ita, Sayang?" wanita berparas cantik itu me
sambi mengecup kening simpanannya. "Aku sudah muak dengannya. Aku b
ana jika kau gugat ce
g, aku
gin memberitahu semua orang tentang cinta
in. Dunia memang sudah bobrok." Diletakkannya sisir di atas laci yang rapi, dan diraihnya botol losion di atas meja rias. Sesekali Sonya melirik ke arah pesawat televisi sambil menggerutu gemas dengan adegan si
taiku, bukan? Katakan pada
intaimu. Tapi, beri aku waktu. Maksudku
ngan gemas. "Rasanya aku ingin mencekik leher pria yang menjadikan anak alasan untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak dituntut bertanggungjawab. Benar-
rna hitam mengkilap. Kontras dengan warna kulitnya yang putih seputih susu. Postur tubuh Sonya tinggi semampai. Kakinya jenjang dan l
ungu, Sonya? Aku yakin, jika kau menyanggul rambutmu, kau
rnah bisa menjadi pramugari. Karena aku sangat takut ke
an menikah?" mereka
atu kali helaan. "Aku bahagia dengan hidupku saat ini. Selai
ank. Ibunya membesarkan Sonya dan adiknya, Tania Renata, dengan cara terbaik yang bisa dia lakukan dengan gajinya sebagai editor surat kabar. Memang tidak mudah bagi seorang janda berpengha
k. Orang bodoh akan menghabiskan uang yang dimilikinya untuk berfoya-foya, tidak peduli hari esok
semangat membuatnya mudah diajak hidup bersama. Sonya mungkin tidak akan seberuntung itu dengan orang lain. Tania sendiri dua tahun lebih muda dari Sonya. Periang, penuh semangat, ambisius. Tania segera mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan yang cukup besar begitu dia menyelesaikan pendidikannya. Karena pribadinya yang menyenangkan selain memang
umoris, sangat tampan, tutur katanya lembut, sopan, dan penuh percaya diri. Dengan kesempurnaan citra dan ketampanan yang dimilikinya dia pun ma
rtambangan batu bara. Namun begitu, sejak awal percintaan Tania dengan Denis yang tak masuk akal itu, sebenarnya Sonya sudah merasa ada sesuatu yang sangat sangat salah karena banyak hal yang tidak masuk akal. Di mata Sonya, senyum Denis itu palsu. Semua kebaikan dan citra sempurna yang melekat di dalam dirinya juga palsu. Tidak lebih dari topeng semata. Sonya sendiri merasa begitu heran m
ehari-hari. Tidak hanya itu, Denis Wijaya ternya pria yang hiperseksual. Setiap malam dan pagi sebelum Denis pergi bekerja Tania dipaksa untuk melayaninya di atas tempat tidur. Denis baru akan berhenti setelah semua tenaga Tania terkuras dan lemas. Kadang-kadang, di saat tertentu, saat suasana hatinya se
dalam mobil. Apalagi di parkiran umum. Apa dia sudah kehilangan akal sehatnya?" Sony
Aku tidak bisa menolaknya," sahut Tania sambil menangis. "Dan sekarang aku punya masalah. Aku hamil. Denis marah besar padaku karena dia tidak mau aku hamil. Dia tidak ingin kami memiliki anak dalam waktu dekat. Lalu dia mulai menuduhku bermain serong di belakang Denis. Tentu saja, itu semua hanya omong kosong. Denis ingin lari da
an hidup yang seharusnya tidak menjadi tanggung jawabnya membuat Sonya menjadi pribadi yang sinis. Dan pada saat hatinya dilanda perasaan melankolis dia akan menyerah pada air matanya. Menyenangkan sekali rasanya dapat mengatakan selamat pagi kepada seseorang, berbagi kamar, berbagi ruangan dengan seorang pria