Revian yang berjalan dengan gaya khasnya yang angkuh. D
epat, Bos. Berat, nih,"
tanya, lalu memindai tubuh pemuda it
saja kamu bilang berat," sahut Revian cuek. Ia membuka jas yang
ngkan dia di ranjang!" titah
di ranjang tanpa izin, Bos marah-marah lagi," gerutu Benny s
at omongan pedas dari Revian. Namun, baru saja beberapa
," katanya seraya menyodorkan
u pergi dari hadapan Revian. Berlama-lama di depan pria yang
junya, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia berdiri mematung menatap Sheila yang terbaring telentang di
a jam lalu dipertontonkan gadis itu kepadanya. Bentuknya yang chubby, daging kenyal berwarna merah mu
nya sendiri saat merasakan
alan gelisah dengan pandangan yang tak lepas dari tubuh Sheila. Dada yang membusung indah itu bergera
n dari mulut Sheila. Matanya masih terpeja
terisak. Gadis itu menangis, air mata
ndekatinya, lalu menggamit lengan
matamu, Sheila," ujar Revian lalu men
berada di atas dada mengepal kuat, dii
rgi, jangan tinggalka
. Jika bukan karena perjanjian mereka beberapa waktu lalu ia pasti sudah meninggalkannya sendiri di ho
gar urusan kita juga selesai!" ucap Revian yang
erhasil membangunkannya dari tidur panjang itu. Sheila membuka mata perlahan, memutar bola matanya beberapa saat u
ingga tatapannya membentur pada sosok Revian yan
rotes Sheila sambil memeriksa tubuhnya sendiri, lalu ber
yang seolah mencurigainya telah melaku
a seperti apa? Heh?" ucapny
aha untuk waspada," sahut Sh
ya Sheila lagi. Ia pun mencoba mengingat-ingat kejadia
rah saat teringat betapa memalukan perbuatannya di depan lelaki itu. Namun, waj
perasi, tetapi ternyata itu adalah momen terakh
ru Sheila yang langsung m
justru terduduk tanpa mampu bangkit lagi. Air matanya kembali luruh tak terkendali.
da sampai pemakaman ibu saya selesai?
eila. Bukan robot,"
i Bapak lagi kalau pemakaman ibu saya sudah seles
untuk bangkit. Meskipun tubuhnya terasa berat, tetapi akhirnya i
am sang direktur yang terus mengawasin
n mengantarmu," ucap Rev
bisa pergi sendiri deng
tidak akan melarikan diri. Kamu adalah asetku sekarang. Jangan lupa aku sudah membayar uang muka yang b
anya lagi saat mereka su
ila pasrah. Dia bisa apa dengan
lagi membalasnya. Lagi pula, kepergian ibunya yang sangat mendadak telah menguras habis energi
a. Jerit pilu Sheila membahana di ruangan rawat inap di mana ibunya terbaring kaku. Pasca operasiny
*
duduk terdiam memandangi peti mati sang ibu perlahan diturunkan ke liang lahat. Air matanya mengucur
itu. Akan tetapi Sheila masih duduk sambil memeluk batu nisan yang bertuliskan nama sang ibu.
an kedua tangan berada di dalam kantung celana. Wajah yang tampa
ih lama?" tanyan
luka. 'Sungguh manusia tidak puny
sakah Bapak memberi saya privasi sampai besok? Saya masih ingin
atu nisan itu dengan erat seolah tid
untuk apa lagi menungguinya di sini?
sa simpati akan kesedihan saya? Tega sekali Bapak berbicara seperti itu tent
n bagaimana kehidupannya kelak sa
vian sambil melangkah mendekat. Tatapannya tajam menghujam, se
tidak punya simpati di muka bumi ini
a kakinya menendang batu yang a
bumu di rumah sakit. Aku juga yang telah menyiapkan liang untuk pemakamannya. Aku juga yang mencarikan pastur untuk memimpin doa. Apakah semua it
sadar beringsut mundur, terpojok melihat tatapan
sedikit lebih lama bersama ibu," cicit Sheila dengan wajah pucat. Nyalinya me
elingkar di pergelangan tangannya,
lagi. Kesepakatan kita batal, kembalikan uang yang s
angkah menjauhi Sheila yang masih memeluk nisa
proses hukum karena telah menggelapkan uang perus
terhe
uli dengan wajah cantik Sheila yang menatap
ng dalam jumlah yang besar. Sebagai pebisnis sejati tentu saja ia tidak mau merugi kehilangan uang itu tanpa mendapatkan baran
tersisa s
uang waktu untuk terus mengutuk lelaki itu di dalam hati, ia pun kembali memeluk nisan san
a di hadapanku dalam hitungan ke sepuluh, jangan s