak di rumah ini di simpan di lemari dan kuncinya ibu yang menyimpannya.
"Bukankan Mbak selalu mendapatkan jatah dari Bang Dirga setiap bulannya. Mengapa meminta lebihan, Mbak?" tanyaku karena memang setiap Bang Dirga gajian Ibu dan Mbak Sinta, kakak iparku selalu di berikan jatah bulanan yang lumayan besar.
"Di mintain uang segitu aja pelitnya minta ampun kamu, May. Dasar orang miskin gaji secuil aja belagu. Besok kalo aku punya uang lebih dari gaji kamu gak akan sudi aku pake uang kamu lagi," ucap Mbak Sinta geram. Ku lihat wajahnya mulai memerah menahan emosi.
Memangnya dia siapa seenak jidatnya saja meminta uang padaku. Dia pikir gampang apa cari uang. Aku saja yang kerja ingin segala sesuatu harus di tunda dulu. Bukan karena uang tapi karena sebuah alasan.
"Heh, Babu. Nyucinya cepetan dong. Mau terlambat kamu ke tempat kerjamu?" seru ibu berjalan dari arah dapur menghampiriku.
Aku sudah biasa di panggil Babu atau sejenisnya di rumah ini. Mungkin namaku hanya mereka sebut saat mereka memerlukan uangku. Selebihnya hanya panggilan-panggilan tak mengenakan hati yang mereka sematkan untukku.
Aku bergegas menyelesaikan cucianku mengingat hari sudah semakin siang. Buru-buru aku bersiap tidak ingin terlambat bekerja hari ini. Biarlah perutku lapar. Aku bisa mengisinya nanti di tempat kerja yang terpenting aku bisa datang tepat waktu.
Aku membangunkan Bang Dirga dan menyiapkan semua kebutuhan dia untuk berangkat bekerja. Memang dia merupakan seorang karyawan pada salah satu bank swasta tapi sifat pemalasnya membuat Bang Dirga acap kali datang terlambat dengan menggunakan berbagai alasan yang akan di pakainya untuk mengelabuhi atasannya.
"Bang, bangun ini sudah siang. Aku mau berangkat bekerja. Seragam dan makanan untuk sarapan sudah aku siapkan."
"Apaan sih, ganggu aja. Aku masih ngantuk," gumam Bang Dirga dalam tidurnya.
Memang semalam Bang Dirga menonton siaran laga sepak bola sampai pagi buta. Mungkin karena itulah Bang Dirga masih sangat mengantuk untuk saat ini.
"Kamu harus kerja, Bang ini sudah siang," ucapku lagi sambil menggoyangkan tubuhnya. Berharap Bang Dirga akan segera bangun dan aku bisa berangkat bekerja.
"Udahlah sana berangkat. Bisanya cuma mengganggu saja kamu jadi istri," Bang Dirga mendorongku sampai aku tersungkur ke belakang
"Astagfirullah," ucapku mengelus dada.
"Jadi istri yang berguna sedikit kenapa sih. Sudah kerja gaji pas-pasan. Muka pas-pasan, penampilan gak ada menarik-menariknya. Miskin pula!" ucap Bang Dirga sambil memiringkan tubuhnya membelakangiku
Apa katanya tadi. Muka pas-pasan dan penampilan gak ada menarik-menariknya. Dia pikir dulu siapa yang ngejar-ngejar sambil mohon-mohon untuk di terima cintanya. Kalo bukan karena kasihan juga aku ogah mau nikah sama dia. Apalagi jika tau sifat aslinya seperti ini.
Ku langkahkan kaki keluar dari kamar membiarkan Bang Dirga yang masih terlelap. Bodo amat lah jika Bang Dirga kena omelan nanti di kantor. Kan aku sudah membangunkannya. Dia nya saja yang tidur seperti kerbau. Menjengkelkan!
Rumah tangga yang ku kira sempurna ternyata tersimpan sebuah rahasia besar di dalamnya
"Air apa yang kamu berikan untuk Adel, Tari?" "Aku, aku hanya, itu, itu air..." "Air apa?" tanyaku berusaha menahan amarah yang mulai bergejolak dalam dada. "Itu air susu Adel, Mas." jawab Tari dengan gugup "Air apa? aku tahu susu Adel habis, lalu apa yang kamu berikan untuk anakku?" Bentakku dengan membanting dot bayi yang masih terdapat setengah isinya saat Tari tak kunjung juga menjawab pertanyaanku. Bukannya menjawab pertanyaanku, Tari malah hanya berdiri mematung dengan air mata yang terus menetes dengan derasnya dari pelupuk matanya.
Maya terpaksa menggantikan posisi adik perempuannya untuk bertunangan dengan Arjuna, seorang pria cacat yang telah kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga. Pada awalnya, mereka hanyalah pasangan nominal. Namun, segalanya berubah ketika identitas Maya yang sebenarnya secara bertahap terungkap. Ternyata dia adalah seorang peretas profesional, komposer misterius, dan satu-satunya penerus master pemahat giok internasional .... Semakin banyak yang terungkap tentang Maya, Arjuna semakin merasa gelisah. Penyanyi terkenal, pemenang penghargaan aktor, pewaris dari keluarga kaya - ada begitu banyak pria yang menawan sedang mengejar tunangannya, Maya. Apa yang harus dilakukan Arjuna?!
21++++ Hanya untuk dewasa. Romance comedy dengan unsur dewasa. Penyebar brosur dan pelayanan bar. Dua pekerjaan yang saat ini Kayla lakoni. Di tengah pekerjaannya menyebar brosur makanan, ia bertemu dengan Andreas yang tak tahu wajahnya. Namun cara pertemuan Kayla dengan Andreas dalam kostum badut, bertolak dengan pertemuan Kayla di bar dengan Andreas. Pertemuan di bar berakhir sangat panas dan menggairahkan. Namun karena gairah itulah Andreas menawarkan pekerjaan model pada Kayla. Namun siapa sangka, Andreas ternyata menyukai Kayla dalam kostum badutnya. Dan memusuhi Kayla yang kini menjadi modelnya. Tapi apa yang terjadi saat Andreas tahu, jika Kayla ternyata Rilla yang ada dalam kostum badut tersebut. Kisah panas dan menggairahkan
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
21++ Bocil dilarang mampir Kumpululan Kisah Panas Nan Nakal, dengan berbagai Cerita yang membuat pembaca panas dingin
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?