Rendy Anggara Pradua Wijaya tidak bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena pembunuhan lima tahun lalu. Selama ini, dia selalu dibayang-bayangi oleh rasa bersalah. Suatu hari, Rendy tak sengaja bertemu dengan seorang wanita yang berwajah sama persis seperti mendiang istrinya. Rendy yang penasaran berusaha mencaritahu asal usul wanita itu, dan mengetahui bahwa wanita bernama Ayana Juniatha Defandra itu adalah kepala perawat di rumah sakit jiwa tempat ibu Rendy dirawat. "Siapa wanita itu sebenarnya? Bagaimana mungkin wajahnya bisa sama persis seperti istriku yang telah tiada?" -Rendy Anggara Pradua Wijaya. "Mungkin aku memang mirip dengannya. Tapi aku bukan dia! Dan aku benci dilihat sebagai orang lain." -Ayana Juniatha Defandra.
"Pembunuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat bangsa ini berbicara. Silvia Dara Wijaya, mantan istri dari Rendy Anggara Pradua Wijaya, selaku direktur utama Wijaya Group atau sebelumnya adalah pemilik 51% saham Wijaya Group, jatuh dari lantai dua rumahnya satu minggu yang lalu karena sengaja didorong oleh ibu mertuanya sendiri. Bahkan, jasadnya yang dibuang ke danau baru saja ditemukan. Salah seorang dari puluhan penyelam berhasil menemukan jasadnya di ujung danau. Jasad itu baru saja ditemukan setelah satu minggu dibuang. Sekian sekilas info hari ini."
Berita tersebut menggemparkan seluruh negeri dan menjadi trending topik di semua platform sosial media. Semua stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan berita tersebut. Orang-orang yang menonton dan mengikuti perjalanan kasus pembunuhan itu menaruh rasa iba yang besar terhadap Dara, serta tak henti-hentinya mengutuk ibu mertuanya yang kini telah berada di dalam jeruji besi. Masyarakat semakin penasaran dengan bagaimana perkembangan dari kasus pembunuhan yang terjadi pada wanita bernama Silvia Dara Wijaya yang malang itu.
Jenazah wanita itu ditemukan oleh salah seorang tim sar dalam keadaan hancur, bengkak, dan membusuk akibat terlalu lama berada di dalam air. Ya, kejadian pembunuhan itu telah terjadi satu minggu yang lalu.
Tidak ada yang boleh terlalu dekat dengan kantong jenazah. Terlebih, jenazah itu mengaluarkan bau yang sangat menyengat. Bahkan para reporter pun hanya diperbolehkan untuk meliput dari kejauhan.
Seorang laki-laki bernama Rendy Anggara Pradua Wijaya selaku mantan suami Dara menangis bersimpuh di atas peti wanita. Rasa sakit luar biasa terus menggerogoti hatinya. Bahkan, tampilannya sudah seperti orang yang tidak terurus karena satu minggu penuh selalu ikut mencari Dara di danau dengan harapan wanita yang tengah mengandung anaknya itu masih hidup, namun dia justru menemukannya dalam keadaan tak bernyawa. Bahkan, dengan keadaan yang sangat mengenaskan.
Seorang wanita bernama Fabricia Rosalie Wijaya, yang merupakan istri pertama dari kakak Rendy adalah orang yang paling digerogoti rasa bersalah. Pasalnya, dia adalah akar dari semua masalah yang terjadi hingga Dara harus kehilangan nyawa dengan cara yang paling mengerikan. Dia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Zanna membunuh Dara.
Flashback On
Dara masuk ke dalam Wijaya House untuk mengambil barang-barangnya sebelum dia pergi. Dia tidak melihat siapa pun ada di sana. Mungkin, orang-orang rumah sedang berada di dalam kamarnya masing-masing.
Ketika tiba di kamar, dia melihat bahwa kaca meja rias miliknya telah berserakan di atas lantai. Dan tertinggal sedikit darah yang masih tersisa di sana.
Dara memandangi kamar yang dia tempati selama lebih dari satu tahun belakangan ini. Kamar itu begitu banyak menyimpan kenangan baik suka maupun dukanya bersama dengan Rendy.
Berat bagi Dara untuk bisa meninggalkan rumah dan juga kamar itu, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain selain menjauh dari keluarga Wijaya.
Dara meletakkan surat pemeriksaan kehamilannya di atas nakas milik Rendy, sebelum akhirnya keluar dari kamar itu.
Ketika keluar dari kamar, Dara tak sengaja bertabrakan dengan Galang, sepupu Rendy, yang baru saja lewat.
Galang yang melihat Dara, langsung terpesona melihat kecantikan gadis itu. Dia mendekati Dara, dia sedang tidak sadar sepenuhnya karena habis minum-minum.
Karena ketakutan melihat tatapan dari Galang, Dara memundurkan langkahnya perlahan hingga kini dia sudah bersandar pada pagar mezanin seraya terus menggeser tubuhnya.
"Ka-kamu siapa? Mau apa kamu, hah?" tanya Dara yang sudah bercucuran keringat dingin.
"Hai gadis cantik. Kenalkan, aku Galang. Laki-laki paling ganteng di dunia ini," ucap Galang lalu tertawa nyaring hingga membuat Dara merinding.
Galang mencoba untuk memegang pipi gadis itu. Dara yang ketakutan pun segera berteriak hingga teriakan itu mengundang perhatian orang rumah.
"Ssstt! Jangan berisik dong, nanti ada yang denger gimana?" Galang mendekap tubuh Dara.
Dara berusaha melepaskan pelukan Galang yang begitu kuat darinya, namun hal itu malah membuat dirinya terjatuh.
Galang langsung panik melihat itu, tiba-tiba kesadarannya kembali melihat Dara yang hampir terjatuh. Dia berusaha untuk menyelamatkan gadis itu. Karena jika benar-benar jatuh dari lantai dua itu, Dara bisa meregang nyawa.
"Tolong saya! Saya mohon tolong saya!" teriak Dara yang masih berpegang kuat pada pagar mezanin, sementara kakinya sudah menjuntai.
"I-iya. Saya bakalan tolong kamu!" Galang menjadi panik. Dia ingin menolong Dara, tetapi tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Sementara itu, Zanna dan Soraya, adiknya, yang melihat hal itu pun menjadi sangat terkejut.
"Ya ampun, Dara?" gumam Zanna.
"Soraya, kita harus panggil orang rumah yang lain. Dara bisa mati kalo jatuh!" titah Zanna yang sudah sangat panik melihatnya.
"Nggak, Kak. Kita nggak bisa melakukan itu. Lagipula, kalo Dara mati, itu akan jadi keuntungan buat kita. Coba pikirkan, kita bisa ambil cap jarinya untuk membuat surat pembalikan harta warisan. Kalo dia selamat, bisa-bisa Galang masuk penjara," ucap Soraya yang mulai menghasut otak Zanna.
Perlahan, wanita paruh baya itu berjalan mendekat dan mengambil sebuah pot bunga yang terbuat dari keramik.
Dari jauh, Rosa memperhatikan itu semua dengan air mata yang terus mengalir. Dia menutup mulutnya sendiri agar suara tangisannya tidak pecah.
Dia tidak tahu harus berbuat apa di saat-saat seperti itu. Dia tidak bisa menyelamatkan Dara secara terang-terangan, karena takut kepada Zanna dan juga Soraya.
Namun, tak kehabisan akal, dia mengambil ponselnya untuk merekam kejadian tersebut.
"Ta-Tante siapa? Kenapa Tante melakukan ini sama saya?" tanya Dara.
"Oh ya kita belum kenalan, ya? Perkenalkan, saya Soraya. Adik dari mantan mama mertua kamu," ucap Soraya dengan santainya.
Sesaat kemudian, dia segera menghunjamkan pot bunga yang dia pegang ke tangan Dara hingga membuat gadis itu menjerit kesakitan.
"Ma, kenapa Mama diam aja? Tolong aku, Ma. Aku mohon!" ucap Dara.
Zanna hanya menatapnya dengan tatapan ketakutan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Meskipun hati nuraninya menjerit tak tega melihat Dara seperti itu, tetapi rumah dan harta peninggalan sang suami lebih penting dari apa pun juga.
Soraya semakin membabi buta. Dia menumbuk tangan Dara menggunakan pot itu berkali-kali, dan berkali-kali pula Dara menjerit kesakitan hingga dia bisa merasakan tangannya telah basah oleh darah.
Lalu, gadis itu merasa kehilangan kekuatan untuk berpegang lebih lama lagi. Dan pegangan tangan itu terlepas begitu saja. Dia merasa pasrah jika hidupnya harus berakhir sekarang.
Dara terjatuh dari lantai dua Wijaya House tepat ke ruang tamu yang berada di bawahnya. Tak butuh waktu lama, darah segar mulai mengalir dari kepala gadis itu. Bahkan, darah yang lain juga mengalir di antara kedua kakinya.
Rosa membekap mulutnya semakin kencang ketika melihat Dara terjatuh dengan mata kepalanya sendiri. Seluruh tubuhnya bergetar melihat pembunuhan yang terjadi di rumah itu.
Soraya, Zanna, dan Galang langsung turun dari tangga dan menghampiri tubuh Dara yang tergeletak di atas lantai dengan bersimbah darah.
"Ki-kita harus gimana sekarang?" tanya Zanna dengan tubuh bergetar hebat.
"I-iya, Ma. Ki-kita bisa masuk penjara kalo gini ceritanya," ucap Galang yang mulai ikut panik.
"Dengar. Sekarang, Dara nggak ada di sini," ucap Soraya.
"Maksud Mama apa?"
"Dara nggak jatuh dan mati di rumah ini."
"Tunggu. Maksud kamu, kita harus menaruh jasadnya di tempat lain?" tanya Zanna.
Soraya mengangguk mendengar itu. "Kita harus menghilangkan bukti apa pun yang bisa menunjukkan kalo kita membunuh Dara. Lagipula, dia juga nggak akan hidup lagi. Jadi, kita nggak boleh membiarkan hidup kita hancur gara-gara dia."
"Galang, kamu harus buang jasad Dara ke mana pun. Mama sama tante Zanna akan membersihkan darahnya. Oh ya, sebelum itu kamu tolong ambil tinta. Kita harus dapat cap tangan Dara lebih dulu," lanjut Soraya.
Setelah itu, mereka semua mulai melaksanakan tugas masing-masing.
Sementara itu, Rosa segera berlari dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia harus bersikap seolah-olah tidak mengetahui apa pun demi mengamankan posisinya di rumah itu.
Soraya tidak hanya licik, tetapi dia juga sanggup membunuh seseorang yang bisa menghalangi rencananya.
Di dalam kamar, Rosa yang panik masih bisa berpikir. Dia mencari nomor Alvin di ponselnya, berniat untuk memberitahukan apa yang telah terjadi pada Dara.
"Alvin! Ini aku, Rosa. Ada sesuatu yang mau aku kasih tau sama kamu. Dara ... Dara dibunuh di rumah ini," ucap Rosa dengan suara bergetar dan terputus-putus karena menangis.
"Apa? Apa kamu bilang? Dara dibunuh? Kamu jangan ngada-ngada, ya!" Terdengar suara emosi dari seberang telepon.
"Aku nggak ngada-ngada! Tante Soraya, Galang, bahkan mama juga ikut andil dalam pembunuhan ini. Dan sekarang, mereka mau buang jasad Dara ke danau dekat rumah. Alvin ... Alvin aku mohon tolong kamu segera pergi ke sana. Mungkin Dara masih bernapas sekarang, kita harus segera menyelamatkan dia."
Rosa menutup teleponnya, lalu mengirim video yang dia rekam pada Alvin.
Gadis itu tidak bergerak dari kamarnya sama sekali, dia takut untuk keluar kamar kalau Zanna, Soraya, dan Galang belum selesai mengurus tubuh Dara.
Rosa merasa sangat bersalah pada gadis itu karena telah membuat hidupnya hancur, dan sekarang dia harus mengalami itu semua. Hanya ini yang bisa Rosa lakukan, meskipun dia tahu bahwa itu tidak cukup untuk menebus rasa bersalahnya terhadap Dara.
Dia hanya berharap bahwa Dara masih bisa diselamatkan, dan gadis itu tidak mati dengan sia-sia di tangan orang-orang licik itu.
Flashback Off
Rosa pun perlahan maju ke arah peti Dara, lalu menangis sejadi-jadinya di sana.
"Dara ... Aku minta maaf." Hanya itu kata-kata yang bisa diucapkan oleh Rosa, dia tidak tahu harus mengatakan apa karena terlalu malu untuk sekedar berhadapan dengan peti jenazah wanita itu.
Tiba-tiba, seorang laki-laki berperawakan tinggi bernama Alvin Dwi Putra yang merupakan sahabat sekaligus kuasa hukum Dara, datang dengan membawa sebuah dokumen di tangannya. Dia menyerahkan dokumen tersebut pada Rendy tanpa mengatakan apa pun, lalu segera pergi dari tempat itu.
Kebenciannya terhadap seluruh keluarga Wijaya sudah sampai ke ubun-ubun. Sahabatnya, orang yang sangat dia cintai, telah mati dengan sia-sia di tangan keluarga itu. Sebelumnya, mereka bahkan sudah memberikan penderitaan kepada gadis itu sejak dia menginjakkan kaki di sana. Sama sekali tidak pernah ada kata bahagia dalam kamus hidup Dara.
Rendy membuka dokumen yang diberikan oleh Alvin kepadanya, dan langsung terduduk lemas di lantai ketika melihatnya.
Dokumen itu adalah surat pernyataan dari Dara, bahwa dia menyerahkan 51% saham Wijaya Group, dan juga rumah keluarga Wijaya kepada Rendy.
Gadis itu berniat pergi tanpa ada keinginan untuk membawa harta keluarga Wijaya bersamanya. Dan Rendy, tidak tahu bagaimana caranya dia bisa memaafkan dirinya sendiri setelah ini.
Sonya Maharani Iskandar dinikahkan dengan sopir muda yang bekerja untuk keluarganya yang bernama Daffin Dwi Atmaja karena terlanjur mengandung anak dari sang kekasih, Ken Prana Mahendra. Sayangnya, dengan tega Ken meminta Sonya untuk menggugurkan kandungannya. Setelah hidup 8 tahun bersama Daffin, Sonya mengetahui bahwa selama ini sang suami menyembunyikan begitu banyak rahasia besar di belakangnya. Lalu, Sonya justru kembali dipertemukan dengan Ken. Jangan lupakan Darren, bodyguard Sonya yang menaruh hati pada wanita itu. Darren yang dengan setia berada di sisi Sonya yang tenggelam dalam ambisi pembalasan dendamnya. Setelah berpisah dari Daffin, akankah Sonya memilih untuk kembali pada Ken? Atau justru kisahnya akan berakhir bersama Darren? Apa yang akan Sonya lakukan saat dia tahu bahwa kehidupan yang dia jalani saat ini sudah direncanakan oleh seseorang?
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Selama tiga tahun yang sulit, Emilia berusaha untuk menjadi istri Brandon yang sempurna, tetapi kasih sayang pria itu tetap jauh. Ketika Brandon menuntut perceraian untuk wanita lain, Emilia menghilang, dan kemudian muncul kembali sebagai fantasi tertinggi pria itu. Menepis mantannya dengan seringai, dia menantang, "Tertarik dengan kolaborasi? Siapa kamu, sih?" Pria tidak ada gunanya, Emilia lebih menyukai kebebasan. Saat Brandon mengejarnya tanpa henti, dia menemukan banyak identitas rahasia Emilia: peretas top, koki, dokter, pemahat batu giok, pembalap bawah tanah ... Setiap wahyu meningkatkan kebingungan Brandon. Mengapa keahlian Emilia tampak tak terbatas? Pesan Emilia jelas: dia unggul dalam segala hal. Biarkan pengejaran berlanjut!