/0/12504/coverbig.jpg?v=db86f5fd0a5e765ea566037121091f75)
Selama beberapa bulan kasus penyerangan terjadi secara beruntun, awalnya insiden ini dinilai sebagai kasus penyerangan acak hingga akhirnya polisi menyadari bahwa berbagai penyerangan yang terjadi memiliki pola dan jejak tertinggal yang sama. Penyelidikan mulai dikerucutkan untuk mencari pelaku yang sama meski korban dan saksi terlibat sama sekali tidak memiliki hubungan. Memahami pelaku dan menemukan motif terus dilakukan hingga akhirnya penelusuran polisi sampai kepada Eve, seorang psikiater sekaligus kekasih seorang penyidik yang entah bagaimana menjadi garis merah dari kasus-kasus itu. Semua terduga pelaku ternyata terhubung pada wanita itu. Apakah Eve yang hanya seorang psikiater biasa benar terlibat atau justru wanita itu hanya sedang sial lantaran terjerat dalam jebakan pelaku sebenarnya?
Di suatu jalan perumahan yang cukup sepi, seseorang melempar lampu jalan dengan batu yang dilemparkan tepat ke lampu tersebut. Membuat jalanan perumahan tersebut menjadi gelap. Lalu orang yang sama mematikan lampu jalanan sebelahnya lagi dengan cara yang sama.
Orang yang berada di dalam rumah di sekitar lampu jalan tidak menyadari kejadian tersebut karena suasana sudah malam dan rata-rata mereka sudah tertidur.
Friska kemudian berjalan melewati jalanan gelap tersebut. Dengan ponsel yang masih menyala dan terhubung dengan Cleo, wanita berusia dua puluh satu tahun tersebut terus berjalan menelusuri jalanan kompleks menuju rumahnya.
Wanita yang terkenal di kampusnya tersebut sudah menaruh curiga dengan pecahan lampu yang berserakan di sekitar tiang lampu.
"What the ... kok lampu jalanan bisa pecah begini? Kamu sih, mengajakaku ke cafe kelamaan, aku jadi pulang larut ini," ujar Friska mengeluh kepada Cleo.
"Halah, biasanya juga kamu pulang tengah malam. Makanya kalau ingin merencanakan sesuatu untuk Ica kita diskusinya siang saja. malamnya kita isi dengan bersenang-senang," ujar Cleo di seberang sana.
"Shit!" pekik Friska. Ia kesakitan karena kakinya tergores pecahan
lampu.
"Ada apa?" tanya Cleo.
"Kakiku tergores pecahan lampu," jawab Friska.
"Huft aku pikir apa. sudahlah aku mau mengedit video lagi. Biar cepat
selesai dan kita upload video Ica ini ke internet," ujar Cleo, ia merupakan
sahabat Friska sejak SMA.
"Temani aku dong sampai aku ke rumah, sebentar lagi sampai ini, tadi
taksinya tidak bisa masuk ke dalam kompleks karena sudah lewat jam sepuluh
malam." pinta Friska kepada sahabatnya tersebut.
"Oke, aku temani kamu," ujar Cleo dari seberang sana.
Namun, baru beberapa langkah melewati tiang lampu yang mati, Friska dikejutkan dengan sosok seseorang yang memakai pakaian serba hitam dan menggunakan hoodie di kepalanya. Wajahnya tidak tampak jelas karena gelap.
Friska tertegun. "Hei, siapa di sana? Jangan macam-macam ya, nanti aku teriak para security pasti akan datang ke sini," ujar Friska.
Tentu saja ucapan Fiska membuat Cleo menjadi khawatir. "Ada apa? kamu bicara dengan siapa?" tanya Cleo penasaran.
"Tidak tahu. Tiba-tiba ia sudah berdiri beberapa meter di depanku," jawab Friska. Ia mulai ketakutan, mengingat ia hanyalah seorang wanita yang berada di jalanan kompleks sendirian dengan cahaya lampu remang-remang.
Sosok tersebut melangkah maju menghampiri Friska dan membuat nyalinya menjadi terjun bebas ke dasar.
Friska juga melangkah mundur untuk menjaga jarak dengan sosok tersebut.
"Hei, jangan macam-macam ya. Aku akan ...." belum juga Friska menyelesaikan ucapannya, sosok tersebut sudah menyerangnya dengan berlari dan menampar wajah Friska. Tubuhnya terjatuh ke kiri dan ponselnya terjatuh jauh dari tubuhnya.
Plak! Gubrak!
"Aahh!" teriak Friska. Sontak saja membuat Cleo juga menjadi panik.
"Friska! Friska!" teriak Cleo dari ponsel milik Friska.
"Ampun, jangan sakiti aku." Friska berusaha menjauh dari sosok tersebut, ia merangkak menjauh, tapi dengan mudah sosok tersebut menarik rambut Friska dan membuatnya teriak kesakitan lagi.
"Aaaa!" teriak Friska, terdengar lirih dan menakutkan bagi siapa pun yang mendengarnya.
Sosok tersebut menarik rambut panjang Friska hingga membuat tubuhnya mengikuti gerakan tangan sosok tersebut.
"Jangan sakiti aku, aku mohon." pinta Friska sambil menangis ketakutan.
Namun, sosok tersebut tidak menghiraukan permintaan Friska. Sosok tersebut kembali menampar wajah Friska hingga wajahnya menyentuh aspal jalan.
Darah segar mengalir dari ujung bibirnya.
Kini Friska tidak berdaya untuk berteriak. Kepalanya terbentur ke aspal dengan cukup kencang. Lalu sosok tersebut mengikatkan sebuah kain hitam untuk menutupi mulut Friska.
Friska yang sudah lemas karena benturan di kepalanya, hanya pasrah menerima perlakuan sosok tersebut. Kemudian sosok tersebut mencengkeram leher Friska, hingga membuatnya kesulitan bernapas dan hilang kesadaran.
Tidak lama kemudian dua orang security dari arah depan kompleks terlihat berlari ke arah Friska.
"Woi! Sedang apa kamu?" teriak salah seorang security bernama Warno.
Lalu dari arah belakang terlihat Tedy berlari ke arah putrinya yang tergeletak di atas aspal.
"Friska!" teriak Tedy dari kejauhan. Dengan cepat sosok tersebut melepaskan cengkeramannya, lalu menjauh dari tubuh Friska dan menghilang di tengah gelapnya malam.
Tedy yang berlari menuju Friska sangat terkejut melihat kondisi putri semata wayangnya tersebut. Mulut,
kedua tangan dan kakinya diikat oleh kain hitam.
"Friska!" panggil Tedy sambil meraih tubuh putrinya tersebut yang sudah tidak sadarkan diri. "Friska,
sayang," panggil Tedy lagi sambil membuka ikatan kain di mulut Friska.
Kedua security tersebut terkejut melihat kondisi Friska yang terluka di kaki, lebam di wajahnya dan darah yang keluar dari ujung bibir serta pelipisnya.
Lalu security satunya melihat lampu jalanan yang pecah dan berserakan di sekitar Friska.
"Ya ampun, siapa yang berani melakukan ini?" ujar Warno selaku petugas keamanan kompleks tersebut
sambil menyinari lokasi sekitar dengan senternya.
Satu jam setelah kejadian buruk menimpa Friska, di sebuah restoran di pusat kota.
Akbar dan Eve sedang makan malam berdua. Sepasang kekasih yang sedang menikmati kemesraan tersebut
harus rela diganggu dengan kehadiran Hanum, rekan kerja Akbar. Mereka berdua adalah seorang polisi yang sedang menyelidiki kasus orang yang terluka karena di aniaya oleh orang yang tidak dikenal.
"Maaf jika aku mengganggu kalian lagi," ujar Hanum, lalu ia membungkukkan tubuhnya kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Akbar.
setelah mendengar ucapan dari Hanum, wajah Akbar menjadi serius.
"kita harus segera menuju tempat kejadian perkara sekarang."
Melihat kehadiran Hanum, selera makan Eve menjadi hilang. Ia memalingkan wajahnya dari tatapan Akbar.
Melihat gelagat Eve yang tidak nyaman dengan kehadirannya, Hanum kembali berdiri tegak dan mundur beberapa langkah menjauh dari Akbar dan Eve. Ia memberikan waktu kepada sepasang kekasih itu untuk bicara.
"Sayang, maafkan aku. Aku harus pergi sekarang," ujar akbar meminta izin kepada Eve, kekasihnya yang baru ia resmikan sebulan ini.
"Untuk apa kamu meminta izin? Kalau aku bilang tidak pun, kamu akan tetap berangkat 'kan?" tanya Eve, lalu ia menatap Akbar dengan tatapan tajam.
Merasa berada di antara situasi yang tidak kondusif, Hanum memilih untuk meninggalkan mereka berdua.
"Aku tunggu di luar, kalian selesaikan masalah kalian, ya!" ujar Hanum, lalu ia meninggalkan
sepasang kekasih yang hampir bertengkar.
"Eve, kamu kan tahu pekerjaanku. Aku pasti tidak akan memiliki banyak waktu untuk kepentingan
pribadi. Maafkan aku, aku harus ke tempat kejadian perkara," ujar Akbar.
"Lalu kapan kamu akan meluangkan waktu untuk aku? Atau aku ikut kamu saja? bagaimana?" pertanyaan dari Eve yang membuat Akbar menjadi bingung.
"Eve, kamu seharusnya mengerti pekerjaanku, aku tidak mungkin membawa pasanganku ke TKP," ujar Akbar.
"Bukan sebagai pasanganmu, tapi sebagai psikiater yang mungkin di perlukan untuk korban," ujar
Eve berusaha membujuk akbar agar mengajaknya.
Dengan wajah yang memelas, Eve membuat hati Akbar menjadi goyah.
"Baiklah, kamu boleh ikut. Tapi ingat, jangan bertindak tanpa persetujuanku!" Akbar akhirnya luluh.
Sedangkan Hanum sedang berdiri di samping mobil menunggu Akbar. Alangkah terkejutnya Hanum ketika
Akbar datang membawa serta Eve menghampirinya.
Tanpa basa-basi Akbar memasuki mobil. Eve menempati kursi di samping sopir. Kehadiran mereka berdua
membuat Hanum bingung.
"Kamu membawanya?" tanya Hanum yang sudah duduk di kursi baris kedua, tepat di belakang Akbar.
"Aku pikir ia akan berguna untuk mengetahui kondisi kejiwaan korban," jawab Akbar.
"Alasan! Kita punya tim sendiri untuk hal itu. aku yakin karena kamu terlalu bucin, sehingga mudah
dikendalikan oleh Eve." Hanum berbisik kepada Akbar.
Mulut Akbar sudah gatal ingin beradu argumen dengan Hanum, tapi jika ada Eve di sampingnya maka sikap
Akbar akan berusaha lebih tenang. Atau lebih tepatnya menyembunyikan sikapnya yang galak dan cerewet.
Selama Eve ada di sampingnya, Akbar terlihat berusaha menenangkan diri untuk tidak menghardik
rekan kerjanya tersebut.
Sedangkan Eve yang tidak menyadari percakapan antara Hanum dan Akbar hanya menatap serius ke depan.
Entah apa yang sedang dipikirkannya, tapi sepanjang perjalanan Eve terlihat terdiam.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Maya terpaksa menggantikan posisi adik perempuannya untuk bertunangan dengan Arjuna, seorang pria cacat yang telah kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga. Pada awalnya, mereka hanyalah pasangan nominal. Namun, segalanya berubah ketika identitas Maya yang sebenarnya secara bertahap terungkap. Ternyata dia adalah seorang peretas profesional, komposer misterius, dan satu-satunya penerus master pemahat giok internasional .... Semakin banyak yang terungkap tentang Maya, Arjuna semakin merasa gelisah. Penyanyi terkenal, pemenang penghargaan aktor, pewaris dari keluarga kaya - ada begitu banyak pria yang menawan sedang mengejar tunangannya, Maya. Apa yang harus dilakukan Arjuna?!