nggu. Masa ayah kerja juga?" celetukan polos Wira membuat Suri sedih. Hal-hal seperti inilah yang membuatnya gaman
tuk perempuan lain. Hanya saja Pras tidak ingin ia perjuangkan. Semakin hari mereka berdua semakin jauh walau masih tinggal dalam rumah dan ranjang yang sa
uaan terus. Bu Murni juga sudah tidak membawa kendaraan sendiri lagi ke kantor. Pras yang mengantarjemputnya setiap hari. Ro
kannya walaupun hari Minggu. Seperti Wira juga. Kalau ada PR, Wira harus mengerjakannya juga buka
k sekolah." Wira mengangguk puas. Suri lega. Syukurla
ira mengguncang-guncang tangannya. Hari Minggu seperti ini memang waktunya membawa Wira berjalan-jalan. B
n nasi goreng dulu ya? Baru setelahnya
ngacungkan jempol seperti ini, Wira mirip sekali dengan Pras. Ba
awa Wira menuju gerai es krim. Tepat pada saat akan melangkah masuk ke dalam gerai, pandangan Suri tidak sengaja membentur sepasang insan yang tengah tertawa bahagia. Tangan keduanya saling terjalin mesr
njauhkan Wira dari Pras dan Murni. Ia ti
u ayah k
ang belum menyadari kehadiran mereka berdua. Pras
sudah terlanjur
Timezone saja," seru Suri gugup. Ia tidak mau membuat W
. Ayah!" Suri kaget saat Wira melepaska
Murni kaget melihat kehadiran Wira. Jal
i ini, Suri terpaksa turun tangan. I
unda yang salah." Wira memegang tangan Pras dengan bangga. P
juga oleh Wira. Makanya ia bersikap biasa-biasa saja. Berbanding terbalik dengan Pras dan Murni. Keduany
Kalau begitu kenapa kita tidak berangkat bersama-sama aja tadi? 'Kan n
ng. Jelas keduanya tidak meng
apa yang kamu katakan, Wira?"
Wira punya PR sekolah. Makanya Ayah harus menyelesaikan PR kerja Ayah. Eh rupanya tempat Ayah mengerjakan PR di mall. Kan har
ras dan Murni saling memandang. Mereka pasti keh
serius pula. Jadi kita jangan menganggu Ayah dan atasan Ayah ya, Nak? Biar Ayah cepat menyelesaikan PRnya. Oke, Wira?" Suri memutuskan untuk menyudahi saja perte
ang kursinya panjang kayak sofa di rumah kita." Wira berlari masuk ke gerai
. Pras sendiri yang menghubungi saya. Jadi kamu jangan berpikir kalau saya memerah keringat staff saya dengan sem
karakter Pras. Sesungguhnya saat ini Pras sedang merasa malu. Bagaimana tidak malu, sikapnya bagai c
negaskan kedudukannya sebagai seorang lady boss. Selain itu ada maksud terselubung dalam kalimat ; Pras sendiri yang menghubunginya. Murni mengulang kata-kata itu berkali-kali. Artinya, Murni ingin mengatakan bahwa
Wira yang tidak bisa menilai keadaan. Seperti juga Bu Murni dan
amun saat berbalik, nyaris tidak mampu menahan lajunya air mata. Dirinya perempuan biasa. Seorang istri pula. Bukan hal mudah, menahan diri untuk tidak memaki-maki suami yang tertangkap basah bersama dengan wanita lain. Bukan perkara gampang juga mencegah tangannya untuk tidak menjamba
gup menahan semua perasaan yang bercampur baur itu dengan sikap datar dan kepala tegak. Ia
akan mempermalukan dirinya di sana dengan drama ala-ala istri yang ter
ah. Untuk kali ini saja ia menangisi Pras. Istri yang baru saja menang
*
buat Suri refleks memindai jam dinding
i ini ia tidak mau capek-capek membuka pintu gerban
juga Mbok Inah. Oleh karenanya lebih praktis kalau Pras membawa kunci rumah sendiri. Jadi, jam berapa pun Pras pulang, tidak akan ada orang yang terganggu. Kala it
embuka kancing-kancing kemeja dan celananya. Selanjutnya
ik air terdengar dari pancuran. Suara botol shampoo atau entah apapun itu, terdengar berjatuhan di dalamnya. Sepertinya Pras sedang tidak enak hati dan melampiask
an pintu kamar mandi
h, ia sentak dengan keras. Setelahnya Pras menarik celana pendek dan kaus putihnya sembarangan. Alhasil lipatan pakaian
t Suri kalem. Ia tidak sedikit pun terpancing denga
li. Jadi untuk apa kujawab bukan?" Suri balik bert
? Kamu tidak bertanya aku dari mana atau
ai raja, ia menggerutu. Dirinya tidak memerlukan pengabdiannya katanya. Giliran tidak dianggap,
aja. Lebih baik napasku kugunakan untuk hal yang lebih berguna. Meneruskan rajutanku mis
sombong. Kuceraikan betulan baru tahu rasa kamu!" Pras ma
o gininya adil, aku sih tidak masalah. Jadi kapan Ma
ual, a
Aku sudah lelah menyuapi ego la