"Aku pulang, Nis. Aku kangen banget sama kamu... Ayo, kita nikah," sebut Adimas pelan pada wanita yang dirindukannya. Adimas Sagala kembali setelah tujuh tahun lamanya meninggalkan Anissa dengan segala situasi yang menghancurkan hidupnya. Reuni SMA yang tidak pernah Anissa datangi selama ini malah mempertemukannya lagi dengan sang cinta pertama. Akankah Anissa bisa menerima kehadiran Adimas kembali setelah keadaan berubah? Apa Adimas juga bisa menepati janjinya untuk membahagiakan Anissa setelah merangkai hati Anissa yang sudah hancur?
"Pak, turunin saya di sini aja. Ini ongkosnya, Pak!" ujar wanita muda beriris cokelat itu pada sang sopir, sambil menyerahkan selembar uang kertas biru sesuai argo, setelah taksi berwarna biru langit dengan lambang burung biru itu pun berhenti di lobi masuk Shinning Hotel.
Setelah menarik dan membuang napas sejenak, wanita muda itu turun. Ia tampak anggun dengan Tunik Asimetris berwarna putih dengan corak mawar maroon kecil yang senada dengan warna jahitan pakaiannya yang mengerucut di bagian bawah. Sneakers dan tas kecil di tangannya juga dipadukan warna seperti pakaiannya hari ini-putih.
Rambut lurusnya yang terurai bebas ditambah dengan riasan simple khas anak muda di wajahnya yang cantik, membuat siapa saja yang memandangnya bak melihat setangkai mawar putih dengan sedikit corak maroon, sederhana tapi selalu anggun.
"Kamu Annisa? Ya, ampun... Kamu datang juga? Akhirnya..." ucap heran seorang wanita muda seumurannya saat melihat sosoknya ada di sana juga.
Annisa Lesmana, wanita muda berusia 24 tahun itu mengangguk sambil tersenyum sebelum menjawab dan bertanya balik, "Hmm, aku datang. Pak Rangkuti udah di dalam?"
"Belum. Kami juga lagi nungguin Pak Rangkuti sama anak-anak lain. Kamu masuk aja dulu ke dalam. Pasti semuanya kaget lihat kamu datang, Nis!"
Annisa menangguk lagi, "Ya udah, aku masuk dulu,"
Hari ini adalah reuni SMA Tunas Murni yang ke-18. Kali ini sekolah terkenal di kota Bandung itu mengadakannya di Shinning Hotel dan Annisa yang merupakan alumni sekolah itu turut datang.
Setelah tujuh tahun menamatkan sekolah menengah atasnya itu, baru kali ini Annisa mengikuti acara reuni. Tapi kehadirannya hari ini pun disebabkan karena sang guru kesayangan-Pak Rangkuti memanggilnya secara langsung karena ia akan berpamitan untuk menetap di Brunai Darussalam bersama anak dan menantunya.
Adapun alasan Annisa enggan menghadiri acara tahunan sekolahnya itu karena terdapat luka menganga yang bahkan belum bisa tertutup selama tujuh tahun terakhir. Annisa berharap orang itu tidak ada di sana.
Aula tempat reuni dibuka olehnya dan pemandangan keramaian teman seangkatannya langsung membuat Annisa canggung karena setiap mata tertuju padanya.
"Apa kabar semuanya?" sapanya dengan ramah.
"Annisa? Kamu datang juga? Sini-sini!"
"Kode alam, nih! Gue harus pasang nomer!"
"Gila! Si Annisa masih cantik kayak dulu aja. Resepnya apaan sih itu anak?"
Mendengar banyak tanggapan dari setiap pemilik mata yang heran memandangnya, Annisa hanya bisa memberikan senyuman. Karena memang sejak sekolah dulu, dia hanya akrab dengan beberapa orang saja.
"Hai, Nis. Akhirnya kamu datang juga. Udah lama banget nggak ketemu kamu. Kamu apa kabar?" sapa seorang pria muda yang dulunya merupakan ketua kelas di kelas Annisa-Azmi.
"Kabarnya baik, Mi. Makanya aku di sini," jawabnya sambil mengalihkan pandangannya ke sekeliling, "Pak Rangkuti belum datang, ya?"
"Barusan aja Pak Rangkuti telepon aku. Bentar lagi sampai sini. Dia kena macet di lampu merah ujung jalan sebelum hotel. Ya udah, cari tempat duduk, gih!"
Annisa mengangguk setuju dan mencari tempat yang agak sepi untuk duduk. Meskipun ini adalah acara reuni seangkatannya, tapi Annisa memang tidak terlalu akrab, itu hanya sebatas menyapa dan mengenal.
'Semuanya berubah banget, ya? Makin cantik, makin bergaya. Udah pasti mereka jadi orang sukses,' gumamnya dalam hati sambil melengkungkan senyuman miris.
Gumamannya bukan tanpa arti saat melihat para teman sejawatnya. Itu karena SMA Tunas Murni merupakan sekolah elite di kota Bandung, dan rata-rata anak yang bersekolah di sana merupakan anak orang berada. Sudah dipastikan masa depan mereka yang tamat dari sana terjamin sukses.
Tapi Annisa tidak menyadari satu hal. Setiap mata para seangkatannya itu juga memiliki pandangan yang sama pada Annisa, kalau siswi teladan yang dikenal jenius itu juga semakin berkilau sekalipun ia melepaskan kesempatan emas yang diberikan sekolah sebagai imbalan prestasinya.
Dulu, Annisa ditawari untuk masuk ke Universitas bergengsi di ibukota tanpa biaya sepeserpun hingga tamat asalkan nilainya tetap di atas. Tapi Annisa menolak dan malah melanjutkan study di sekolah perawat.
Jika para temannya kini sudah menjadi kepala kantor, manajer, ataupun jabatan tinggi lainnya di kota besar mereka, tapi Annisa hanya menjadi perawat magang di sebuah rumah sakit swasta di kota Bandung-RSUS Grand Healthy.
Namun, Annisa tidak minder sedikit pun. Mungkin kehidupan teman seangkatannya sukses dan baik, tapi hidupnya juga tidak begitu buruk.
Sekarang Annisa sudah hidup mandiri. Dia juga sudah bisa menyicil sebuah rumah KPR bersama kekasihnya-Zaky dan tinggal bersama. Zaky adalah seorang dokter magang bagian pengobatan mata di rumah sakit yang sama dengannya.
Jadi, sekalipun tidak kaya, Annisa merasa hidupnya baik-baik saja. Hidup dengan tenang dengan masa depan yang baik bersama Zaky.
Annisa jatuh dalam lamunannya sejenak sebelum dikagetkan oleh tepukan di pundaknya dari belakang.
"Woi, anak perawan nggak boleh melamun. Jodoh Lo jauh!"
Annisa merasa lega karena yang mengagetkannya adalah sahabatnya sendiri-Novellin.
"Kalau jantung gue lompat gimana? Jantung Lo yang gue cabut terus gue tempel di sini, ya!" Annisa langsung mengomel. Bersama sobat karibnya kini Annisa jauh lebih santai.
"Siapa yang suruh Elo ingkar janji? Elo bilang mau nungguin gue di depan, tapi nggak taunya Elo masuk duluan!" Novellin juga langsung membalas.
"Gue tadi udah mau nungguin Elo. Tapi kata mereka yang di depan, anak-anak udah pada di dalam. Gue kira Elo juga udah di sini. Ya, gue masuk aja!" jawabnya riang dan sikapnya yang bocor seperti ini hanya ditunjukkan pada Novellin.
Novellin Sugiarto, 24 tahun. Seorang wanita yang energiknya sama dengan Annisa. Novellin kini bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai penerbangan domestik dan mancanegara. Novellin adalah satu-satunya sahabat dekat Annisa sejak SMA dan sampai saat ini masih terus berhubungan baik dengannya.
Bersama Novellin tidak ada sapaan 'aku-kamu' karena itu terasa canggung dan mengartikan kalau mereka tidak dekat sama sekali. Sapaan 'Elo-Gue' lebih menunjukkan kalau mereka sahabat sejati.
"Kok Elo di sini? Katanya mau terbang ke Kalimantan?"
"Gue kedapetan pesawat malam. Tadi udah gue roker sama temen gue yang berangkat pagi. Ini, kan, acara sekali setahun, masa iya gue nggak dateng buat ngelihatin alumni mana yang cantiknya hampir ngimbangin gue?" jawabnya sombong sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.
"Songong banget, Lo! Iya, deh. Novellin Sugiarto yang paling cantik se-antero SMA Tunas Murni!" cibir Annisa seketika dan mereka pun tertawa bersama.
"Eh, Pak Dokter Elo mana? Nggak diajak? Sekali-sekalinya dateng malah sendirian. Itu laki gunanya apaan, sih?" Novellin bertanya setelah menyadari kalau Annisa datang sendiri.
Annisa menggeleng, "Zaky ada operasi pagi. Nggak mungkin gue ajakin ke sini, kan?"
"Oke, gue ngerti," jawabnya singkat, "Kalian benaran jadi nikah? Elo udah pikirin bener-bener, Nis?" sambungnya bertanya. Kali ini suasana lebih tenang di antara keduanya.
Mengingat sahabatnya itu tidak memiliki perasaan yang sebenarnya pada Zaky. Lebih dari siapa pun, Novellin tahu kalau di hati Annisa akan selalu ada orang itu.
Benar saja, wajah Annisa langsung tertekuk dan menunduk. Membahas soal perasaannya pada Zaky, Annisa menjadi muram tidak berdaya.
"Memangnya gue punya pilihan? Gue sama Zaky udah kenal lama. Kita juga udah tinggal serumah. Walaupun kamar kita dipisah, tapi Zaky itu baik banget sama gue. Dia nggak pernah nuntut lebih,"
"Apa baik aja udah cukup buat Lo? Elo sendiri nggak cinta sama dia, kan? Yakin Lo mau nikah sama dia? Terus gimana sama si..."
"Ngapain disebutin lagi, sih?" Annisa langsung memotong ucapan Novellin dan raut wajahnya semakin sedih, "Dia yang ninggalin gue tujuh tahun lalu. Apa lagi yang harus gue tungguin dari dia sampai sekarang? Gue sama dia udah putus, Lin, jangan bahas dia lagi,"
Sebelum Novellin menjawab kalimat sedih Annisa, suara gaduh dari teman seangkatan mereka di ruangan tersebut membuat perhatian dua sahabat itu tergugah. Mau tidak mau Annisa dan Novellin juga ikut menoleh ke sumber keributan.
"I-itu? D-dia dateng juga?" seperti ekspresi semua teman seangkatannya, Novellin juga terperangah melihat sosok laki-laki yang tidak pernah menghadiri reuni setiap tahunnya, tapi kini malah datang bersama Pak Rangkuti.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?