/0/14009/coverbig.jpg?v=36b5b99bf53da257a6e76d59c177e904)
Isu pesugihan masih merupakan hal yang sering didengar dalam lingkungan pedesaan. Apalagi, jika orang itu memiliki apa yang tak bisa dimiliki oleh orang lain. Hal inilah yang dialami oleh pasangan suami-istri, Bintang dan Alisha. Keduanya baru saja pindah ke salah satu kota di Provinsi Jawa Timur karena surat tugas Bintang sebagai perwira pertama polisi. Sayangnya, tetangga mereka justru menuduh pasangan ini memelihara, bahkan menyusui tuyul. Hal ini dikarenakan beberapa kejadian aneh yang menimpa penduduk setempat sejak kehadiran Bintang dan Alisha. Terlebih, saat menemukan Bintang-Alisha membeli sebuah rumah baru di luar desa mereka. Sebenarnya apa yang terjadi? Mampukah keduanya lepas dari tuduhan ini?
"Iya, Kang, aku juga heran, kampung kita yang dulu adem ayem, kok sekarang sering ada yang ngeluh kehilangan uang."
"Apa mungkin, dugaan beberapa orang itu benar kalau Pak Bintang ngingu, (melihara) ya? Rasanya kok aneh. Padahal, setiap Jum'at dia rajin ke masjid kalau pas nggak dinas."
"Lha, Kang, ora kabeh ( tidak semua) orang yang melihara begituan nggak shalat, lah."
Kedua laki-laki yang tengah menyeruput kopi hitam dari cangkir keramik kecil itu mengangguk menanggapi pendapat temannya.
Begitulah, warung kopi di pojok gang Desa Karanglor itu selalu ramai pengunjung setiap malamnya. Beberapa laki-laki, seperti sudah menjadikan tradisi, selalu berkumpul di situ. Hanya sekadar minum secangkir kopi, menikmati sebatang rokok, dan sepiring gorengan sudah menjadi modal untuk membicarakan banyak hal hingga berjam-jam.
"Iya, kemarin Mbok Wedok (istriku) yo sambat (mengeluh) duitnya hilang lima puluh ribu. Katanya, mau buat arisan, malah amblas uangnya," celetuk seorang laki-laki bertubuh agak tambun sambil mengunyah tempe goreng.
"Barangkali, buat jajan anakmu, Kang? Kasihan tuyulnya kalau nggak ambil dituduh terus, fitnah itu!" sahut seorang pemuda dengan potongan rambut nyentrik berwarna biru, yang sedari tadi duduk di atas motor bersama beberapa teman sebayanya.
Laki-laki bertubuh tambun itu pun melemparkan sisa potongan tempe goreng ke arah pemuda yang hanya cengengesan.
"Hei, Farrel! Anakku nggak mungkin jajan, sehari habis lima puluh ribu," balasnya tak mau kalah.
Pemuda ganteng dengan tindikan di telinga kirinya itu hanya menggaruk pelipis.
"Ya, mana buktinya coba, duitnya Kang Sukir diambil tuyul? Nggak usah percaya begituan, Kang. Percaya tuh sama Allah dan Rasul-Nya."
Tak!
Sebuah jitakan mendarat di dahi pemuda yang sebenarnya berwajah tampan, yang sayangnya tengah tersesat itu.
Dia hanya meringis sambil melotot ke arah sahabatnya. "Celeng, sakit woi!" protesnya.
Temannya mencibir. "Lagian, sok agamis. Shalat saja cuma tiap Jum'at. Itu pun, karena malu kamu anaknya Pak Ustadz."
"Sialan, nggak usah bawa-bawa bapak aku, lah. Bapak ya Bapak, aku ya aku."
"Farrel, Farrel. Temanmu sudah pada gendong anak, lah kamu, masih saja menghabiskan malam keluyuran kayak gini tho, Le."
Farrel menoleh pada perempuan paruh baya berdaster batik, si pemilik warung yang membawa dua cangkir kopi di kedua tangannya.
"Iya, Budhe, nanti bikin anak dulu," sahut pemuda 24 tahun itu dengan asal yang membuat si pemilik warung malah memelototinya.
Suasana warung hening sejenak, ketika mendengar deru motor yang semakin mendekat. Beberapa lelaki berumur yang masih asyik membicarakan tuyul dan pesugihan atau sejenisnya, mendadak bungkam. Mereka saling melirik ke arah motor yang semakin mendekati teras warung.
Sedangkan, Farrel dan teman-temannya yang seperti umumnya anak muda, tak terpengaruh dengan isu mistis. Mereka memilih melanjutkan pembicaraan mengenai klub sepakbola favorit masing-masing yang tengah minim prestasi.
"Anjir, memang pelatihnya sampah, makanya jeblok."
"Begitulah, klub kalau berisi mafia," ejek salah satu dari mereka.
"Sok tahu!" seru Farrel tak terima.
"Ngomongin apa to Mas Din, Mas Farrel, serius banget?" tanya laki-laki yang turun dari motor maticnya sambil melepaskan helm.
"He he he biasa, Pak Bin, si Farrel lagi PMS," jawab Dino yang dibalas tinjuan gemas dari Farrel.
"Sialan, mulutmu!"
Laki-laki yang mengenakan jaket hitam itu pun, melangkah menuju ke pintu warung setelah menepuk pelan pundak Farrel yang mengangguk sopan padanya.Tatapan beberapa orang yang tadi membicarakan pesugihan dan sejenisnya, langsung tertuju pada laki-laki berwajah rupawan bernama Bintang yang berdiri di pintu warung.
"Assalamu'alaikum, Budhe. Masih ada gorengannya?" tanyanya santun.
"Waalaikumsalam, masih Mas. Mau apa ya, Mas?"
"Bakwan sama pisang goreng saja, Budhe."
"Ngopi, Pak Bin."
"Monggo, Pak."
Setelah membayar gorengan yang dibelinya, laki-laki itu pun pergi diiringi tatapan curiga beberapa pengunjung warung. Bahkan, ada yang mencebikkan bibir dan mengayunkan telapak tangan pada pemilik warung, yang hendak meletakkan uang dari Bintang ke dalam kaleng.
"Mbak, diludahi dulu uangnya biar nggak diambil lagi sama tuyulnya," bisiknya sambil melirik ke arah motor Bintang yang menjauh.
"Budhe aku bayar, tuh sama kopinya monyet-monyet tiga. Iih, tapi kembaliannya jangan uang itu kena air liur!" seru Farrel tanpa basa-basi.
Pemilik warung yang kepergok meludahi uang dari Bintang hanya bisa salah tingkah menghadapi ucapan Farrel. Sedangkan laki-laki bertubuh kurus yang memberikan saran pada pemilik warung menatap tak suka pada sikap Farrel.
Tetapi, bukan Farrel si ketua geng desa namanya kalau tidak bersikap tak acuh.
**
Bintang memelankan laju motornya, ketika memasuki gang menuju ke rumahnya. Mata lelaki itu menyipit, saat melihat seorang perempuan paruh baya bertubuh agak tambun mondar-mandir di halaman rumah.
Bintang membunyikan klakson lirih sambil mengangguk sopan, yang dibalas dengan anggukan kepala dari perempuan tersebut.
"Baru pulang, Mas Bin?"
"Nggih Bu, olahraga to, Bu?"
"Iya Mas, di dalam gerah."
"Oh iya, monggo, Bu.
"Mari, Mas Bin."
Bintang hanya menggeleng samar. Udara di desa ini memang terkadang cukup panas jika di saat musim kemarau atau mendekati musim penghujan. Tetapi, untuk malam ini, udara di Desa Karanglor tidaklah dikategorikan panas. Justru cenderung dingin karena seharian tadi diguyur hujan deras.
"Assalamu'alaikum," ucap Bintang sambil membuka pintu depan rumahnya setelah mencabut kembali kunci cadangan yang selalu dia bawa.
"Waalaikumsalam, Mas."
"Belum tidur, Dik?" tanyanya sambil menatap wajah ayu di depannya.
Wanita itu menggeleng pelan kemudian meraih tangan suaminya dan mencium punggung tangan laki-laki bertubuh tegap itu. Bintang membalasnya dengan mencium kening sang istri.
Setelah berganti pakaian dan membersihkan diri, Bintang mendekat ke arah Alisha, istrinya. Tatapan mata lelaki itu tertuju ke layar laptop yang masih menyala di atas meja ruang keluarga.
"Sudah malam jangan begadang, dilanjutkan besok saja."
"Besok katanya mau ajak aku jalan-jalan, Mas," sahutnya sambil menyiapkan makan malam sang suami.
Bintang hanya tersenyum dan mengangguk. Rasanya, memenuhi keinginan istrinya untuk jalan-jalan, merupakan hal yang sangat menyenangkan. Walaupun hanya ke danau atau makan nasi pecel di pinggir danau. Mengingat kesibukannya, menjadi abdi negara yang tidak mempunyai waktu libur tetap.
Alisha mengambil sepotong pisang goreng kesukaannya dan mengunyah sambil kembali menatap layar laptop. Sedangkan Bintang duduk di sampingnya tengah menikmati makan malam sederhana buatan sang istri.
"Tadi sewaktu arisan di rumah Bu RT, ramai bicara duit ilang, duit ilang begitu, Mas."
Bintang menghentikan kunyahannya. Perhatian laki-laki itu dari layar televisi kini berganti pada Alisha yang masih fokus ke layar laptop.
"Duit ilang?" tanyanya dengan kening berkerut.
Alisha mengangguk lemah. "Hmm, katanya di desa ini ada yang melihara pesugihan, Mas. Dan sepertinya, mereka ada yang curiga sama kita," jawab Alisha dengan raut wajah sedih.
****
Pernikahan impian yang sempurna bagi Kenanga, harus ternoda ketika Dion,sang suami, mendua. Mirisnya orang ketiga dalam pernikahan mereka adalah kakak tiri Kenanga itu sendiri. Situasi semakin rumit ketika Devano, sahabat masa kecil Kenanga datang dan mengejar cinta wanita itu.... Mampukah Kenanga bertahan dalam pernikahan poligami dengan kakak tirinya? Atau justru terjebak dalam cinta Devano?
Maryati bertekad menjadi TKW ke Taiwan sebagai penjaga lansia. Dia rela meninggalkan anak dan suaminya demi memperbaiki perekonomian keluarga. Namun, rupanya, Maryati terjebak salah pergaulan ketika telah mendapatkan gaji yang besar. Dia mulai mengabaikan keberadaan Irwan, suaminya, dan menjalani hubungan terlarang dengan laki-laki lain yang juga seorang TKI di negara Formosa itu. Cita-cita membangun perekonomian keluarga runtuh sudah, ketika Irwan mengetahui perselingkuhan sang istri. Pada akhirnya, penyesalan tinggal penyesalan. Ketika semua tidak lagi berjalan seperti yang diharapkan Maryati. Lalu, bagaimana nasib Maryati selanjutnya? Apa Irwan mau membuka hati pada Maryati ketika wanita itu kembali? Di sisi lain ada Ajeng, gadis tomboy yang menawarkan cinta tulus pada Irwan. Note: Cerita ini terinspirasi dari banyaknya kejadian rumah tangga yang karam karena menjalani LDR. Semua nama tokoh adalah fiktif, sedangkan nama-nama tempat sebagian real.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Aku, Sonia, seorang wanita berusia 23 tahun, terjebak dalam masalah keuangan yang parah akibat hutang pengobatan anakku yang mengidap Thalassemia dan harus menjalani perawatan medis yang sangat mahal dan berkelanjutan. Hidupku yang penuh kesulitan berubah drastis ketika aku bekerja dengan Mr. Wei, seorang CEO sukses berusia 45 tahun. Di tengah kemelut keuangan dan tekanan emosional, aku menemukan pelarian dalam pelukan Mr. Wei. Kehangatan dan dukungan yang dia berikan membuatku merasa dihargai dan dicintai, sesuatu yang telah lama hilang dalam pernikahanku. Namun, kebahagiaan kami tidak lepas dari konflik; suamiku mulai curiga dan berbagai rintangan muncul, menguji keteguhan hati kami. Cerita ini menggambarkan dinamika cinta yang penuh gairah dan sakit hati, pengkhianatan yang menyakitkan, serta pencarian jati diri dan pengampunan. Dengan latar belakang kehidupan kami yang kontras, aku dan Mr. Wei harus menghadapi pilihan-pilihan sulit dan mempertanyakan nilai-nilai yang kami anut. Akankah cinta kami mampu mengatasi semua rintangan? atau akankah kami terperangkap dalam lingkaran drama dan penderitaan?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.