ak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis
sain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi te
i tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang ti
an semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di dinding
g dalam genggamannya yang gemetar. Anelies terus berdoa tanpa berani melihat ke bawah, dia hanya terus melangkah turun pelan-pelan dengan menjejak dinding dan tetap berpeganga
melepas ikatan di pinggangnya dan memakai hoodie hitamnya untuk bersembunyi di pagar tanaman
nah sampai mendekati barisan mobil yang berjejer di dekat pintu gerbang. Sepertinya mobil-mobil tersebut sedang antri akan keluar. Anelie
gkuk di dalam bagasi, akhirnya anelies merasakan mobil tersebut mulai berjalan. Seharusny
rata, semacam jalan tanah atau jalan aspal yang memang sudah sangat rusak. Anelies tidak tahu mobil
ungan kembali sunyi. Anelies tidak berani langsung keluar, dia mengintip dulu sedikit unt
ampu-lampu kendaraan yang ramai dari kejauhan. Anelies berlari sekencang mungkin agar tidak tert
dia sudah berhasil kabur dari satu bencana. Anelies sudah sampai di trotoar dengan napas tersengal-sengal keti
agar bisa duduk beristira
tempat duduk. Anelies duduk meringkuk memeluk tubuhnya yang masih memkai tudung kepa
ngun oleh rasa lapar yang melilit lambung. Untung Anelies segera ingat dengan uang jatah taksi yang
ies membeli burger di pinggir jalan dan memakannya deng
a disergap dari belakang dan diseret masuk ke dalam mobil berkaca ge
kata pria yang duduk di samping supir
perintah suara da