Sonya Maharani Iskandar dinikahkan dengan sopir muda yang bekerja untuk keluarganya yang bernama Daffin Dwi Atmaja karena terlanjur mengandung anak dari sang kekasih, Ken Prana Mahendra. Sayangnya, dengan tega Ken meminta Sonya untuk menggugurkan kandungannya. Setelah hidup 8 tahun bersama Daffin, Sonya mengetahui bahwa selama ini sang suami menyembunyikan begitu banyak rahasia besar di belakangnya. Lalu, Sonya justru kembali dipertemukan dengan Ken. Jangan lupakan Darren, bodyguard Sonya yang menaruh hati pada wanita itu. Darren yang dengan setia berada di sisi Sonya yang tenggelam dalam ambisi pembalasan dendamnya. Setelah berpisah dari Daffin, akankah Sonya memilih untuk kembali pada Ken? Atau justru kisahnya akan berakhir bersama Darren? Apa yang akan Sonya lakukan saat dia tahu bahwa kehidupan yang dia jalani saat ini sudah direncanakan oleh seseorang?
Pagi ini, udara cukup sejuk karena sang surya tidak bersinar begitu terik.
Di jalanan yang cukup lengang, seorang laki-laki yang sangat rupawan tengah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Wajah khas Asia Tenggara miliknya terlalu sempurna hingga terlihat sangat tidak manusiawi jika dipandang. Para perempuan bisa menatap rupa itu seharian tanpa merasa bosan.
Ken Prana Mahendra namanya, laki-laki yang memiliki kulit putih bersih, tinggi lebih dari 180 cm, badan tegap, bahunya bidang, rambut berantakan, alis menukik, senyum tipis yang mematikan, serta sorot mata tajam dan siap menusuk hati siapa saja yang menatapnya.
Namun, mata itu kala menatap seorang gadis akan berubah selembut aliran air. Yap, dia sudah memiliki seorang kekasih yang sangat dia cintai.
Meskipun begitu, masih banyak para gadis yang mengantri untuk menjadi yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Tetapi, hanya ada nama sang kekasih di hatinya.
Sonya Maharani Iskandar, itulah nama sang kekasih. Seorang gadis cantik berperawakan tinggi dan ramping bak seorang model dengan paras yang bisa dikatakan setara dengan Ken.
Sonya adalah gadis yang dipuja-puja banyak lelaki, dan Ken adalah laki-laki yang dipuja para gadis. Mereka berdua adalah wajah dari kampus tempat mereka berkuliah, dan orang-orang menyebut mereka sebagai Dewa dan Dewi visual dari Asia di Oxford University.
Ken memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen Sonya sembari menunggu sang kekasih keluar dari tempat tinggalnya. Tak lama kemudian, gadis yang ditunggu-tunggu pun datang dan masuk ke dalam mobil dengan wajahnya yang pucat pasi tanpa ada sedikit pun senyum di wajah itu.
"Muka kamu kenapa kayak gitu?" tanya Ken saat melihat wajah Sonya yang sangat tidak enak dipandang.
"Aku masih merasa mual, aku nggak bisa makan apa-apa karena dari kemarin aku muntah-muntah," ucap Sonya dengan suara lirih.
"Kalo sampai kayak gitu, kamu seharusnya minum obat." Ken berujar dengan wajah datar.
Sonya menatap Ken dengan ekspresi tak habis pikir. Dia kesal dengan tingkan Ken yang selalu saja bersikap seperti itu terhadapnya.
Orang-orang mungkin melihat mereka adalah pasangan yang sangat romantis dan serasi. Tapi nyatanya, Ken adalah sosok laki-laki yang dingin sedingin es di kutub utara, dan jarang sekali memberikan perhatian pada Sonya.
Menurut Sonya, Ken berbeda dengan kebanyakan pria yang biasanya bersikap hangat kepada kekasihnya. Sonya tahu Ken menyayanginya, tetapi sifat dingin laki-laki itu menutupi semuanya.
"Seenggaknya pura-pura peduli kek soal keadaan aku," ketus Sonya seraya membuang wajah.
"Aku minta maaf. Aku nggak bermaksud kayak gitu. Sekarang kita jalan aja, ya? Udara segar akan membantu supaya kamu merasa lebih enakan." Ken menatap Sonya yang masih asyik menatap ke luar jendela mobil.
"Nggak usah sok peduli sama aku."
"Gimana bisa? Kamu adalah orang yang aku cintai melebih siapa pun di dunia ini. Jadi, kita berangkat sekarang?" tanya Ken seraya menggenggam tangan Sonya.
Beberapa kali Sonya merasa muak pada hubungannya dengan Ken karena laki-laki itu selalu bersikap seakan-akan tidak peduli padanya. Tetapi sialnya, Sonya terlalu mencintai Ken. Tidak bisa dia pungkiri, laki-laki itu tahu cara memperlakukan perempuan. Setiap Sonya marah atau kesal, entah kenapa Ken selalu saja bisa meluluhkan hatinya.
Sonya menoleh ke arah Ken lalu berdeham sembari tersenyum tipis.
Setelah itu, Ken segera melajukan mobil menuju kampus.
***
Saat tiba di kampus, Sonya dan Ken turun dari mobil. Seperti biasa, Ken selalu berjalan dengan merangkul tubuh pacarnya dan pemandangan itu sudah dilihat oleh orang-orang di sana setiap hari. Sehingga tak ayal mereka selalu saja kagum dengan sikap Ken yang terlihat sangat menyayangi Sonya.
Mereka yang disebut Dewa dan Dewi kampus itu berjalan dengan percaya diri tanpa mempedulikan orang-orang yang memperhatikan mereka berdua di sepanjang jalan menuju aula kuliah.
Tetap saja Sonya merasakan ada sesuatu yang terus ingin keluar dari mulutnya, tetapi gadis itu berusaha untuk menahannya.
Sonya dan Ken kemudian mulai mengikuti pelajaran dengan saksama, karena mereka berdua pun adalah murid yang cukup berprestasi di kampus itu di antara mahasiswa lainnya yang sama-sama berasal dari Indonesia, sehingga mereka pastinya dikenal oleh seluruh dosen dan penghuni kampus yang karena mereka telah banyak menorehkan prestasi untuk kampus tersebut selama kurang lebih dua tahun belakangan ini.
Setelah pelajaran berakhir, Ken pergi ke gedung olahraga kampus karena dia sedang ada pertandingan basket hari ini, sedangkan Sonya meminta izin pada Ken untuk pergi ke suatu tempat.
Sonya terus saja merasa mual sejak kemarin hingga sudah tidak dapat menahannya dan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya.
"You're twelve weeks pregnant, don't you know? You have to do a prenatal check up," ucap sang dokter.
Sonya tidak dapat berkata apa-apa lagi setelah mendengar itu semua. Dia hanya bisa terdiam dengan pandangan kosong saking syoknya. Bagaimana caranya dia memberitahu Ken bahwa dia tengah mengandung anak dari laki-laki itu? Bagaimana cara dia memberitahu orang tuanya tentang masalah ini? Akankah Ken mau menerima dirinya dan bayinya? Itulah sederet pertanyaan yang terus bergelayut di benak Sonya.
Setelah selesai pergi ke dokter, Sonya kembali ke kampus dengan wajah murung. Saat berjalan masuk ke dalam ruang olahraga, dilihatnya Ken sedang beristirahat.
"Waw, gadis cantik itu siapa?" tanya Ken pada temannya.
Temannya itu pun menoleh ke mana arah mata Ken menatap dan melihat Sonya tengah berjalan masuk ke dalam gedung.
"Dia kan pacar kamu, bodoh!" pungkas Gibran.
"Iya, kamu benar juga. Dia emang pacar aku." Ken nyegir kuda lalu berlari menghampiri Sonya.
"Kok lama banget, sih?" tanya Ken.
Sonya tidak menjawan ucapan Ken dan hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Ada apa?" tanya Ken lagi.
"Hah? Nggak apa-apa, kok," bohong Sonya. Gadis itu ragu, apakah dia harus mengatakan semuanya atau merahasiakannya dari Ken?
"Pasti terjadi sesuatu. Kamu harus harus kasih tau aku, apa pun itu."
"Aku akan kasih tau, tapi nggak bisa di sini."
Mereka berdua kemudian berjalan ke belakang gedung olahraga dan di sana, Sonya memberanikan diri untuk memberitahukan semuanya pada Ken.
"Jadi, kamu kenapa?" tanya Ken seraya mengusap rambut Sonya.
"Aku ... a-aku ... aku hamil," lirih Sonya dengan air mata yang menetes seketika.
Ken sangat terkejut mendengar itu tetapi dia berusaha untuk menetralkan rasa terkejutnya dengan menarik napas dan tetap bersikap tenang.
"Kamu hamil di saat kamu masih kuliah dengan semua prestasi yang udah kamu dan aku raih, jadi kamu harus ngambil keputusan yang tepat buat masalah ini dengan berpikir rasional," ucap Ken.
"Apa yang terjadi kalo aku tetap melahirkan bayi ini?" tanya Sonya.
"Jangan konyol, kita masih punya cita-cita yang belum tercapai. Kamu tau kita bahkan baru kuliah di semester keempat, 'kan? Dan kalo kampus tau kamu hamil, semuanya akan jadi tambah runyam. Lakukan aborsi."
"Cita-cita? Aborsi? Dengan gampangnya kamu mengucapkan kata-kata itu, Ken?" Sonya menatap Ken dengan berkaca-kaca. Tega sekali Ken mengatakan itu, seakan-akan cita-cita itu jauh lebih penting dari buah hati mereka.
Sebenarnya, Sonya dan Ken sudah merancang masa depan mereka. Dua sejoli itu sudah membuat rencana bisnis untuk membangun perusahaan yang bergerak di bidang keamanan. Rencana itu pun sudah terjalan sebanyak 40% dan pembangunan perusahaan tersebut juga sudah dimulai di Jakarta. Tentunya, mereka tidak hanya berdua. Ada dua sahabat mereka lainnya yaitu Gibran dan juga Nadine yang ikut membantu dalam pembangunan perusahaan tersebut.
Ken menghela napasnya. "Sonya, maksud aku--"
"Aku lapar. Oke, aku akan melakukan aborsi. Tapi sebelum itu, biarin aku ngasih bayi ini makanan enak dulu," ucap Sonya dengan matanya yang masih berkaca-kaca.
"Tapi aku masih ada satu babak lagi, gimana kalo kita makan habis itu?" tawar Ken.
Sonya mengangguk dan mereka kembali ke dalam gedung olahraga.
Ken segera bersiap-siap untuk babak terakhir pertandingannya, sedangkan Sonya duduk di bangku penonton, menonton pertandingan Ken dengan pandangan kosong.
Setelah menyelesaikan pertandingannya, Ken berhasil lolos menjadi tim terbaik bersama timnya dan juga dirinya dinobatkan sebagai pemain terbaik. Itu cukup membuat dirinya merasa sangat bahagia dan berharap Sonya akan bangga kepada dirinya.
"Gimana? Aku hebat, kan?" tanya Ken.
Sonya memaksakan dirinya untuk tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Sesuai janji mereka, Ken membawa Sonya ke salah satu restoran tempat biasa mereka makan. Tetapi saat di perjalanan, ponsel laki-laki itu berdering dan dia segera meminggirkan mobilnya lalu mengangkat telepon tersebut.
Ternyata, Ken diminta untuk menandatangani kontrak untuk menjadi pemain inti dalam tim basket tersebut dan akan mengikuti kejuaraan internasional. Mendengar semua itu, Ken tidak bisa membendung rasa bahagianya dan langsung memeluk Sonya.
"Aku diminta buat menandatangani kontrak sekarang," ucap Ken.
"Selamat, ya," ucap Sonya.
"Kamu bisa ke restoran duluan naik taksi, nanti setelah tanda tangan kontrak aku nyusul ke sana," ucap Ken seraya melepas pelukannya.
Sonya mengangguk.
"Hati-hati," ucap gadis itu seraya turun dari mobil lalu berjalan dan menyetop sebuah taksi yang lewat.
Sebelum Sonya masuk ke dalam taksi itu, dia menatap ke arah Ken dan mobilnya dengan tatapan penuh arti. Gadis itu bisa melihat bahwa Ken juga menoleh ke arahnya.
Sesaat kemudian, mobil Ken perlahan mulai mengecil dari pandangan Sonya lalu gadis itu langsung masuk ke dalam taksi.
Sonya tidak berniat untuk pergi ke restoran. Tanpa Ken ketahui, gadis itu membuat keputusan yang lebih besar untuk memilih pergi meninggalkan Ken, karena dia tidak bisa membunuh bayinya.
Rendy Anggara Pradua Wijaya tidak bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena pembunuhan lima tahun lalu. Selama ini, dia selalu dibayang-bayangi oleh rasa bersalah. Suatu hari, Rendy tak sengaja bertemu dengan seorang wanita yang berwajah sama persis seperti mendiang istrinya. Rendy yang penasaran berusaha mencaritahu asal usul wanita itu, dan mengetahui bahwa wanita bernama Ayana Juniatha Defandra itu adalah kepala perawat di rumah sakit jiwa tempat ibu Rendy dirawat. "Siapa wanita itu sebenarnya? Bagaimana mungkin wajahnya bisa sama persis seperti istriku yang telah tiada?" -Rendy Anggara Pradua Wijaya. "Mungkin aku memang mirip dengannya. Tapi aku bukan dia! Dan aku benci dilihat sebagai orang lain." -Ayana Juniatha Defandra.
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"