/0/15443/coverbig.jpg?v=8e0ab28cd5ca8855bff4bffee640fb89)
Diremehkan ipar? Keluarga Jihan terlalu sering diremehkan oleh kakak iparnya. Dia pun tidak diam saja saat istri dari kakak laki-lakinya itu meremehkannya
"Kamu punya simpanan uang nggak, Han? Mbak pinjam lima ratus ribu kalau ada," tanya Mbak Santi begitu masuk ke dalam rumahku tanpa mengucapkan salam.
"Ada sih, Mbak. Tapi ini simpanan untuk bayar sekolah Ayu, Mbak," jawabku membuat mata Mbak Santi berbinar.
"Ya sudah, Mbak pinjam dulu. Nanti kalau mau bayar sekolah Ayu, kamu bilang Mbak dulu," ucap Mbak Santi sambil menengadahkan tangan.
Aku berpikir sejenak, untuk apa lagi Mbak Santi meminjam uang dariku? Jika tidak aku pinjami pasti Mbak Santi akan marah.
"Baiklah, Mbak. Tapi nanti harus ada waktu bayar sekolah Ayu ya, Mbak?" tanyaku ragu untuk meminjami uang Mbak Santi.
"Iya-iya, Han. Kamu kan lihat sendiri usaha Mas Doni lagi bagus-bagusnya. Nanti kalau Mas Doni sudah kasih Mbak uang, pasti akan aku ganti uangmu."
Aku melangkah dengan enggan menuju kamar untuk mengambil uang yang akan dipinjam Mbak Santi.
Begitu masuk ke dalam kamar, aku bergegas membuka laci lemari dan mengambil lima lembar uang seratus ribuan. Rencananya uang ini memang untuk membayar biaya pendaftaran Ayu yang akan memasuki TK.
Aku menghela nafas pelan, bukan aku tidak mau meminjami Mbak Santi uang, tapi Mbak Santi terlalu sering meminjam uang padaku. Padahal usaha Mas Doni bisa dibilang lancar dibandingkan dulu. Bahkan sudah berkembang pesat.
Mas Doni adalah saudaraku satu-satunya. Kami memang hanya dua bersaudara. Orangtua kami pun sudah meninggal karena kecelakaan saat aku masih duduk di bangku SMP, sehingga usaha yang dirintis orangtua kami dilanjutkan oleh Mas Doni.
Orangtua kami mewariskan sebuah toko kain yang lumayan besar. Dulu sewaktu Mas Doni belum menikah dengan Mbak Santi, dia selalu memberikan lima puluh persen keuntungan penjualan padaku. Tapi semenjak Mas Doni menikah, aku hanya diberikan sepuluh persen dari keuntungan penjualan.
Aku tidak pernah mengeluh untuk itu, karena memang Mas Doni lah yang mengelola toko itu sepenuhnya. Aku tidak pernah membantu apapun, karena setelah lulus kuliah aku langsung dilamar oleh Mas Irfan.
Dengan langkah malas aku keluar dari kamar. Tampak wajah Mbak Santi tersenyum semringah.
"Ini Mbak, jangan lupa dikembalikan waktu pendaftaran Ayu ya, Mbak?" ucapku sembari menyodorkan uang yang akan dipinjam Mbak Santi.
"Iya-iya, jangan takut nggak Mbak kembalikan. Lihat tuh, usaha Masmu makin berkembang," sahut Mbak Santi sembari meraih uang yang aku sodorkan dengan tidak sabar.
Aku menggelengkan kepala melihat tingkah Mbak Santi. Aku heran kenapa bisa Mas Doni yang baik hati mendapatkan istri seperti Mbak Santi.
"Ya sudah, Han. Mbak pamit dulu." Mbak Santi pergi tanpa mendengar jawaban dariku.
Aku kembali meneruskan pekerjaanku yang tertunda karena kedatangan Mbak Santi.
***
"Bu ... Ibu," panggil Ayu sembari berlari dari luar rumah.
Aku menoleh begitu melihat sosok Ayu yang hendak menghampiriku. Kuletakkan kue yang sudah aku kemas di atas meja. Sebagai kesibukanku di kala jenuh, aku menerima pesanan kue dari para tetangga.
"Ada apa lari-lari, Sayang?" tanyaku menyambut kedatangan putriku.
Ayu menghambur ke dalam pangkuanku, dia merebahkan kepalanya di pundakku.
"Ibu tahu nggak, kalau Budhe Santi baru saja membeli motor baru? Motornya bagus deh, Bu. Kapan ya, ayah bisa membelikan motor seperti punya Budhe Santi?" tanya Ayu dengan wajah polosnya.
Aku mengulum senyum menanggapi pertanyaan Ayu, tanganku mengelus puncak kepalanya dengan lembut.
"Nanti ya, Nak. Kalau ayah ada rejeki lebih, InsyaAllah ayah pasti akan membelikan Ayu motor baru," ucapku menghibur Ayu.
"Bener ya, Bu? Pokok nanti kalau ayah jadi beli motor baru, Budhe Santi juga nggak boleh pegang-pegang."
"Lho kok gitu? Memangnya kenapa kok Budhe Santi nggak boleh pegang-pegang?" tanyaku penasaran.
"Habis, tadi Ayu pegang motor sedikit saja sudah dimarahi sama Budhe. Tangan Ayu kan bersih, Bu," jawab Ayu membuatku sedikit terkejut.
"Masak sih Budhe gitu?" tanyaku tidak percaya dengan ucapan Ayu.
"Iya, Bu. Lihat nih, tangan Ayu sampai merah dipukul Budhe gara-gara pegang motornya," jawab Ayu sembari memperlihatkan tangannya yang sedikit memerah.
Aku geram dengan sikap Mbak Santi yang memukul Ayu hanya karena masalah sepele. Aku menyesal telah meminjamkan uang padanya.
Segera kuambil ponsel untuk menelfon Mbak Santi. Tapi sebelum menelfon Mbak Santi, mataku berbelalak melihat status WA yang baru saja diunggah Mbak Santi.
Status WA dengan foto sebuah motor dan bertuliskan [Alhamdulillah, akhirnya bisa membeli motor impian. Yang tidak bisa jangan sirik, ya! Apalagi pegang-pegang.] diakhiri dengan emot tertawa.
Aku mengelus dada melihat status Mbak Santi, bisa-bisanya dia tadi meminjam uang padaku, jika dia akan membeli montor.
Seharusnya uangnya banyak jika dia mampu membeli montor, aku benar-benar menyesal telah meminjamkan uang pada Mbak Santi jika kenyataannya seperti ini.
Segera kucari nomer ponsel Mas Doni dan menghubunginya.
"Assalamu'alaikum, Han. Ada apa menelfon Mas?" tanya Mas Doni begitu panggilan telfon tersambung.
"Wa'alaikum salam, Mas. Jihan cuma mau tanya, Mas. Mbak Santi beli motor baru lagi?" tanyaku pada Mas Doni.
"Masak sih, Han? Mana mungkin beli motor baru, Han. Penjualan lagi menurun, nggak mungkin Mas bisa kasih uang untuk beli motor Mbakmu," jawab Mas Doni.
"Oh, ya sudah, Mas. Jihan cuma mau tanya itu saja kok. Kalau begitu Jihan tutup dulu, Mas." Aku pun mengakhiri panggilan.
Aku semakin heran dengan Mbak Santi, uang dari mana sampai Mbak Santi bisa membeli motor baru.
"Apa mungkin, Mbak Santi mengambil motor secara kredit?" gumamku pelan.
Ah sudahlah, aku tidak perlu memikirkan apa yang dilakukan Mbak Santi. Yang penting nanti saat aku butuh uang, aku akan menagih Mbak Santi.
Baru beberapa hari menikah Laras sudah ditinggal oleh suaminya untuk selama-lamanya membuat Laras menyandang status janda. Fitnah pun datang silih berganti menghampirinya. Akankah Laras sanggup menghadapi fitnah yang datang karena statusnya itu?
Tak tahan hidup miskin membuat Mas Hilman tega mengkhianatiku, menghadirkan madu di pernikahan suci kami. Dengan teganya dia menikahi seorang putri dari keluarga kaya raya. Sanggupkah aku menahan kesedihan karena pengkhianatan suami yang sangat aku cintai itu?
Masa tua adalah masa di mana tubuhku sudah tidak mampu lagi untuk bekerja. Tapi anak-anakku malah membuangku ketika aku telah berhenti bekerja. Sanggupkah aku menjalani hari tuaku dengan bahagia di saat anak-anakku malah berperilaku buruk padaku?
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."