ak sempat membuka buku. Huft, salahkan kedua orang tuanya yang menetapkan tanggal pernikahan tanpa berdiskusi dulu de
Dia menikmati makanannya sembari membuka ponselnya. Semua materi bisa ia baca lewat ponsel. Selama kuliah dia tidak pernah menul
n hal itu. Barang-barangnya masih banyak yang
mah. Rambut kecoklatannya yang tergerai bergerak seirama dengan langkah kakinya. Sampai dia masu
k untuk berpikir. Ujian dimulai sepuluh menit setelah ia duduk di kursinya.
Dia cukup mahir menggunakan bahasa tersebut atau bahasa lain seperti Korea dan terakhir dia tengah belajar bahasa Indonesia. Alasannya karena dia ingin pergi ke Bali dan menurut beberapa temannya yan
membayangkan berjalan-jalan sendirian berkeliling tempat yang ia impikan. Apalagi Danial tampak seperti orang yang tidak menyuka
pulkan kertas ujiannya. Shila tersenyum ramah menerima ucapan tersebut dan melangkah
Shila berlari mengejarnya berharap bisa numpang di mobil Danial sampai rumah.
kan. Oh, sial sekali. Danial melangkah dengan lan
kesal dan menghentikan langkahnya. Tatapannya dibuat seolah hendak melubangi punggun
hila tiba di rumah itu, Danial di ruang makan hanya mengabaikannya. Tidak menegur saat gadis itu menuju ke kulk
acbook ditangannya. Shila yang baru saja meneguk separuh
eng tas selempang dan botol minum di tangannya. Danial menatap tidak suka atas ucapan telak Shil
nia untuk mempelajari bisnis dan membangun relasi. Atau dia ingin menyegarkan pikiran di negara lain demi
akak. Betapa malas dia mengangkat panggilan dari laki-laki tersebut. Kalau saja tingkahnya sedikit meren
a a
at masalah. Selesaik
dengan kata kasar seperti itu. Lagipula masalah apa yang dilakukan adiknya? Apa hubungannya dengan dia. Bukankah merek
langkah dari pintu seorang remaja berlari menabraknya. Danial terkejut melihat re
elah Andy bangun dan mengus
rnyitkan dahinya keheranan. Ini bukan rumahnya, ini rumah dia dan rumah Shila.
" tanya
mengembuskan napasnya. Paham dengan apa yang terjadi. Pasti Andi bosan dan mencari perhatian lagi, sayangnya hanya ada D
pintu mobilnya memberi tatapan memerintah rem
kem
da Danal yang baru saja menutup pintu mobil. Sepertinya seseorang duduk di kursi
sebal. Sebelum tahu siapa yang duduk di dalam mobil di
ak nyaman dan hanya tertunduk meremat jemarinya. Shila yang menyadari bahwa remaja tersebut tidak se
kemudi. Yang ditanya melempar cengiran dan malah menyandarkan mengenakan sabuk pengamannya.
irannya sendiri. Remaja itu mendongak dan menatap dengan tatapan anak an
lakinya itu justru menjalankan mobilnya membuat Andi p
karena dua orang di depan tengah bertengkar. Entah untuk alasan apa, Shila tidak tahu. Sepertinya itu hal yang besar, terlihat da