/0/10936/coverbig.jpg?v=56b71fb6f2a9eec88c7e71681c3429a4)
Setelah berkutat dengan narkoba, Bramasta yang gitaris handal sebuah grup band ternama akhirnya harus ditahan sehingga karir bermusiknya tuntuh seketika. Dengan berat hati dia menerima takdir ini meski dia juga harus bersusah payah mengembalikan kepercayaannya pada Widi, istrinya dan Hartono, ayah mertuanya yang telah melaporkannya ke polisi. Mampukan Bramasta mengembalikan karirnya yang sudah redup?
"Bram!" panggil Widi, istri dari Bramasta Araya yang merupakan gitaris handal dengan terburu. "Kau harus dengarkan aku, Bram!"
"Apa?" tanya Bram dengan nada tak bersemangat.
"Kau harus lihat ini,"
"Apa?" ulang Bram yang sudah siap naik pentas untuk konser terakhirnya di tur 7 kotanya kali ini. "Aku tak punya banyak waktu, katakan cepat!"
"Kita harus mempersiapkan acara 3 bulanan anak kita,"
Wajah Bram langsung berkerut mendengar permintaan istrinya itu. "Kenapa harus ada acara seperti itu?"
"Ayahku yang minta! Kita harus merayakan kehamilanku ini. Kau tak boleh tak datang,"
Hah!
Bram menghela nafasnya berat lalu menggelengkan kepalanya. "Kenapa urusan begini kau tanyakan sekarang,"
"Ayahku yang minta, kita tak boleh tak menjalankan tradisi ini,"
"Hah! Kau pasti bercanda,"
"Tidak! Aku tak bercanda. Acara ini sakral untuk ayahku, jadi kamu harus pulang mempersiapkan semua ini!"
"Ih!"
"Aku tak mau tau, kita harus menuruti permintaan ayahku. Aku sudah hamil 3 bulan, ini saatnya fansmu tahu soal pernikahan kita!"
Bukannya berbahagia atas kabar yang baru dia dengar, Bram justru membekap mulut Widi dengan tangannya yang kasar kemudian mendekatkan bibirnya ke daun telinga kekasihnya yang seketika jadi ketakutan.
"Kau harus diam. Jangan apa yang tau soal ini!"
"Eh!"
"Kalau ada yang tau aku akan merusak masa depanku dan kau taukan apa jadinya," ancam Bram dengan wajah yang seketika jadi serius.
"Ih! Ini permintaan ayahku!" kesal Widi dengan mulut yang masih disumpal tangan Bram yang kekar.
"Iya, kau tak mau aku sampai kita tak punya masa depan untuk anak itu kan?"
Widi mengangguk lalu meraih tangan kekasihnya yang semakin erat menyumbat mulutnya dan saat Bram melonggarkan tangannya, Widi melanjutkan kata-katanya, "aku bisa dinego.
Pokoknya kamu bertanggung jawab atas anak ini. Aku cuma tak mau anakku lahir tanpa ayah,"
"Bagus!" Bram tersenyum tipis membuat Widi percaya kata-kata gitaris tampan ini.
"Tapi kalau kau sampai lari, kau juga tau apa yang akan aku lakukan, kan?!"
"Apa?" Bram melebarkan kembali matanya.
"Aku akan katakan ayahku kalau kau pengguna narkoba dan kau tau apa yang bisa dilakukan ayahku selaku pemilik perusahaan rekaman tempatmu bernaung!"
Deg!
Jantung Bram seperti ditikam sembilu. Dia sungguh tak menyangka jika wanita yang dinikahi secara siri ini ternyata bisa juga membuat dadanya sesak.
"Bagaimana? Kau mau main-main denganku?" tanya Widi membuat Bram hanya bisa menghela nafasnya.
"Iya, aku pasti akan datang dan memenuhi permintaan ayahmu untuk menjelaskan statusmu di hadapan fansku," bisik Bram lagi. "Pokoknya ijinkan dulu aku menghabiskan kontrak kerja dengan promotor dulu. Setelah kontrak tur kali ini selesai, aku pasti akan katakan soal pernikahan kita!"
"Bagus! Sekarang kembalilah ke konser dan aku tunggu semua janjimu atau ancamanku akan rasakan akibatnya,"
Bram mengangguk tanda setuju lalu membiarkan Widi pergi dari hadapannya dan sesaat kemudian pria tampan ini pun mencoba menenangkan dirinya sebelum kembali menuju backstage.
Memang setahun terakhir, gitaris kenamaan ini sedang mereguh kejayaanya dan tentunya Widi, putri yang merupakan putri tunggal pemilik perusahaan rekaman yang memiliki peran besar dibalik semua ini.
Dia bersama Band kampusnya, D'Klok mendapatkan kontrak eksklusif dari sebuah label yang membuatnya mendapatkan kesempatan konser di banyak kota di Indonesia dengan perjanjian selama tour berlangsung Bram tak boleh terikat pernikahan dengan siapapun.
Tentu dia tak mau merusak kesempatan ini sehingga meminta dengan sangat pada Widi untuk merahasiakan pernikahannya.
Resiko dari pekerjaan ini tak sedikit, untuk mempertahankan staminanya dia butuh suplemen yang bisa menjaga performanya dan satu-satunya suplemen yang paling pas untuk menopang semua ini adalah sabu, barang haram yang selalu disuplai managernya setiap hari.
"Bram kau harus siap," bisik Kholil, manager band yang sudah siap di tangga menuju panggung.
"Iya, siap!" seru Bram seperti biasa.
Konser dimulai dan riuh penonton mulai terdengar.
Pria yang memang senang jadi center of attention itu mulai memainkan gitarnya dengan ciamik hingga teriakan para groupies mulai menggelegar membuat semangat Bram semakin menggila.
Tubuhnya memang lelah tapi semua teriakan itu membuat semangatnya kembali menggebu.
Satu jam pertama telah Bram jalani dan ini waktunya dia beristirahat di backstage. Dengan langkah gontai Bram melangkah turun dari panggung lalu mendekati kursi tunggu.
"Bram!" panggil kru yang memberi kode pada gitaris ini. "Sekarang waktumu,"
"Siap?!" tanya Bram lalu mendekati pintu toilet yang berjarak beberapa langkah dari tempat duduknya.
Dia tak menyangka jika gerak-geriknya sedang diawasi sepasang mata elang yang sudah siap mencari bukti akan ketergantungannya pada benda haram yang selama beberapa bulan ini sudah menjadi teman baiknya.
Krek!
Bram kemudian menguncinya lalu melirik ke sebuah kantong plastik kecil berisi sabu sudah siap di wastafel kamar mandi dan tanpa butuh berpikir panjang Bram segera diendusnya.
"MMM!" Hanya butuh sedetik saja untuk Bram menikmati efek dari benda jahat itu. Tubuhnya yang tadi lelah perlahan terasa sangat ringan. "Fly!" bisiknya sambil menatap langit-langit toilet dengan tatapan kosong.
"Bram!" panggil kru backstage sambil menggedor pintu karena gitaris ini tak juga keluar dari kamar mandi. "Jangan lama-lama, kita harus kembali konser!"
Bram terperanjat, dia segera mengumpulkan kesadarannya dan bangkit. "Ah, aku terlalu terlama di sini," bisiknya sembar melangkah keluar dari toilet.
"Kenapa, Bro?" tanya kru yang menggedor pintu.
"Aku pusing, barang yang kau bawa terlalu bagus," kekeh Bram lalu meraih gitar yang diletakkan di atas kursinya kemudian menghadap ke cermin ruang tunggu berukuran besar. "Tapi aku sudah siap," tambahnya.
"Yakin kau sudah siap?" tanya kru backstage sambil menepuk-nepuk bahu Bram dengan kuat.
"Siap! Kau tak usah khawatir!"
"Bagus kalau kau sudah siap!" Kru menepuk bahu Bram sekali lagi kemudian menuntun langkah Bram yang masih belum sepenuhnya sadar menuju panggungnya malam ini.
Malam itu, Bram menutup konser dengan sangat indah. Semua penonton mengelu-elukan namanya membuat tak ada lagi orang yang meragukan kepiawaiannya dalam memainkan senar gitar.
Setelah malam itu, Bram segera bergegas pulang, dia terlalu lelah dengan hingar bingar pekerjaannya hingga butuh tempat untuk pulang.
"Kau pulang kemana?" tanya supir yang membawa mobil band dini hari itu.
"Aku pulang ke rumah nenekku saja,"
"Tak ke rumah Widi?"
"Tidak! Aku lelah, aku butuh tempat yang tenang untuk tubuhku,"
"Baik, terserah kau saja kalau begitu!" Supir kemudian mengarahkan mobil ke sudut Kota Bandung tempat rumah nenek Bram berada. "Tar kalau Neng Widi tanya aku bilang kalau kau tidur di rumah nenekmu ya,"
"Iya, aman! Dia mana mungkin cemburu pada neneku," kekeh Bram sambil bersandar ke jok mobil yang sudah kosong karena teman-temannya sudah turun duluan.
Mobil tiba di rumah reot di pinggiran Kota Bandung, langit masih gelap saat Bram turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah wanita tua yang begitu dia sayangi.
"Enin!" panggil Bram di subuh hari saat wanita paruh baya yang merawatnya pasca perceraian kedua orang tua gitaris berbakat itu baru saja selesai sholat subuh.
"Ujang, ya?!" (Panggilan anak laki-laki dalam bahasa Sunda)
"Iya, Ening. Ini Bram. Buka pintu," pinta Bram dan Enin segera membukakan pintu rumah sederhananya di pinggiran Kota Bandung dengan lembut.
Dia memang lebih senang tinggal di rumah sederhana ini bersama neneknya ketimbang tinggal di rumah mewah yang disewa perusahaan rekaman untuknya karena di rumah ini dia menemukan cinta sejati dari wanita tua yang selalu mendidiknya sejak kedua orang tuanya berpisah.
"Kok pulang ke sini?"
"Iya, nanti siang Bram baru pulang ke rumah Widi," jelas Bram sambil melangkah masuk ke dalam rumah setelah pamit pada supir yang mengantarkannya.
"Sudah sholat, Jang?" tanya Enin dengan lembut.
"Mmm!" jawab Bram yang sudah tak tahan lagi dengan rasa kantuk di matanya.
"Alhamdulillah. Enin gak minta apa-apa. Ujang mau sholat aja Enin udah senang,"
"Mmm!" Bram melangkah dengan gontai menuju kamarnya lalu membaringkan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidurnya sebelum kemudian suara dengkurannya terdengar nyaring.
Melihat cucunya kembali tidur dengan wajah yang kelelahan, Enin segera kembali ke atas sajadahnya lalu menengadahkan tangannya tinggi kemudian berdoa. "Bismillah hirohman nirohim. Ya Allah jaga selalu cucuku. Aku yang salah mendidik putriku ini tak ingin semua kesalahan putriku terulang pada Bram yang masih muda belia. Ya Allah kabulkanlah,"
Tilulit!
Ponsel Bram berdering dan matanya segera membaca pesan singkat dari Widi.
'Tidur nyenyak, Sayang. Ingat kau punya tanggung jawab dirahimku. Ok kau tak pulang sekarang, tapi besok hadapi ayahku untuk rencananya,"
"Cuih! Dasar betina. Tak bisa apa dia tak usah mengingatkanku untuk hal yang menyebalkan itu!" kesal Bram lalu mematikan ponselnya dan kembali mencoba tidur, hal yang sangat mahal baginya saat ini.
"Menyesal aku menikahi wanita bawel itu. Mentang-mentang ayahnya pemilik perusahaan rekaman di tekannya aku terus," tambah Bram sambil mencoba menutup matanya yang memang sudah sangat mengantuk.
Enin yang baru selesai sholat dan mendengar perkataan Bram lalu melangkah mendekati pintu kamar cucunya yang terbuka. Sesaat matanya melirik ke arah Bram yang wajahnya pucat.
Sudah seminggu ini wajah pucat itu jadi perhatian, tapi sungguh Enin tak berani bertanya banyak pada pria yang sangat dia sayangi ini.
"Apa dia sedang sakit, ya? Belakangan ini dia tidur terus," gerutu Enin sambil terus memperhatikan cucu satu-satunya itu. "Apa aku tanyakan pada perawat kelurahan saja, ya?"
Kecurigaan ini memang pantas diucapkan, maklum cucunya jadi sering mengeluh sakit kepala, mood swing dan yang paling parah dia selalu tidur dalam waktu yang lama. Dia bisa tidur 13 jam sehari dengan keluhan yang selalu sama, yaitu lelah.
Enin yang khawatir akhirnya pergi ke puskesmas tanpa sepengetahuan Bram untuk menanyakan pada perawat tentang keadaan cucunya tanpa membawa Bram.
Perawat yang sudah kenal Enin kemudian memberikan multivitamin pada wanita paruh baya itu untuk diberikan kepada Bram sebagai pengobatan awal.
Setelah konsultasinya, Enin kemudian kembali ke rumahnya untuk bertemu dengan cucu kesayangannya itu.
"Jang," panggil Enin sambil mengguncang bahu Bram yang sudah tidur hingga jam 12 siang. "Ujang udah tidur kelamaan. Bangun, Jang. Sholat Dhuhur dulu!"
"Mmm!" Bram mulai bergerak lalu membuka matanya perlahan. "Badan Bram sakit semua,"
"Ujang, Sayang. Ini Enin bawakan multivitamin dari puskesmas. Kata perawat, Ujang pasti kelelahan,"
"Hah!" Mata Bram melebar. "Kenapa Enin pergi ke puskesmas? " Bram langsung memasang wajah tak senang.
"Eh! Memangnya kenapa kalau Enin ke puskesmas?"
"Jangan, Nin! Jangan!"
"Iya, tapi kenapa?" Enin merasa sangat heran.
Demi hutang judi sang ayah, Sandra Moris terpaksa tidur dengan putra pemilik kasino Owen Grey. Tentu ini hal yang berat baginya pasalnya dia tak pernah melakukan ini sebelumnya bahkan dengan pacarnya. Awalnya Dion Moris berjanji ini hanya sekali tapi sialnya Dion melakukannya berkali-kali hingga rasa cinta mulai dirasakan Sandra dari hubungan ini. Mengira Owen menganggapnya sebagai wanita pujaan hati nyatanya pria hidung belang itu mengganggap ini hanya hiburan gratisnya saja. Tentu Sandra kecewa hingga akhirnya mencoba menggoda Owen dengan sepenuh hati berharap pria tampan ini juga punya rasa yang sama denganya. Mampukan Sandra mendapatkan cinta sejati dari pria yang jelas-jelas hidung belang itu?
Moana berhasil menemukan mantra ajaib untuk memperkaya dirinya. Niatannya untuk merubah kondisi ekonomi banyak orang sungguh sangat mulia, namun sayang niatnya justru digunakan banyak orang untuk kepentingan pribadi yang culas dan licik. Mampukan Moana meluruskan kembali niatnya dan mengembalikan ilmu yang didapatkannya untuk keperluan yang benar. Cover by : Canva
Tak disangka kekasih Maya justru berselingkuh dengan adik kembarannya, tentu hal ini membuat sang kakak geram dan mengutuk kejadian ini. Tapi alih-alih mencoba menghentikan perselingkuhan Miya, adiknya. Maya justru menemukan sebuah rahasia yang menyangkut kekayaan keluarganya yang ternyata jadi incaran para penjahat. Siapakah penjahat itu? Dan apa motif dari semua kejahatan mereka hingga memperalat Miya, kembaran Maya?
"Menikahlah denganku!" Betapa senangnya Rika ketika pria yang baru dia temui langsung melamarnya. Bayangan akan menikah dengan cinta pandangan pertama segera membuatnya yakin pada pria asing ini. Namun siapa yang menyangka jika pria ini adalah pewaris dari keluarga kaya di Bandung yang ternyata sedang mengincar wanita lugu sepertinya untuk dijadikan istri sementara untuk sekedar mendapatkan warisan ayahnya. Mampukah Rika bertahan pada cinta yang salah, dan akankah Ramon membahagiakan wanita lugu ini? Cover : Canva Pro Desain and Edit By Me.
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?