akhri turun dari mobil diikuti Watining. Sopir mobil itu membuka bagasi di bagian
dus bawaan Watining. Setelah Watining membukakan pintu pagar rumahnya, Fakhr
asih
Aku pulang dulu."
hri mengangguk dan membalikkan
aktu sekitar setengah jam untuk sampai di rumah Fakhri. Mereka berdua adalah penumpang tera
menyambutnya denga
sama Adek," balas Watining sa
ma." Dinda mencium pipi mamanya
ng baru muncul di ruang tamu. Anak kedua Watining itu m
Ari sambil mengangkat lebih ting
eh-oleh. Taruh di ruan
sambil mengikutinya ke kamar. "Ma,
bisa menebak keinginan si bungsu. Dia selalu
u kangen-kange
kelas satu SMP, tapi masih kolokan." Dinda tersenyum malu-malu
a bau," c
Watining baru ingat
mput temennya. Katany
ngan. Setahun pertama setelah papanya meninggal, Akbar sering bertingkah aneh dan kerap malas sekolah. Watining sam
i sekolahnya. Namun, kekhawatiran Watining berganti arah dengan rutinnya Akbar pergi bersama teman-temannya di akhir pekan. Wa
*
menyisakan porsi makan malamnya. Ari yang tak banyak bicara hanya me
pi, Adek ndak usah khawatir. Ma
tengah untuk bersantai. Ari tak bergabung den
kat sama Om
tanya-tanya dalam hati meng
melihat ekspresi putrinya yang senyum
itu pinte
banyak dibantu Om Fakhri
hri itu tahu semuanya." Watining tertawa menanggapi omongan putrinya. "Waktu
a gi
nya sambil memperagakan permainan piano yang dimaksudnya. "Adek kan ma
lagu-lagu klasik? Gaya
jar lagu pop, ah ...." Dinda mengutarakan pendapatnya den
in Om Fakhri melulu. Ad
papanya yang biasa dijadikannya tempat bermanja. Waktu papanya masih ada
anya memainkan lagu anak-anak dan meminta Dinda bernyanyi. Dia juga mengajarkan permainan piano sederhana pad
ak tadi. Tak terasa waktu berjalan. Dinda sudah beranjak remaja. Sifat
. Sejak papanya meninggal, dia seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah lelaki yang bisa mengambil tanggung jawab sebagai peng
*
nghampiri Fakhri yang sibuk dengan pekerjaan
apkan buat Senin," jaw
ng lagi? Istirahatlah d
menutup laptopnya. Setelah merapikan meja kerjanya di ruang tengah, Fakhri beranjak menu
emegang ponselnya. Fakhri menduga bahwa Firza sedang bermain ga
enoleh sekilas ke papanya lalu
. Fakhri masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi sebelum tidur. Tubuhnya terasa pe
ika menyusul Fakhri ke tempat tidur. Fakhri mengerti yang
i peserta yang ibu-ibu mampir ke h
alpukatnya ena
atang, besok
dalam beras biar cepat matang." Fakhri
a. Dia memang gampang kedinginan. Udara kamar te
gkat lagi ke san
u lagi ke
lagi?" tanya Arianti
jah Arianti. Mungkin karena sebelumnya Fakhri belum pernah tugas ke luar kota bersama perempuan
rsambu