i sebuah perguruan tinggi swasta untuk memberikan jasa konsultansi implementasi standar mutu di lembaga pendidikan itu tidak bisa ditanganinya
itu, Fakhri memiliki argumen yang tak bisa ditolak atasa
ang usianya dua tahun lebih tua darinya itu sudah seperti saudaranya sendiri. P
baru selesai kubuat. Ada apa?" tanya Watining
u aku, 'kan, pernah cerita kalau aku enggak bisa tangani sendiri, tapi bos maksa menugaskan aku sendirian. Setelah dari sana, terny
r beberapa detik. "Perg
k implementasi. Kalau kita berdua yang tangani, kita bisa berbagi. Jadi, pekerjaannya bisa lebih cepat selesai
lah. Aku juga sudah biasa
e sana dua kali sebulan. Itu artinya Mbak bakal rutin k
Mata Watining yang berbinar indah tampak le
gas di sana. Kita bisa berangkat akhir pekan. Hari Jumat, kita berangkat.
lakang di sandaran kursi kerjanya. Dia langsu
enyum. "Mak
ong, di sana
k bisa kita samakan dengan di sini. Menghadapi orang-orangnya juga
saja liburan," ujar Watining diikuti tawa kecilnya. Fakhri merasa lega. T
erat. Cuma mesti bersabar saja menghad
orang-orang yang gampang ngerti kalau
u ngurusin masalah tambahan personel. Makasih,
kah Fakhri dan membuatnya membalik b
email rinc
e,
enugasan itu. Dia sudah mengenal baik perempuan itu sejak lama. Sejauh i
ining ke rumah orang tua Fakhri dan mengenalkan perempuan itu sebagai pacarnya. Perempuan ayu dengan suara lembut berlog
lasan mencari pengalaman dengan melanjutkan sekolah di sini. Berbekal alamat kerabat jauh yang mema
erabat jauh tempat Heru tinggal. Seringnya mereka mengobrol saat
emanan Fakhri dengan Heru yang dua tahun lebih tua darinya itu semakin erat. Melihat pembawaan Heru yang sopan da
bagai sesama perantau dari Jawa, keduanya jadi berteman. Watining pindah ke kota ini saat naik
ih. Dua tahun setelah lulus kuliah, keduanya memutuskan untuk menikah. Saat itu, Watining yang cerda
ya juga menanjak dan kondisi ekonomi mereka meningkat. Sepuluh tahun bekerja, Heru diangkat sebagai kepala seksi dan m
yang akan ditugaskan mengikuti pelatihan manajemen mutu. Watining yang cerdas dengan serius menjalaninya dengan kesungguhan.
yang bekerja sama dengan perguruan tinggi tempatnya bekerja, melainkan juga dengan orang-orang yang sempat dikenalnya saat
i untuk pindah bekerja oleh seorang petinggi di salah satu lembaga sertifikasi mutu, Watining memutuskan untuk pindah. Meski jabatan awalnya di lemb
*
g dijalaninya. Penambahan Watining untuk membantu tugasnya itu harus disertai pe
an kepala bagian keuangan. Fakhri berjalan keluar ruangan itu menuju meja kerjanya. Dia sena
ofesional tanpa birokrasi yang berbelit-belit. Keputusannya untuk pindah bekerja dari tempat
saat ketika mereka bertemu di acara keluarga. M
dosen, obrolan mereka sejalan. Fakhri saat itu masih bekerja sebagai dosen di Jurusan Tek
enarnya. Aku enggak suka dengan intrik-intr
lu. Untunglah aku sekarang ndak nemui masalah kayak gi
ja. Setiap kali aku bikin sesuatu, ada saja yang
utuh auditor?" timpal Heru yang biasa me
wajahnya terlihat bersemangat. "Gimana kalau kamu ikut jejakku saja? Kamu, 'k
nik Industri sekitar delapan bulan terakhir. Fakhri hanya merasa sangat tidak nyaman dengan berbagai upaya sebagian rekan-rekan kerjanya yang ba
nya Watining yang me
u pertimbangka
enak loh. Orang-orangnya semua bers
suami istri itu meyakinkannya. "Kapan aku mes
ah diambil orang." Wat
, aku kasih
rsambu