u saat ku lihat Bang Dirga masih asyik duduk di so
u ini," jawabnya santai dengan pan
gur loh. Kan kemarin abis terlambat sampai gak masuk kantor," ucapku memperingati tentang
mu yang kerja. Ngapain aku susah-susah kerja. Kan ada kamu," jawabnya
mbantu bukan harus jadi yang utama jadi tulang p
Aku ceraikan baru tau ras
berlalu keluar rumah karena hari sudah
yang jadi tulang punggung keluarganya. Mana cukup dengan gaji yang selama ini di transfer ke rekeningku jika Bang Dirga menganggur. Untuk mak
ian tidak akan bahagia, Bang. Rutuku secara tidak sadah. Eh jangan ding, jangan seka
Pak siapa sih ini. Aku tau dia salah satu su
k?" tanyaku saat bapak tersebut
Bu," jawa
u ya saya belum sarapan. Bapak sudah sarapan apa belum kalo belum
baik. Tapi jika ada yang menyakitiku akan aku tunjukan rasa sakit itu sendiri. Toh bagiku aku dan semua karyawank
¤
rama ini. Ingin ku akhiri namun belum saatnya ingin ku lanjutkan aku kelaparan. Ah bodo amat lah aku lan
ng
rian dari Bang Dirga saat baru menikah dulu. Jangan mengira dia membelikanku gawai secara cuma-cuma ya. Aku harus merelakan gawaiku yang lebih men
amualaikum, ada
aik mobil bagus. Itu mobil siap
erbohong. Tidak mungkin kan aku bilang itu
," singkat pa
i
gan te
nyakan soal ini. Membuang waktuku saja. Lebih baik aku
ng Dirga tau aku tadi naik mobil sedangkan saat aku berangkat pun aku masih men
i isi kepalaku. Ternyata isi kepala yang sudah semrawu
yang bisa kalian lakukan tanpa bantua
kl
ba Ilham datang tanpa meng
uk itu pintunya di ketok d
an Bang Dirga. Ilham mengatakan Bang Dirga itu tidak sesuai dengan aslinya. Iya memang sih perkataannya
s yang harus kamu periksa," ujarnya
anyaku dengan menai
kita," jawabnya santai sambil berjalan lalu duduk pada sofa ruang kerjaku tanp
coba kita lihat dia sedang mengacak-acak isi kulkas pribadi yang sengaja aku taruh di samping sofa untuk menyimpan b
k apa tadi katamu?"
l memakan buah apel yang baru saja
ah satu staf berpengaruh di sana. Aku tidak tau posisinya apa hanya tau tempat kerjanya dan Bang
ilahkan keluar dari ruanganku!" dengan cepat ku
k u
di rumah maupun di kantor. Tapi tanpa embel-embel Bu seperti bawahan ke
keluar ada di sebelah sana Bapak Ilham yang terhormat!" ku pers
¤
ama ini ku dapatkan. Pemandangan pertama yang tersaji setelah aku pula
pulang," jawab Bang Dirg
i siang ku cetak. "Aku masuk dulu ya mau ganti baju," imbuhku seraya berla
tersebut dan membacanya. Ku amati perlaha
enggelegar di selu
ar. Pasti Bang Dirga telah selesai m