e gel
rah kamar mandi, tempat Liam sedang membersihkan diri. Setiap gemericik air yang menyentuh lantai mena
p, dan Raline tidak siap untuk itu. Terlebih, lawan mainnya kali ini
dia berdalih
n lebih murka jika tahu ia berbohong. Situasinya ju
idak ingin berhubung
a menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Seakan s
esan terdengar. Itu dari Chelsea. Pesan y
us pergi k
lin
g melakukan 'itu'
ku. Kamu benaran baik-baik
ukan orang baik-baik, Lin.
. Untuk sekarang, ia mungkin baik-baik saja, tetapi
Tertulis nama Satyadikara yang dibubuh
pucat seketika. Men
menatap layar ponsel dengan sorot cemas. Tidak meny
pa d
akangnya. Tangannya sontak melempar ponselnya ke sembarang arah, tetapi
l mandi itu berjalan menjauh dan memungut ponselny
ia. Liam tidak akan segan melempar ponsel it
itu kemudia
get melihat baterai ponsel
n?!" tanyanya dengan
Liam bertanya dengan tajam, kemudian menar
ada telepon apapun saat
lalu menjawab setiap kali mendapat telepon dari Satyadikara. Kini, i
aline. Jantungnya seakan jatuh ke lambung saat menoleh dan mendapat
tanyanya, merasa aneh dengan Ral
. Napasnya seakan te
" jawabnya, berusaha terlihat tegar meski te
alam ini kau tidak membutuhkan paka
at bibirnya tersenyum miring seak
kul tubuh Raline dan menjatuhkannya
nik. "So–soal ini, ada sesua
ar acuh tak acuh sementara ia men
tak
ra yang pergi ke hotel hari ini. Karena itu
intinya!" d
e. Dia mengatakannya dengan
disentuh oleh laki-laki manapun, jadi tolong beri ak
itu menatapnya dengan sorot tajam. Tidak mungkin
an karena tidak ingin ti
ata dan menggeleng. "T
ba-tiba menyerang bibirnya. Mengisap d
ementara Raline tersentak beber
.... Jangan... s
t dan mengisapnya dengan buas seakan tidak pedubergerak untuk melepaskan kebaya Raline. Menjadi tidak sabar dan
meloloskan diri dari lumatan kasar Lia
t dan menahan kedua tangan Raline di atas kepala. Mem
ke arah leher Raline dan bergerak
Raline terisak. Napasnya tercekat di tenggoroka
an diri dari kungkungan Liam meski sia-sia s
anya. Membuat Raline menangis samb
ra gadis itu t
memenuhi kelopaknya dan Raline pikir dia akan tama
t dan melepaskan genggama
tajam dan sorot mata yang terlihat l
rbentuk dan mengekspos bagian tubuhnya, kemudian beringsut turun. Kamengganggu waktu tidurku!" kecam Liam sebelum
eketika. Ruangan telah menjadi gelap d
k. Tangannya terangkat untuk menutupi mulut, menahan isak tangis yang tida
r tenang di ranjang. Seakan tidak peduli dengan kond
ia untuk menikah dengan pria seperti Liam? Akan jadi apa h
ai terasa berat hingga tanpa sadar i
*
a kasihan sama