/0/10911/coverbig.jpg?v=4e68eb016dc6b8687e3805af0af08502)
Rendy Anggara Pradua Wijaya tidak bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena pembunuhan lima tahun lalu. Selama ini, dia selalu dibayang-bayangi oleh rasa bersalah. Suatu hari, Rendy tak sengaja bertemu dengan seorang wanita yang berwajah sama persis seperti mendiang istrinya. Rendy yang penasaran berusaha mencaritahu asal usul wanita itu, dan mengetahui bahwa wanita bernama Ayana Juniatha Defandra itu adalah kepala perawat di rumah sakit jiwa tempat ibu Rendy dirawat. "Siapa wanita itu sebenarnya? Bagaimana mungkin wajahnya bisa sama persis seperti istriku yang telah tiada?" -Rendy Anggara Pradua Wijaya. "Mungkin aku memang mirip dengannya. Tapi aku bukan dia! Dan aku benci dilihat sebagai orang lain." -Ayana Juniatha Defandra.
"Pembunuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat bangsa ini berbicara. Silvia Dara Wijaya, mantan istri dari Rendy Anggara Pradua Wijaya, selaku direktur utama Wijaya Group atau sebelumnya adalah pemilik 51% saham Wijaya Group, jatuh dari lantai dua rumahnya satu minggu yang lalu karena sengaja didorong oleh ibu mertuanya sendiri. Bahkan, jasadnya yang dibuang ke danau baru saja ditemukan. Salah seorang dari puluhan penyelam berhasil menemukan jasadnya di ujung danau. Jasad itu baru saja ditemukan setelah satu minggu dibuang. Sekian sekilas info hari ini."
Berita tersebut menggemparkan seluruh negeri dan menjadi trending topik di semua platform sosial media. Semua stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan berita tersebut. Orang-orang yang menonton dan mengikuti perjalanan kasus pembunuhan itu menaruh rasa iba yang besar terhadap Dara, serta tak henti-hentinya mengutuk ibu mertuanya yang kini telah berada di dalam jeruji besi. Masyarakat semakin penasaran dengan bagaimana perkembangan dari kasus pembunuhan yang terjadi pada wanita bernama Silvia Dara Wijaya yang malang itu.
Jenazah wanita itu ditemukan oleh salah seorang tim sar dalam keadaan hancur, bengkak, dan membusuk akibat terlalu lama berada di dalam air. Ya, kejadian pembunuhan itu telah terjadi satu minggu yang lalu.
Tidak ada yang boleh terlalu dekat dengan kantong jenazah. Terlebih, jenazah itu mengaluarkan bau yang sangat menyengat. Bahkan para reporter pun hanya diperbolehkan untuk meliput dari kejauhan.
Seorang laki-laki bernama Rendy Anggara Pradua Wijaya selaku mantan suami Dara menangis bersimpuh di atas peti wanita. Rasa sakit luar biasa terus menggerogoti hatinya. Bahkan, tampilannya sudah seperti orang yang tidak terurus karena satu minggu penuh selalu ikut mencari Dara di danau dengan harapan wanita yang tengah mengandung anaknya itu masih hidup, namun dia justru menemukannya dalam keadaan tak bernyawa. Bahkan, dengan keadaan yang sangat mengenaskan.
Seorang wanita bernama Fabricia Rosalie Wijaya, yang merupakan istri pertama dari kakak Rendy adalah orang yang paling digerogoti rasa bersalah. Pasalnya, dia adalah akar dari semua masalah yang terjadi hingga Dara harus kehilangan nyawa dengan cara yang paling mengerikan. Dia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Zanna membunuh Dara.
Flashback On
Dara masuk ke dalam Wijaya House untuk mengambil barang-barangnya sebelum dia pergi. Dia tidak melihat siapa pun ada di sana. Mungkin, orang-orang rumah sedang berada di dalam kamarnya masing-masing.
Ketika tiba di kamar, dia melihat bahwa kaca meja rias miliknya telah berserakan di atas lantai. Dan tertinggal sedikit darah yang masih tersisa di sana.
Dara memandangi kamar yang dia tempati selama lebih dari satu tahun belakangan ini. Kamar itu begitu banyak menyimpan kenangan baik suka maupun dukanya bersama dengan Rendy.
Berat bagi Dara untuk bisa meninggalkan rumah dan juga kamar itu, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain selain menjauh dari keluarga Wijaya.
Dara meletakkan surat pemeriksaan kehamilannya di atas nakas milik Rendy, sebelum akhirnya keluar dari kamar itu.
Ketika keluar dari kamar, Dara tak sengaja bertabrakan dengan Galang, sepupu Rendy, yang baru saja lewat.
Galang yang melihat Dara, langsung terpesona melihat kecantikan gadis itu. Dia mendekati Dara, dia sedang tidak sadar sepenuhnya karena habis minum-minum.
Karena ketakutan melihat tatapan dari Galang, Dara memundurkan langkahnya perlahan hingga kini dia sudah bersandar pada pagar mezanin seraya terus menggeser tubuhnya.
"Ka-kamu siapa? Mau apa kamu, hah?" tanya Dara yang sudah bercucuran keringat dingin.
"Hai gadis cantik. Kenalkan, aku Galang. Laki-laki paling ganteng di dunia ini," ucap Galang lalu tertawa nyaring hingga membuat Dara merinding.
Galang mencoba untuk memegang pipi gadis itu. Dara yang ketakutan pun segera berteriak hingga teriakan itu mengundang perhatian orang rumah.
"Ssstt! Jangan berisik dong, nanti ada yang denger gimana?" Galang mendekap tubuh Dara.
Dara berusaha melepaskan pelukan Galang yang begitu kuat darinya, namun hal itu malah membuat dirinya terjatuh.
Galang langsung panik melihat itu, tiba-tiba kesadarannya kembali melihat Dara yang hampir terjatuh. Dia berusaha untuk menyelamatkan gadis itu. Karena jika benar-benar jatuh dari lantai dua itu, Dara bisa meregang nyawa.
"Tolong saya! Saya mohon tolong saya!" teriak Dara yang masih berpegang kuat pada pagar mezanin, sementara kakinya sudah menjuntai.
"I-iya. Saya bakalan tolong kamu!" Galang menjadi panik. Dia ingin menolong Dara, tetapi tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Sementara itu, Zanna dan Soraya, adiknya, yang melihat hal itu pun menjadi sangat terkejut.
"Ya ampun, Dara?" gumam Zanna.
"Soraya, kita harus panggil orang rumah yang lain. Dara bisa mati kalo jatuh!" titah Zanna yang sudah sangat panik melihatnya.
"Nggak, Kak. Kita nggak bisa melakukan itu. Lagipula, kalo Dara mati, itu akan jadi keuntungan buat kita. Coba pikirkan, kita bisa ambil cap jarinya untuk membuat surat pembalikan harta warisan. Kalo dia selamat, bisa-bisa Galang masuk penjara," ucap Soraya yang mulai menghasut otak Zanna.
Perlahan, wanita paruh baya itu berjalan mendekat dan mengambil sebuah pot bunga yang terbuat dari keramik.
Dari jauh, Rosa memperhatikan itu semua dengan air mata yang terus mengalir. Dia menutup mulutnya sendiri agar suara tangisannya tidak pecah.
Dia tidak tahu harus berbuat apa di saat-saat seperti itu. Dia tidak bisa menyelamatkan Dara secara terang-terangan, karena takut kepada Zanna dan juga Soraya.
Namun, tak kehabisan akal, dia mengambil ponselnya untuk merekam kejadian tersebut.
"Ta-Tante siapa? Kenapa Tante melakukan ini sama saya?" tanya Dara.
"Oh ya kita belum kenalan, ya? Perkenalkan, saya Soraya. Adik dari mantan mama mertua kamu," ucap Soraya dengan santainya.
Sesaat kemudian, dia segera menghunjamkan pot bunga yang dia pegang ke tangan Dara hingga membuat gadis itu menjerit kesakitan.
"Ma, kenapa Mama diam aja? Tolong aku, Ma. Aku mohon!" ucap Dara.
Zanna hanya menatapnya dengan tatapan ketakutan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Meskipun hati nuraninya menjerit tak tega melihat Dara seperti itu, tetapi rumah dan harta peninggalan sang suami lebih penting dari apa pun juga.
Soraya semakin membabi buta. Dia menumbuk tangan Dara menggunakan pot itu berkali-kali, dan berkali-kali pula Dara menjerit kesakitan hingga dia bisa merasakan tangannya telah basah oleh darah.
Lalu, gadis itu merasa kehilangan kekuatan untuk berpegang lebih lama lagi. Dan pegangan tangan itu terlepas begitu saja. Dia merasa pasrah jika hidupnya harus berakhir sekarang.
Dara terjatuh dari lantai dua Wijaya House tepat ke ruang tamu yang berada di bawahnya. Tak butuh waktu lama, darah segar mulai mengalir dari kepala gadis itu. Bahkan, darah yang lain juga mengalir di antara kedua kakinya.
Rosa membekap mulutnya semakin kencang ketika melihat Dara terjatuh dengan mata kepalanya sendiri. Seluruh tubuhnya bergetar melihat pembunuhan yang terjadi di rumah itu.
Soraya, Zanna, dan Galang langsung turun dari tangga dan menghampiri tubuh Dara yang tergeletak di atas lantai dengan bersimbah darah.
"Ki-kita harus gimana sekarang?" tanya Zanna dengan tubuh bergetar hebat.
"I-iya, Ma. Ki-kita bisa masuk penjara kalo gini ceritanya," ucap Galang yang mulai ikut panik.
"Dengar. Sekarang, Dara nggak ada di sini," ucap Soraya.
"Maksud Mama apa?"
"Dara nggak jatuh dan mati di rumah ini."
"Tunggu. Maksud kamu, kita harus menaruh jasadnya di tempat lain?" tanya Zanna.
Soraya mengangguk mendengar itu. "Kita harus menghilangkan bukti apa pun yang bisa menunjukkan kalo kita membunuh Dara. Lagipula, dia juga nggak akan hidup lagi. Jadi, kita nggak boleh membiarkan hidup kita hancur gara-gara dia."
"Galang, kamu harus buang jasad Dara ke mana pun. Mama sama tante Zanna akan membersihkan darahnya. Oh ya, sebelum itu kamu tolong ambil tinta. Kita harus dapat cap tangan Dara lebih dulu," lanjut Soraya.
Setelah itu, mereka semua mulai melaksanakan tugas masing-masing.
Sementara itu, Rosa segera berlari dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia harus bersikap seolah-olah tidak mengetahui apa pun demi mengamankan posisinya di rumah itu.
Soraya tidak hanya licik, tetapi dia juga sanggup membunuh seseorang yang bisa menghalangi rencananya.
Di dalam kamar, Rosa yang panik masih bisa berpikir. Dia mencari nomor Alvin di ponselnya, berniat untuk memberitahukan apa yang telah terjadi pada Dara.
"Alvin! Ini aku, Rosa. Ada sesuatu yang mau aku kasih tau sama kamu. Dara ... Dara dibunuh di rumah ini," ucap Rosa dengan suara bergetar dan terputus-putus karena menangis.
"Apa? Apa kamu bilang? Dara dibunuh? Kamu jangan ngada-ngada, ya!" Terdengar suara emosi dari seberang telepon.
"Aku nggak ngada-ngada! Tante Soraya, Galang, bahkan mama juga ikut andil dalam pembunuhan ini. Dan sekarang, mereka mau buang jasad Dara ke danau dekat rumah. Alvin ... Alvin aku mohon tolong kamu segera pergi ke sana. Mungkin Dara masih bernapas sekarang, kita harus segera menyelamatkan dia."
Rosa menutup teleponnya, lalu mengirim video yang dia rekam pada Alvin.
Gadis itu tidak bergerak dari kamarnya sama sekali, dia takut untuk keluar kamar kalau Zanna, Soraya, dan Galang belum selesai mengurus tubuh Dara.
Rosa merasa sangat bersalah pada gadis itu karena telah membuat hidupnya hancur, dan sekarang dia harus mengalami itu semua. Hanya ini yang bisa Rosa lakukan, meskipun dia tahu bahwa itu tidak cukup untuk menebus rasa bersalahnya terhadap Dara.
Dia hanya berharap bahwa Dara masih bisa diselamatkan, dan gadis itu tidak mati dengan sia-sia di tangan orang-orang licik itu.
Flashback Off
Rosa pun perlahan maju ke arah peti Dara, lalu menangis sejadi-jadinya di sana.
"Dara ... Aku minta maaf." Hanya itu kata-kata yang bisa diucapkan oleh Rosa, dia tidak tahu harus mengatakan apa karena terlalu malu untuk sekedar berhadapan dengan peti jenazah wanita itu.
Tiba-tiba, seorang laki-laki berperawakan tinggi bernama Alvin Dwi Putra yang merupakan sahabat sekaligus kuasa hukum Dara, datang dengan membawa sebuah dokumen di tangannya. Dia menyerahkan dokumen tersebut pada Rendy tanpa mengatakan apa pun, lalu segera pergi dari tempat itu.
Kebenciannya terhadap seluruh keluarga Wijaya sudah sampai ke ubun-ubun. Sahabatnya, orang yang sangat dia cintai, telah mati dengan sia-sia di tangan keluarga itu. Sebelumnya, mereka bahkan sudah memberikan penderitaan kepada gadis itu sejak dia menginjakkan kaki di sana. Sama sekali tidak pernah ada kata bahagia dalam kamus hidup Dara.
Rendy membuka dokumen yang diberikan oleh Alvin kepadanya, dan langsung terduduk lemas di lantai ketika melihatnya.
Dokumen itu adalah surat pernyataan dari Dara, bahwa dia menyerahkan 51% saham Wijaya Group, dan juga rumah keluarga Wijaya kepada Rendy.
Gadis itu berniat pergi tanpa ada keinginan untuk membawa harta keluarga Wijaya bersamanya. Dan Rendy, tidak tahu bagaimana caranya dia bisa memaafkan dirinya sendiri setelah ini.
Sonya Maharani Iskandar dinikahkan dengan sopir muda yang bekerja untuk keluarganya yang bernama Daffin Dwi Atmaja karena terlanjur mengandung anak dari sang kekasih, Ken Prana Mahendra. Sayangnya, dengan tega Ken meminta Sonya untuk menggugurkan kandungannya. Setelah hidup 8 tahun bersama Daffin, Sonya mengetahui bahwa selama ini sang suami menyembunyikan begitu banyak rahasia besar di belakangnya. Lalu, Sonya justru kembali dipertemukan dengan Ken. Jangan lupakan Darren, bodyguard Sonya yang menaruh hati pada wanita itu. Darren yang dengan setia berada di sisi Sonya yang tenggelam dalam ambisi pembalasan dendamnya. Setelah berpisah dari Daffin, akankah Sonya memilih untuk kembali pada Ken? Atau justru kisahnya akan berakhir bersama Darren? Apa yang akan Sonya lakukan saat dia tahu bahwa kehidupan yang dia jalani saat ini sudah direncanakan oleh seseorang?
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.